Yoakhim Jehati bersama keluarga
Dulu ‘ku tak tahu, Tuhan
Berat kurasakan
Hati menderita dan ‘ku tak berdaya
Menghadapi semua
Tapi ‘ku mengerti sekarang
Kau tolong padaku
Kini ‘ku melihat dan ‘ku merasakan
Indah rencanaMu…
RANGKAIAN kalimat dua alinea di atas adalah penggalan lirik lagu rohani
berjudulnya: “Indah RencanaMu Tuhan”. