Pesan Natal dari Vatikan: Hentikan “Gosip” yang Memicu Konflik

oleh -216 Dilihat

VATIKAN – Paus Fransiskus mendesak birokrat Vatikan menghentikan obrolan negatif seperti gosip yang dapat mengubah krisis menjadi konflik.

Hal itu disampaikan secara tegas dalam pesan kasih Natal di Takhta Suci Aula Clementine, Istana Apostolik, melansir Daily Mail pada Senin (21/12/2020), seperti dilansir kompas com.

Paus menekankan bahwa obrolan kosong seperti itu, bisa menjebak manusia dalam keadaan tidak menyenangkan, sedih, dan mencekik karena mementingkan diri sendiri.

Peringatan itu disampaikan setelah Paus ke-266 Gereja Katolik Roma itu mengumpulkan para kardinal, uskup, dan wali gereja Vatikan untuk menyampaikan ucapan selamat Natal tahunannya.

Pertemuan tersebut juga menandai akhir tahun yang diwarnai dengan pandemi virus corona dan skandal keuangan di Vatikan.

Dalam beberapa tahun terakhir, Paus Fransiskus menggunakan kesempatan itu untuk menyampaikan tindakan brutal terhadap pengadilan pimpinan gereja yang menyelimuti kepausan.

Ia juga pernah menyoroti masalah lunturnya keyakinan iman beberapa rohaniawan gereja, atau yang sering disebut “Alzheimer spiritual”.

Tahun ini, Francis mengatakan konflik di gereja antara pemikiran “kiri dan kanan” atau progresif dan tradisionalis, hanya merugikan gereja dan merusak sifat aslinya.

“Untuk alasan ini, akan lebih baik bagi kita untuk berhenti hidup dalam konflik, dan sekali lagi merasa bahwa kita melakukan perjalanan bersama,” kata Pimpinan Gereja Katolik Roma yang memiliki nama asli Jorge Mario Bergoglio itu.

Menurutnya, krisis tidak sama dengan konflik. Krisis di gereja akan menawarkan kesempatan untuk pembaruan, tetapi konflik hanya buang-buang energi dan membuka kesempatan untuk kejahatan.

“Kejahatan pertama yang membawa kita ke konflik, dan yang harus kita coba hindari, adalah gosip. Obrolan kosong, yang menjebak kita dalam keadaan mementingkan diri, yang tidak menyenangkan, menyedihkan, dan mencekik,” ujarnya dalam pidato dari Takhta Suci itu.

“Itu mengubah krisis menjadi konflik,” tegasnya.

Seperti negara-negara lain di dunia, tahun 2020 Vatikan juga mengalami penguncian ketat. Kondisi itu menghentikan kegiatan paus di seluruh dunia, membatalkan pertemuan rutin dengan para umatnya.

Museum Vatikan sebagai sumber utama pendapatan Takhta Suci juga harus ditutup.

Kemunduran pastoral dan keuangan diperparah oleh skandal dengan adanya investasi serampangan sebesar 350 juta euro (Rp 6 miliar) oleh pejabat Vatikan. Investasi pada usaha real estat di London tersebut, sekarang menjadi subyek penyelidikan korupsi.

Temuan itu dilaporkan oleh orang dalam gereja. Skandal tersebut telah mengungkap adanya perang sektoral yang memecah belah dalam hierarki Vatikan.

Seorang kardinal berpangkat tinggi sudah dicopot dari kedudukannya akibat hal tersebut. Dia hanya satu dari korban lainnya.

Pimpinan Gereja Katolik Roma itu juga meminta agar gereja tidak dinilai berdasarkan krisis di masa lalu atau sekarang.

“Kita melihat sejarah baru-baru ini hanya sebagai serangkaian kecelakaan, skandal dan kegagalan, dosa dan kontradiksi, jalan pintas dan kemunduran dalam kesaksian kita. Harusnya, kita tidak perlu takut,” katanya.

Menurutnya, krisis seperti itu mendorong keterbukaan untuk bisa berubah dan mencari jalan yang lebih baik ke depan. (ucan/jdz)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *