Merajut Kebhinekaan Yang Sehati di Lembata Melalui Lomba Pesparani

oleh -17 Dilihat

DEKENAT Lembata, Keuskupan Larantuka sungguh gebyar memang. Betapa tidak. Saat ini berlangsung Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik (PESPARANI) yang diikuti peserta dari 16 Paroki, di Kota Lewoleba. Sungguh menarik karena kegiatan Rohani Akbar Gerejani Katolik ini, bertindak sebagai Ketua Panitia Pesparani adalah seorang Muslim, Haji Mansyur Purab, BA dan dukungan Majelis Tahlim Wangatoa, Lembata.

Peserta lomba dari 16 Paroki se-Dekenat Lembata kini mulai bertarung meraih juara agar “Pesparani bukan bukan sekedar lomba paduan suara lagu gerejani. Namun punya makna mendalam, yakni meningkatkan pembinaan iman bagi umat Katolik serta meningkatkan toleransi antar dan inter umat beragama, sesuai tema : Mewujudkan Persaudaraan Sehati Menuju Lembata Sejahtera”. Bahkan Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur, ST.MT menyebut, “Pesparani wujud peristiwa gerejani, kebangsaan dan merajut kebhinekaan”.

Sejak Senin, 25 November 2019, peserta lomba Pesparani berasal dari paroki masing-masing dengan mengikuti pawai dengan dua titik star, yakni SDI Waikomo 1 dan Tugu Tani Wangatoa menuju Aula Dekenat Lembata. Setiap peserta mengenakan busana daerah masing kecamatan dan langsung mengikuti misa pembukaan yang dipimpin Vikjen Keuskupan Larantuka, Rm. Gabriel Unto, Pr didampingi Deken Lembata, Rm. Philipus Da Gomes, Pr dan sebanyak 20 Imam Selebran.

Dalam kotbahnya, Vikjen Gabriel Unto mengatakan, secara iman katolik, sumber iman hanya ada dua, yakni Sabda dan Sakramen, teristimewa Ekaristi. Dalam kehidupan kita harus membangun karakter dan iman yang baik. Ketika menjadi dosen bagi mahasiswa di Ledalero, ada tiga hal pokok yang mesti dilakukan bagi mahasiswa. “Suruh mereka bekerja, berolaraga dan bermain musik”. Dengan melaksanakan tiga aspek penting ini, kita sudah membentuk karakter dan iman yang baik, legowo, kerja keras dan ulet. Berolahraga dan bermain musik yang berkualitas dalam suasana kebersamaan.

Karena itu, dalam lomba Pesparani ini, Dewan Yuri harus obyektif menilai agar menghasilkan peserta juara terbaik. Bertarunglah secara berkualitas dalam lomba ini.

Asisrten l Sekda Lembata, Drs. Fransiskus Langoday bertindak mewakili Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur membacakan sambutan sekaligus membuka Lomba Pesparani yang berlangsung 26-28 November 2019.

Bupati Sunur mengatakan, kegiatan akbar Pesparani mewujutkan pembinaan gerejani dan peristiwa kebangsaan. Event pesta paduan suara gerejani merupakan wujud pembinaan iman bagi umat Katolik. Namun lebih dari itu, Pesparani melibatkan banyak pihak dan umat beragama lainnya. Momentum ini penting bagi generasi muda menggali seni dan budaya religi untuk semakin menghayati iman katolik yang lebih berkualitas.

Menurut Bupati Sunur, event besar Pesparani ini juga moment merajut kebinekaan, kebersamaan dan persaudaraan diantara umat beragama untuk hidup dalam semangat toleransi dan komitmen menunjukan jati diri bangsa yang beranega ragam suku, ras, budaya.bangsa, dan agama.

“Paduan suara ini dinyanyikan dari berbagai suara, misalnya, Bariton, Tenor, Bas, dan Alto, tetapi menyatu dalam sebuah lagu yang Harmoni. Inilah wujud kebersamaan dan persaudaan sejati yang harmonis”, ungkap Sunur.

“‘Bernyanyi itu ternyata nilainya sangat tinggi. Karena bernyanyi sama dengan dua kali berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa”, ungkap Ketua DPRD Lembata, Petrus Gero ketika mengawali sambutannya pada pembukaan Pesparani yang melibatkan umat Muslim itu.

Dalam lomba ini, lanjut Petrus Gero, politisi Partai Golkar Tiga Periode, kalian harus berkompetisi dengan sungguh untuk meraih juara. Faktor kunci meraih juara itu tergantung kesungguhan berlatih dan akhirnya keputusan menjadi juara itu adalah keputusan Tuhan sendiri lewat Dewan Yuri. Pesparani adalah peristiwa persaudaraan dan gotong royong yang hendaknya terus dilestarikan dan dipupuk di kalangan generasi muda katolik. Mengapa, karena di zaman digital ini, ada kecenderungan kalangan generasi muda kita sibuk dengan Media Sosial, akibatnya, terserang ,”racun pikiran”. Artinya, yang dipikirkan di Medsos hanya yang jelek-jelek saja, urai Gero. Sambil menambahkan, kegiatan akbar gerejani ini juga mendapat dukungan dari Pemerintah Daerah dan Lembaga DPRD Lembata.

Dalam Perubahan anggaran Tahun 2019, kontibusi kami hanya sebesar Rp 400 juta guna mendukung kegiatan Pesparani ini. “Mungkin tidak cukup. Tapi, itulah kontribusi Pemda dan DPRD Lembata. Tiap tahun kita alokasikan anggaran untuk MTQ dan Pesparani,” ungkap Gero.

Kepala Kementerian Agama Kabupaten Lembata, Haji Izak Sulaiman, S,Ag, mengatakan, kegiatan Pesparani ini bukan peristiwa kebetulan, tapi ini adalah recana dan kebaikan Tuhan sehingga patut disambut penuh sukacita oleh kita semua.

“Pesparani ini pesta iman. Bukan sekedar lomba biasa. Memang perlu kompetisi untuk meraih juara. Tetapi hal ini punya makna lebih dalam dari kompetisi. Karena ajang akbar ini merupakan pembinaan iman umat katolik dan pembentukan karakter umat katolik. Kegiatan akbar dan akrab ini juga bermakna memuliakan Tuhan, ” ujar Haji Izak Sulaiman.

Momentum Pesparani, lanjut Haji Izak, merupakan ajang persaudaraan umat katolik dan umat beragama lainnya. Merupakan peristiwa berahmat untuk membangun kehidupan beragama yang lebih mederat. Bahkan diakhir sambutannya, Haji Izak Sulaiman mengutip pernyataan Kardinal, Ignatius Suharso ketika Pesparani Tingkat Nasional di Ambon tahun lalu, “Semoga kita semua dan negara kita dapat merajut cinta kepada Tuhan dan cinta tanah air serta mampu merawat persaudaraan sejati”.

Pesta rohani akbar ini sungguh luar biasa. Betapa tidak. Pesparani Katolik dipimpin oleh seorang Ketua Panitia beragama Islam. Mantan Kabag Kesra Setda Lembata, Haji Mansyur Purab, BA dipercayakan menjadi Ketua Panitia Pesparani Lembata tahun 2019.

“Puji dan syukur kita lambungkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena oleh kasih karunia-Nya kita boleh diberi ruang dan waktu untuk melaksanakan sebuah kegiatan iman yang syarat makna dan bernilai liturgis. Yakni, Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik tingkat Kabupaten Lembata pada hari ini hingga 28 November 2019”, ungkap Haji Mansyur Purab.

Lebih jauh, Haji Mansyur Purab menjelaskan, umat katolik sebagai bagian dari warga negara Indonesia mempunya hak yang sama untuk mendapatkan perhatian pemerintah dalam pembangunan bidang agama dan keagamaan sebagaimana diamanatkan dan ditegaskan dalam UU Dasar 1945 Pasal 29 (ayat 2), bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.

Salah satu bentuk perhatian pemerintah adalah senantiasa melakukan pembinaan-pembinaan iman bagi semua masyarakat beragama termasuk masyarakat katolik. Menurut Haji Mansyur, bentuk perhatian pemerintah yang menggembirakan yang disambut dengan sukacita oleh umat Katolik adalah dikeluarkannya. (Karolus Kia Burin/Dinas Kominfo Lembata)