Jayapura, mediantt.com – Sebagai bagian dari elite-elite pemuda Indonesia, Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), diharapkan mampu menjadi agen kewirausahaan pemuda. Di tengah dinamika ekonomi kawasan khususnya pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), pemuda Indonesia hendaknya menjadikan bidang kewirausahaan sebagai keunggulan komparatif untuk menghadapi persaingan bebas.
Demikian disampaikan Menteri Pemuda dan Olahraga RI, yang diwakili oleh Staf Ahli Bidang Ekonomi Kreatif, Jonni Mardizal, saat menutup Rapat Kerja Nasional (Rakernas) VIII PMKRI, Minggu (31/07) siang, di Balai Diklat Sosial Kamkey, Distrik Abepura, Provinsi Papua.
Menurut Mardizal, Pemerintah telah memosisikan pembangunan kewirausahaan sebagai bagian dari gerakan Revolusi Mental, yang bermakna perubahan perilaku dari pengikut menjadi pemimpin, perubahan jiwa dari ketergantungan menjadi kemandirian, dan perubahan peradaban yang mengandalkan sumber daya alam menjadi produk inovatif dan kreatif.
“Dalam rangka revolusi mental kewirausahaan inilah maka dibutuhkan pemberdayaan pelaku usaha kecil-menengah, ekonomi rakyat, dan ekonomi subsistem, dengan meningkatkan pemerataan peluang dalam pengembangan ekonomi dan distribusi aset-aset produktif yang adil. Pengembangan wirausaha nasional diperlukan untuk mendorong ketahanan dalam merespon persaingan pasar dunia, terutama menghadapi era MEA,” papar Jonni Mardizal.
Berkorelasi dengan telah berlakunya UU Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, Mardizal mengatakan, pemerintah berharap kader-kader PMKRI sanggup berperan proaktif dalam pembangunan nasional. Peran proaktif pemuda sebagaimana dimaksud oleh UU Kepemudaan adalah sebagai kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen perubahan.
Ia juga menegaskan, pemerintah melalui Kemenpora berharap agar segenap kader PMKRI ikut aktif mencegah munculnya pengaruh destruktif akibat dampak buruk globalisasi, diantaranya bahaya Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), seks bebas, HIV/AIDS, pornografi dan pornoaksi, kejahatan prostitusi, perdagangan manusia (human traficking). “PMKRI sebagai elemen strategis pemuda mesti mewaspadai pula ancaman menurunnya kualitas moral, konflik sosial, perpecahan antar bangsa, serta hilangnya komitmen dan rasa kebangsaan,” tegas Jonni Mardizal.
Menyinggung hasil-hasil Rakernas VIII, Jonni Mardizal meminta PMKRI untuk bersikap konsisten menindaklanjuti dan merealisasikan apa yang telah diputuskan secara bersama demi kepentingan dan kemajuan organisasi. Pelaksanaan Rakernas dari suatu organisasi, lanjut Mardizal, selain untuk menjalankan amanah Kongres, Munas, atau Muktamar, juga merupakan forum untuk mengevaluasi pelaksanaan program organisasi dalam tahun berjalan, demi perbaikan, penataan, dan penuntasan program organisasi di tahun berikutnya.
Sementara itu, Ketua Presidium Pengurus Pusat PMKRI, Angelo Wake Kako, pada kesempatan yang sama menjelaskan, Rakernas VIII mengusung tema “Modernisasi Organisasi Melalui Optimalisasi Sumber Daya Organisasi Menuju PMKRI yang Kontributif dan Berdaya Saing”, merupakan titik picu bagi PMKRI dalam mengakselerasi praksis agenda pergerakan. Mantan Ketua PMKRI Cabang Ende ini mengkonfirmasikan bahwa Rakernas VIII diikuti seluruh delegasi PMKRI se-Indonesia.
Ia menjelaskan, Rakernas VIII PMKRI dibuka secara resmi oleh Sekretaris Daerah Provinsi Papua, T.E.A. Herry Dosinaen, diikuti 31 cabang se-Indonesia. Rakernas fokus membahas isu-isu strategis kemasyarakatan dan memformulasikan program kerjanya.
“Di sela-sela pelaksanaan Rakernas, para delegasi PMKRI juga menyempatkan diri mengunjungi kaum ODHA (Orang yang mengidap HIV/AIDS) di Panti House Peace, Kota Jayapura. PMKRI juga menyumbang peralatan sekolah bagi anak-anak di sejumlah komunitas belajar, serta melakukan penghijauan dengan menanam pohon di sekitar Gua Maria Fajar Timur. (*/jdz)
Foto : Staf Ahli Menpora RI Bidang Ekonomi Kreatif, Jonny Mardizal, memberikan sambutan penutupan Rakernas VIII PMKRI di Abepura-Papua. (Foto: Ist)