Hanya Duo Radja Yang Layak Menahkodai Sabu Raijua

oleh -21 Dilihat

Sabu Raujua pernah menggeliat pasti dalam dinamika pembangunan bersama Bupati yang merakyat, Ir Marthen Luther Dira Tome. Di masa itu, rakyat Sabu Raijua sudah merasakan sentuhan tangan dingin Dira Tome. Ia terus dikenang sebagai pemimpin karismatik, tapi takdir berkata lain. Kini, hadir sosok pemimpin baru, calon Bupati Ir Takem Irianto Radja Pono. Figur ini pun tak jauh beda dengan Matade. Ada harapan besar rakyat di Bumi Sejuta Lontar itu agar apa yag telah dilakukan Matade, bisa dilakukan Takem bersama Herman Hegi Radja Haba (TRP-Hegi). Duo Radja ini diharapkan membawa kecerahan bagi masa depan Sabu Raijua yang mandiri dan bermartabat. Hanya Duo Radja yang lebih layak menahkodai Sabu Raijua lima tahun ke depan.

 PILKADA SABU RAIJUA tinggal menghitung hari menuju 9 Desember 2020.  Tensi politik di Bumi Hawu Miha yang memanas, kini mulai adem menuju hari pemungutan suara. Seluruh kontestan sedang melakukan kalkulasi politik; apakah sukses merebut hati rakyat lalu menjadi pemenang atau kalah. Semua tentu punya hitungan politik. Tapi, tentu kemenangan itu kembali kepada kedaulatatan rakyat. Rakyat yang berdaulat memutuskan siapa yang lebih layak memimpin Sabu Raijua lima tahun ke depan.

Salah satu pasangan kandidat yang digadang menjadi pemenang; Takem Radja Pono berduet dengan Herman Hegi Radja Haba, yang populer dengan sandi politik TRP-Hegi. Duet yang diusung Partai Golkar, Hanura dan PAN dalam Koalisi Rakyat ini, punya rekam jejak yang baik dan diyakini bisa membawa perubahan bagi Sabu Raijua yang mandiri dan bermartabat.

Takem Radja Pono yang adalah mantan birokrat di Pemprov NTT ini punya pengalaman birokrasi yang mumpuni. Mantan Kepala Rumah Tangga (Karungga) Gubernur NTT dan Sekretaris Badan Perbatasan NTT ini sudah berkeliling Sabu Raijua memperkenalkan diri hingga memaparkan visi misi selama masa kampanye. Rakyat Sabu Raijua pun menyambut niat baiknya dan menyebut Takem layak memimpin Sabu Raijua.

Takem Radja Pono pun merasa terpanggil untuk membangun Sabu Raijua setelah sekian lama mengabdi sebagai Aparatut Sipil Negara (ASN) di Pemprov NTT. “Saya merasa terpanggil untuk mengabdi dan mengaplikasikan semua pengalaman saya sebagai ASN di daerah tempat saya lahir dan bertumbuh yakni Kabupaten Sabu Raijua. Keputusan saya untuk maju dalam hajatan politik ini tidak datang secara tiba-tiba. Ada aspirasi masyarakat yang dan kita mau apa yang sudah dirintis pada waktu lalu bisa kita wujudkan,” tutur Takem kepada seputar-ntt.com Selasa (30/4/2020).

Menurut Madila –sapaan Sabu untuk Takem–, alasan dibalik keinginannya maju di Pilkada, karena masyarakat Sabu Raijua mengharapkan seorang pemimpin yang tegas serta mampu menjawab setiap persoalan yang dihadapi rakyat . Bagi dia, hanya seorang pemimpin yang memiliki empati tinggi terhadap rakyat yang mampu meneropong apa yang ada dalam lumbung masyarakatnya. “Seorang pemimpin harus tegas sebab di tangannya bergantung nasib ribuan rakyat yang dipimpin. Pemimpin tidak boleh berada dalam zona nyaman sementara masyarakat bergulat sendiri dengan kesulitan dan kesusahannya sendiri. Pemimpin itu harus berani mengambil madu untuk rakyatnya tanpa harus takut akan digigit lebah. Dasar pertimbangan itulah kenapa saya membulatkan tekad untuk maju sebagai calon bupati di Sabu Raijua,” tegas suami dari dokter Nina Keraf ini.

