Kupang, mediantt.com — Selasa (14/7/2015), bertempat di Hotel Ima Kupang, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT, menggelar Temu Pemasaran Pariwisata di Pintu Masuk Wisatawan Kota Kupang. Selain Kota Kupang, temu pemasaran ini juga meliputi Kabupaten Kupang, TTS, TTU, Alor, Sabu Raijua dan Rote Ndao.
Juga, melibatkan mitra kerja pariwisata seperti Perhimpunan Hotel Republik Indonesia (PHRI), ASITA, dan HPI), termasuk instansi dan dnas terkait di provinsi seperti Dinas Perhubungan dan Dinas Perikanan dan Kelautan, Angkasa Pura El Tari dan Badan Pengelolah Perbatasan.
Temu Pemasaran Pariwisata itu menghadirkan tiga narasumber yakni Anggota DPRD NTT, Anton Belle, yang membawa makalah berjudul “Dukungan Politik Anggaran terhadap Pembangunan Sektor Pariwisata di Provinsi NTT”. Haryiadi Sukamdani, Chairman PHRI and President Director Sahid Hotels, yang memberikan materi tentang “A Dynamist and Power Booster In Indonesia Tourism Industry”. Dan, Sekretaris Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NTT, Drs Welly R Rohimone, yang membedah soal “Tekad Mewujudkan NTT Sebagai Provinsi Pariwisata”.
Menurut Welly, target wisatawan mancanegara yang berkunjung ke NTT pada tahun 2019 adalah 20 juta wisatawan, 275 juta wisatawan nusantara, dengan peringkat 30, travel and tourism competitive index. Sementara 30 negara menjadi fokus pasar, dengan prioritas utama pasar China, Australis, Jepang, Korea Selatan dan Rusia.
Ia mengatakan, temu pemasaran pariwisata adalah kegiatan untuk mempertemukan berbagai pihak yang bergerak dalam bidang kepariwisataan, baik swasta maupun pemerintah, untuk membicarakan strategi-strategi, kebijakan-kebijakan, koordinasi, serta transaksi ekonomi pariwisata yang dibuat agar meningkatkan jumlah wisatawan.
Menariknya, temu pemasaran pariwisata di pintu wisatawan Kota Kupang tahun 2015 ini melahirkan 15 rekomendasi penting dan strategis.
Pertama, Sektor Pariwisata di Kota Kupang, Kabupaten Kupang, TTS, TTU, Alor, Sabu Raijua, dan Rote Ndao, menjadi sektor andalan penggerak pertumbuhan ekonomi lokal di masing-masing wilayah dengan mendorong pembenahan aspek destinasi, strategi pemasaran, pengembangan industri, Sumber Daya Manusia, serta kelembagaan.
“Pemerintah Provinsi melalui Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT mendukung melalui alokasi anggaran untuk berbagai event pariwista atau kegiatan seni dan budaya yang dilaksanakan di Kota Kupang, Kabupaten Kupang, TTS, TTU, Alor, Sabu Raijua, dan Rote Ndao,” begitu rekomendasi kedua.
Ketiga, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NTT, perlu melaksanakan event berskala nasional bekerjasama dengan Dinas Kebudaayaan dan Pariwisata Kabupaten/Kota se-NTT. Empat, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Kupang, Kabupaten Kupang, TTS, TTU, Alor, Sabu Raijua, dan Rote Ndao dan Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT mendukung peningkatan SDM bagi mitra kerja pariwisata (PHRI, ASITA dan HPI). Lima, perlu ada regulasi/peraturan daerah yang mengatur tentang sinkronisasi dan sinergitas, baik dari sisi anggaran maupun program lintas SKPD dalam rangka pengembangan pembangunan kepariwisataan Kabupaten/Kota se-NTT.
Enam, untuk kelancaran masuknya arus wisatawan di NTT, maka dibutuhkan prioritas pelayanan oleh maskapai penerbangan. Selain itu, masing-masing Kabupaten/Kota se-NTT mengembangkan event di daerah dalam rangka meningkatkan kunjungan dan lama tinggal wisatawan.
Sementara itu, (8), PHRI Pusat perlu melakukan intervensi kepada BPD PHRI Provinsi NTT dan BPC PHRI Kabupaten/Kota se-NTT dalam upaya meningkatkan citra pariwisata NTT. (9). Untuk Promosi Kepariwisataan di NTT, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NTT perlu bekerjasama dengan PT Angkasa Pura El Tari Kupang dan 13 Bandara di bawah Kementerian Perhubungan untuk promosi potensi wisata Nusa Tenggara Timur berupa, infosheet, brosur, baliho, dan media promosi lainnya.
(10). Perlu dilakukan sertifikasi profesi bagi pramuwisata madya yang difasilitasi Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT. Juga, perlu dilakukan rapat koordinasi mitra kerja pariwisata (PHRI, HPI, ASITA, BPPD Kabupaten/Kota) se-NTT.
Untuk itu, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NTT perlu mengadakan kerjasama dan koordinasi yang terarah antara pihak-pihak yang berperan penting dalam kemajuan pariwisata Provinsi di NTT, dalam menetapkan kebijakan-kebijakan wisata bahari. Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NTT pun perlu mengadakan suatu program/kegiatan yang berkelanjutan berupa diklat/pelatihan/bimtek mengenai hospitality pariwisata yang pesertanya berasal dari para pihak-pihak yang berhubungan dengan pariwisata di 6 pintu masuk utama.
Rekomendasi lainnya, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NTT perlu mengadakan suatu program/kegiatan yang berkelanjutan berupa diklat/pelatihan/bimtek analisa pasar/pengembangan pasar baik di dalam daerah maupun di luar daerah yang pesertanya dari pihak-pihak yang berhubungan dengan pariwisata, khususnya aparatur guna meningkatkan SDM aparatur dan pemuktahiran data di website Pariwisata Provinsi NTT (www.tourism.nttprov.go.id).
Selain itu, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NTT memprogramkan kegiatan Temu Pemasaran Pariwisata di 6 Pintu Masuk Wisatawan ke NTT untuk dapat membantu stakeholder dalam perluasan pemasaran destinasi pariwisata sehingga kegiatan ini dilaksanakan secara rutin sebagai temu tahunan.
Rekomendasi ini ditandatangani oleh Drs. Welly R. Rohimone,(Sekretaris Dinas Parekraf Provinsi NTT), Bele Antonius (Ketua Komisi II DPRD NTT), Hariyadi B. Sukamdani (Ketua PHRI/APINDO Pusat), Eustakius Mateus (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Kupang), Wellem L. Rohi (Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sabu Raijua), Adi Langga (Dinas Kelautan dan Perikanan NTT), Rode Maukari (Ketua HPI NTT), Wiljon Foeh (Dinas Perhubungan NTT), Jehadu Hilarius (Badan Pegelola Perbatasan NTT), dan Maria Goreti Beribe (PT Angkasa Pura I El Tari Kupang). (jdz)
Foto : Sekretaris Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NTT, Welly Rohimone pose bersama warga Australia, James Borris, di sela temu pemasaran pariwisata di pintu masuk Kota Kupang, Selasa (14/7/15).