PERHELATAN politik menjelang Pilbup Sikka Tahun 2018, kini sudah mulai ramai. Hingga kini baru satu pasangan bakal calon yang sudah deklarasi. Fransiskus Roberto Diego atau biasa disapa Robi Idong, berpasangan dengan Romanus Woga. Pasangan ini dengan tagline RoMa, mengambil jalur independen. Dengar-dengarnya, mereka juga akan terus membangun komunikasi dengan partai-partai politik untuk membentuk koalisi poros baru.
Sementara partai-partai politik yang memiliki kursi di DPRD Sikka masih berkutat pada proses internal. Semua partai politik di Sikka tidak memenuhi syarat pencalonan yakni minimal 7 kursi di DPRD Sikka. Karena itu, suka tidak suka, mau tidak mau, harus berkoalisi.
Yang sudah tampak sangat terbuka ke publik yakni Partai Gerindra (5 kursi), PDI Perjuangan (4), Partai Hanura (4), dan PKP Indonesia (3). Empat partai ini membuka pendaftaran terbuka bagi yang berminat menjadi Bupati dan Wakil Bupati Sikka. Sedangkan Partai Golkar (5), Partai Nasdem (3), Partai Demokrat (4), PKB (2), PAN (3), PPP (1), dan PKS (1) masih berdiam diri.
Partai Golkar, pemenang Pemilu 2014 di Kabupaten Sikka, bersandar pada mekanisme survey. Partai Nasdem jauh-jauh hari sudah menetapkan bakal calon tunggal, yakni Ketua Partai Nasdem Yoseph Ansar Rera sebagai bakal calon bupati.
PKB sudah kurang lebih satu tahun menggadang-gadang Robi Idong sebagai bakal calon bupati. Ketua PKB Yoseph Karmianto Eri memastikan partainya hanya mendukung Robi Idong sebagai calon nomor satu. Bahkan dia rela menggantung dua kursi miliknya di DPRD Sikka, jika jagoannya tidak mendapat dukungan dari partai-partai politik lainnya. Jadilah PKB melebur ke independen untuk melapangkan jalan RoMa.
Partai Demokrat, PAN, PPP, dan PKS, sama sekali belum terdengar riak-riak. Kemungkinan PAN, menurut informasi, akan membuka pendaftaran, menyusul perintah dari struktur partai di tingkat atas. Ketua PPP Muhammad Abduh bersikap menunggu saja, mungkin juga sikap yang sama terjadi di PKS.
Mekanisme di tubuh Partai Gerindra, cukup seru untuk diamati. Tiga kader partai dengan status bakal calon bupati, sedang ‘berperang’. Paolus Nong Susar menggandeng Firmina Sedo dengan tagline Prima, membawa surat dukungan Ketua PAN Sikka. Fransiskus Stephanus Say bersama Kasimirus Bhara Beri dengan tagline Say-Beri, membawa serta bendera PKB. Yohanes Eripto Marviandi menjemput Simon Subandi Supriadi dengan tagline Iman, membawa serta jubah PKP Indonesia. Semuanya masih dalam konteks koalisi person, di luar keputusan partai.
Ada pertanyaan yang mucul dari dinamika ini. Jika Gerindra merestui Paolus Nong Susar, mungkinkah PAN bergabung dan menyetujui Firmina Sedo? Jika Fransiskus Stephanus Say yang direstui, mungkinkah PKB bergabung dan menyetujui Kasimirus Bhara Beri? Jika yang direstui Yohanes Eripto Marviandi, mungkinkah PKP Indonesia bergabung dan menyetujui Simon Subandi Supriadi? PAN belum berproses. PKB mati-matian hanya Robi Idong. PKP Indonesia sedang berproses.
Ini artinya Partai Gerindra harus kerja keras untuk mendapatkan koalisi partai yang permanen. Koalisi person yang sedang terjadi, bukan tidak mungkin akan menjadi blunder, ketika PAN, PKB dan PKP Indonesia menyodorkan figur lain, atau justeru menolak untuk berkoalisi.
Dua kader PKP Indonesia, Oswaldus dan Simon Subandi Supriadi, resmi mendaftar di partai mereka. Oswaldus, bakal calon bupati, mendaftar tanpa pasangan. Simon Subandi, bakal calon wakil bupati, mendaftar dengan Yohanes Eripto Marviandi sebagai bakal calon bupati.
Dinamika di tubuh PKP Indonesia juga menarik disimak. Dengan modal tiga kursi, PKP Indonesia berpeluang menyodorkan kadernya, entah sebagai bakal calon bupati ataukah bakal calon wakil bupati. Oswaldus dan Simon Subandi Supriadi punya peluang yang sama untuk merebut tiket penetapan.
Kalau benar ingin menyodorkan kader, maka PKP Indonesia harus punya langkah politik yang strategis. Salah buka langkah, bisa jadi Hildegardis Sunur dan kawan-kawan bakal menjadi pelengkap saja.
Jika menyodorkan Oswaldus, maka harus membangun komunikasi yang serius dengan partai-partai politik lainnya. Peluang berkoalisi bisa saja dengan Partai Demokrat, Partai Hanura, PAN, PPP, dan PKS. Jika menyodorkan Simon Subadi Supriadi, maka PKP Indonesia harus menunggu kepastian internal Partai Gerindra. Itu pun dengan catatan Partai Gerindra merestui Yohanes Eripto Marviandi.
PDI Perjuangan dengan satu-satunya bakal calon bupati yakni Alexander Longginus, saat ini juga masih kabur. Ada empat bakal calon wakil bupati yang mengapiti yakni Donatus David, Emanuel Kolfidus, Yohanes Agustinus Masteriano, dan Fransiskus Sura. Dua nama awal adalah kader internal, dan dua yang terakhir kader Partai Demokrat dan Partai Hanura.
Samar terdengar Alexander Longginus memilih Fransiskus Sura. Bahkan sudah tersiar nama tagline yaitu Alfa. Barisan pengurus Partai Hanura ikut mendaftarkan Fransiskus Sura di Sekretariat PDI Perjuangan. Begitu pun pasukan banteng mengantar Alexander Longginus mendaftar di Sekretariat Partai Hanura.
Sejatinya tidak ada kendala antara PDI Perjuangan dan Partai Hanura, sekiranya dua partai ini sudah siap berkoalisi. Jika jalan politik sudah searah, deklarasi secepatnya adalah alternatif terbaik. Tapi dengan dinamika yang terus terfokus di internal, maka boleh dibilang masih ada ruang-ruang politik yang tengah bergejolak.
Partai Nasdem dan Partai Golkar, ini dua partai politik yang tengah bermain cantik. Yoseph Ansar Rera mengajak jajaran pengurus Partai Nasdem bersilaturahmi ke Partai Golkar, sekaligus melamar Ketua Partai Golkar Rafael Raga. Tiga hari kemudian Rafael Raga mengajak pengurus Partai Golkar membalas kunjungan, sekaligus menjawab menerima lamaran. Sebuah “permainan” yang dikemas apik dan berjalan dalam koridor komunikasi politik yang sehat.
Memang belum ada keputusan hitam di atas putih yang menggolkan paasangan dengan tagline Ansar-Raga. Namun, jika melihat di permukaan saja, rasa-rasanya pasangan bakal calon ini bakal berjalan lempang. Mekanisme di Partai Nasdem sudah sangat jelas, apalagi diyakini sendiri oleh Johny G. Plate selaku Koordinator Wilayah NTT. Mekanisme survey yang nantinya dilakukan Partai Golkar sepertinya tidak akan berbeda jauh.
Menyelami proses dan mekanisme yang sedang terjadi, kemungkinan besar Pilbup Sikka Tahun 2018 akan diramaikan empat pasangan calon yakni RoMa dari jalur independen didukung PKB, Ansar-Raga melalui Partai Nasdem dan Partai Golkar, serta pasangan bakal calon yang diusung Partai Gerindra plus, dan pasangan bakal calon yang disung PDI Perjuangan plus.
Lalu di manakah Partai Demokrat, PAN, PKP Indonesia, Partai Hanura, PPP, dan PKS? Partai-partai politik ini bisa saja berkoalisi dengan salah satu dari empat pasangan di atas. Atau setidaknya, jika mereka berkomitmen lain, bisa saja membentuk poros baru untuk melahirkan pasangan calon yang baru.
Mekanisme masih terus berjalan. Dan seperti biasa, dinamika politik itu bisa berubah setiap saat, dan karena itu peta pun bisa saja berubah-ubah sesuai perkembangan. Di telikung ini, siapa tahu ada kejutan-kejutan politik yang tidak terdeteksi. (vicky da gomez)
Ket Foto : Suasana pendaftaran bakal calon di markas PKPI Sikka.