Takem pun tak menampik bahwa ada berbagai persoalan yang harus dihadapi dalam membangun Sabu Raijua, terutama kondisi alam yang ganas. Takem mencontohkan, Sabu merupakan daerah semi arit yang terkesan tandus dan kering, karena musim penghujan yang terlampau singkat. Sebagai daerah baru tentu ini menjadi tantangan tersendiri bagaimana menuntaskan persoalan kebutuhan air bagi masyarakat di enam kecamatan.

Rakyat Sabu Raijua pun menerima baik niat politik Takem Radja Pono. “Saya pikir Takem Radja Pono sangat pantas untuk memimpin Sabu Raijua. Dia adalah sosok yang merakyat karena memang lahir dan besar di Seba. Dari sisi pengalaman juga tidak bisa diragukan. Sebagai ASN di Pemprov NTT, saya yakin dia bisa berbuat banyak untuk Sabu Raijua ke depan,” kata tokoh masyarakat Nuse Here, Selasa (14/5/2019), seperti dikutip dari laman seputarntt.com.

Sabu Raijua, menurut Nuse, harus dipimpin oleh orang yang tidak saja mengenal secara baik kondisi Sabu Raijua, tapi juga seorang yang mampu secara birokrasi sehingga diharapkan dapat mengeksekusi berbagai program pembangunan sesuai aturan yang telah ditetapkan. “Takem itu birokrat tulen. Dia teruji secara manajerial. Saya percaya dia mampu membuat gebrakan sesuai dengan kemampuan keuangan daerah,” kata Nuse Here.

Koleganya Kirenius Buli juga berkata yang sama. Tokoh yang telah makan asam garam dalam dunia politik di Sabu Raijua ini secara tegas mengatakan, Takem Radja Pono adalah The Next Ratu Kolo Moto di Sabu Raijua. Politisi Golkar ini juga mengaku sangat mengenal karakter seorang Takem Radja Pono sehingga ia tak ragu memberi dukungan dan restu bagi salah satu putra terbaik Sabu Raijua itu.

“Takem Radja Pono itu The Next Ratu Kolo Moto. Saya omong bukan sekedar dengar cerita orang tapi saya kenal siapa dia. Saya pikir Takem adalah sosok terbaik yang diharapkan memimpin Sabu ke depan. Tak bisa dipungkiri bahwa masyarakat Sabu Raijua sedang menanti seorang pemimpin yang bisa melanjutkan berbagai program di Sabu Raijua yang dilakukan pemerintahan sebelumnya,” tegas anggota DPRD Sabu Raijua dari Partai Golkar ini.

Dukungan Meluas

Dukungan rakyat Sabu Raijua terhadap duet TRP-Hegi ini meluas dan mengkristal nyata saat pendaftaran ke KPUD dan deklarasi paket itu, 5 September lalu. Ribuan massa pendukung dan simpatisan tumpah ruah. Bersama pengurus partai pengusung yakni Partai Golkar, Hanura dan PAN, mereka menghantar paket ini ke KPUD.

Dalam orasi politiknya bakal calon Bupati, Takem Radja Pono berjanji akan memanfaatkan semua sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang ada di Sabu Raijua. Jika semua sumber daya mampu dikelola secara maksimal diharapkan tidak lagi terlalu bergantung dengan bantuan dana baik dari luar. “Alam Sabu Raijua memang ekstrim, tetapi Tuhan telah menyediakan sesuatu yang besar untuk negeri ini. Kita mengeluh dengan panas dan angin tapi jika kita mampu memanfaatkan panas dan angin itu maka kita bisa memproduksi garam secara besar dengan kualitas yang sangat baik ,” kata Takem.

Dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM), kata Takem, orang Sabu Raijua tidak kalah dengan orang lain. Ini dibuktikan dengan bayaknya pemimpin cerdas yang lahir dari Bumi Hawu Miha ini. Jika semua sumber daya manusia di Sabu Raijua maupun yang ada di luar disatukan untuk membangun maka akan terjadi lompatan yang luar biasa di Sabu Raijua. “Kalau kita mampu membangun semua sumber daya yang ada maka pulau yang kecil ini tidak terlampau sulit untuk dibangun. Kedepan selain memperluas tambak garam juga kita akan mengelola Nigarin untuk mendongkrak PAD. Nigarin itu adalah Sari Air Laut atau yang kita biasa sebut Ai Paddu. Harganya cukup bagus berkisar 30 hingga 40 ribu per liter. Selama ini Ai Paddu itu dibuang percuma padahal sangat penting khasiatnya untuk kesehatan dan kecantikan,” papar Takem Radja Pono.

Ia juga berjanji jika dipercaya memimpin Sabu Raijua maka akan melakukan gerakan mengoptimalkan semua lahan. Dengan demikian kebutuhan pangan untuk Sabu Raijua bisa tercukupi. “Untuk pemenuhan kebutuhan pangan maka hal yang akan kita lakukan nanti adalah membangunkan lahan tidur. Embung-embung yang dibangun harus benar-benar dimanfaatkan secara baik. Selain itu harus diberi sentuhan teknologi bagimana kita menanam diwilayah yang kering ini tapi tidak terlalu menggunakan air yang banyak,” jelas Takem.

Ketua DPD II Partai Golkar Sabu Raijua, Simon Dira Tome dalam orasi politiknya mengatakan, Partai Golkar tidak asal-asalan mendukung Paket TRP-Hegi tapi sudah melalui berbagai tahapan sesuai mekanisme partai. “Sebagai partai yang telah dua kali memenangkan pertarungan Pilkada di Sabu Raijua maka Golkar telah melakukan berbagai tahapan dan mekanisme partai hingga akhirnya menentukan pilihan. Sesuai hasil survei yang dilakukan oleh partai Golkar maka TRP-Hegi berada diurutan teratas sehingga Golkar menetapkan dukungan pada paket Koalisi Rakyat ini,” kata Simon yang juga Wakil Ketua DPRD Sabu Raijua ini.

Ketua DPD, Partai Hanura NTT, Refafi Gah juga meminta masyarakat Sabu Raijua untuk tidak memilih pemimpin yang loyo. Juga tidak memiliki semangat melayani masyarakat secara maksimal. Sabu Raijua harus mampu berubah dari kondisi yang ada saat ini sehingga semangat otonomi daerah itu bisa terwujud lewat kesejahteran rakyat. “Masyarakat Sabu Raijua harus menggunakan momentum politik ini untuk tidak memilih pemimpin yang loyo dan tidak memiliki semangat dalam melayani rakyat. Sebab apa, pemimpin yang loyo hanya melaksanakan tugas protokol saja tanpa memikirkan apa yang menjadi kebutuhan mendasar dari masyarakat,” tegas Refafi yang juga Anggota DPRD NTT ini.

Tokoh masyarakat Sabu Raijua Hendrik Bunga juga berpendapat, Takem Radja Pono bukan orang baru di Sabu Raijua. Dia adalah anak yang tali pusarnya ditanam di Pulau Sabu. Tumbuh dan besar dalam adat dan tradisi orang Sabu, sehingga jika ada niat untuk maju dalam Pilkada Sabu Raijua, harus dimaknai sebagai sebuah panggilan mulia untuk membangun tanah leluhurnya menjadi lebih baik. Menjadi pemimpin di Sabu Raijua, kata Hendrik, harus mememiliki hati dan kepedulian terhadap kebutuhan masyarakat, dan harus tegas dalam memutuskan setiap kebijakan yang pro rakyat tanpa takut kehilangan simpati dari lawan politik.

“Bagi saya pribadi, Pak Takem ini bukan orang baru. Dia juga selalu berusaha melibatkan diri dalam berbagai kegiatan di Sabu Raijua. Sebagai orangtua di Sabu saya sangat mengharapkan ada pemimpin yang tegas dalam mengeksekusi berbagai kebijakan yang memihak rakyat kecil. Pemimpin yang tidak lelah turun ke masyarakat dan tidak hanya menghabiskan waktu di belakang meja serta gemar sekali jalan keluar daerah. Membangun Sabu Raijua bukan hal gampang sebab ada berbagai dinamika ketika pemerintah hendak melakukan sebuah pembangunan. Karena itu, pemimpin harus tegas dan tidak goyah ketika muncul berbagi penolakan. Pemimpin harus bisa merangkul setiap perbedaan dan memformulasikan menjadi sebuah kebijakan yang nantinya berpihak pada kepentingan masyarakat banyak,” imbuh Hendrik Bunga.

Hal senada disampaikan Musa Lede. Tokoh masyarakat Sabu Barat yang juga pengurus salah satu partai ini mengatakan, saat ini masyarakat Sabu Raijua sedang menunggu pemimpin baru. “Saya mau jujur bahwa kami masyarakat ini sedang menunggu pemimpin baru di Sabu Raijua. Sebab apa yang menjadi janji kampanye pemerintahan saat ini tidak dilaksanakan sehingga kami kecewa. Saya rasa bukan hanya saya saja yang kecewa tapi sudah jadi perbincangan umum. Saat ini pembangunan di Sabu Raijua seperti berjalan di tempat dan visi misi yang dijanjikan kemarin tetap menjadi janji semata,” gerutu Musa Lede.

Warga Sabu Raijua diaspora pun memberi dukungan kepada paket TRP-Hegi. Hendrik Bunga, salah satu tokoh asal Sabu Raijua yang berdomisili di Kota Kupang, menuturkan, keinginannya melihat Sabu Raijua bisa mengalami masa kejayaan seperti di masa kepemimpinan Bupati  Marthen Dira Tome. Karena itu, dia berharap TRP-Hegi bisa melanjutkannya. “Saya ingat bahwa pada Pilkada pertama di Sabu Raijua, kami tidak mendukung Pak Dira Tome, tapi dia mau merangkul dan melibatkan kami untuk membangun Sabu Raijua, sekalipun kami ada di Kupang. Dia tahu bahwa kami memang tinggal di Kupang, tapi bukan berarti tidak ada hubungan dengan saudara-saudara di Sabu. Waktu mau bangun tambak garam di Hawu Mehara, dan ada yang menolak, Pak Marthen menemui kami dan meminta untuk turun ke Sabu karena dia tahu bahwa kami memiliki hubungan dengan lahan yang akan dibangun tambak garam itu,” kata Hendrik Bunga, tokoh asal Hawu Mehara yang tinggal di Fatufeto.

Sementara itu, Fredy Hendri Boeky, salah satu tokoh yang juga mantan atasan langsung Marthen Dira Tome di Dinas Pendidikan NTT mengatakan, membangun Sabu Raijua tidak cukup hanya dengan memiliki kemauan. Tapi membutuhkan kesiapan fisik dan mental, sebab sudah terbukti bahwa tidak semua niat baik pemerintah dalam membangun Sabu Raijua akan diterima begitu saja oleh masyarakat. Tidak hanya penolakan, tapi juga bagaimana memikirkan berbagai potensi yang nanti bisa menghidupi Sabu Raijua secara swadaya tanpa harus menunggu bantuan dari pemerintah pusat maupun provinsi.

“Saya lihat ada berbagai gejolak yang terjadi ketika pemerintah hendak melakukan pembangunan. Untung saja Marthen Dira Tome waktu itu memiliki ketegasan dan kemauan yang kuat sehingga tidak mundur ketika ada penolakan. Saya tahu persis dia karena pernah menjadi staf saya. Dia tidak mengenal kata mundur jika itu menyangkut kepentingan banyak orang. Nah saya harap pemimpin di Sabu Raijua harus seperti itu. Harus siap fisik, tidak boleh tidur-tidur saja atau duduk di belakang meja,” tegas Hendri Boeki, tokoh dari Hawu Mehara ini.

Kedaulatan sesungguhnya ada di tangan rakyat. Pasangan mana yang bakal mendapat kepercayaan rakyat pada 9 Desember, itulah yang menjadi pemenang. Selamat berdemokrasi yang cerdas. Pilihlah pasangan yang terbaik untuk Sabu Raijua yang mandiri dan bermartabat. (josh diaz/sumber seputar-ntt.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *