Pesona dan Keajaiban Alor Yang Genit Menggoda

oleh -19 Dilihat

KALABAHI – Selama dua hari, 9-11 Agustus 2016, para juru warta dari Kupang, mengakrabi Alor, Surga di Timur Matahari; mencoba menggauli seluruh potensi dan keajabain alam Alor untuk diwartakan kepada dunia. Di Bumi Serbu Moko itu ada hajatan tahunan Expo, yang dibingkai dengan Alor Karnaval III, Festival Budaya Lamaholot, dan Sail Indonesia. Pesona dan keajaiban Alor memang genit dan menggoda.

Bupati Alor, Amon Djobo, begitu mengagumi wilayah kekuasaannya sebagai karunia Tuhan terindah, yang penuh dengan keajaiban. Harta karun Alor, baik di darat maupun di dasar laut, sungguh mempesona, menjadi surga yang terus diburuh wisatawan.

“Alor ini Tuhan ciptakan dengan berbagai keajaiban, yang tidak ada di dunia lain. Alor itu tanah terjanji, bumi persaudaraan,” tutur Amon Djobo kepada wartawan di Rumah Jabatan, Kalabahi, Rabu (10/6) malam.  

Ia menyebut keajaiban Alor seperti pakaian dari kulit kayu, al quran dari kulit kayu yang sudah berusia ratusan tahun. Keajaiban lainnya, orang Alor bisa terbang, ada pohon Tongke yang hanya bisa hidup dengan air laut tapi bisa disiram dengan air tawar. “Semua ini kan hanya ada di Alor ko tidak! Maka inilah negeri yang selalu disebut surga dari Timur Matahari, tanah terjanji, dan bumi persaudaraan,” kata Amon Djobo, yang mengaku Alor selalu mengikuti setiap expo yang digelar di mana saja untuk menunjukan identitas dan jati diri kekayaan Alor. “Di ajang expo seperti itu kita hadir untuk bisa mengukur diri,” ujarnya.

Ia berkata lagi, Wartawan semua bisa bayangkan, seorang bupati Alor bisa mengikuti ibadah di semua gereja, baik Kristen Protestan maupun Katolik, termasuk ke mesjid. “Makanya tidak heran kalau saya dinobatkan sebagai sesepuh di sejumlah gereja, termasuk di Muslim. Bahkan, ini hanya ada di Alor dan tidak ada di dunia manapun, dua mesjid diberi nama Mesjid Amon Djobo. Saya memang hidup mencari surga,” tutur Amon Djobo, disambut gelak tawa para wartawan.

Ia berkisah, sejak menahkodai Alor, tidak pernah ada yang namanya konflik atau perang antar etnis. Warganya selalu hidupp rukun dalam spirit persaudaraan. “Orang Alor sekarang hidup berdampingan sebagai saudara. Di daerah lain ada konflik dan pertentangan, tapi di Alor ini kami damai-damai saja. Ini juga keajaiban yang ada di Alor,” sebut Amon Djobo, .

Menurut Amon Djobo, Pemkab Alor akan terus berjuang membangun pariwisata dengan terus mempromosikan berbagai destinasi pariwisata baru yang menarik di daerah yang diklaim telah menjadi “surga” bagi para wiatawan itu.

“Semua destinasi yang indah ini merupakan titipan Yang Maha Kuasa untuk kesejahteraan masyarakat Alor. Pemerintah sebagai penggagas untuk mempromosi tempat pariwisata yang ada, sehingga wisatawan manca negara dan wisatawan nusantara bisa berkunjung ke Alor dalam jumlah yang banyak,” kata Amon Djobo.

Ia berharap, kehadiran wartawan di daerah paling timur NTT itu, dapat memberikan dampak positif untuk mengabarkan besarnya potensi sumber daya pariwisata di Alor sehingga diketahui masyarakat luar. “Harta karun yang berada di dasar laut Alor, sungguh  bagaikan Surga untuk para wisawatan,” katanya.

Disebutkan, ada sekitar 56 titik penyelaman di perairan Alor yang selama ini selalu dikunjungi wisatawan asing dari berbagai negara. “Banyak wisatawan asing mengunjungi destinasi wisata di Alor, bahkan ada yang tinggal berhari-hari berbaur dengan warga desa dengan budaya asli Alor. Seperti yang saudara lihat saat ini. Pemerintah daerah terus membuat terobosan untuk membangun infrastruktur pendukung seperti pembangunan jalan menuju destinasi-destinasi pariwisata, sehingga wisatawan dapat mengunjungi tempat-tempat wisata ini,” jelasnya. (jos diaz)

Foto : Etnis Tionghoa di Kalabahi, Alor, yang juga ikut memberi warna tersendiri pada Alor Karnaval III, Selasa (9/8), dengan gerak dan tari yang mempesona.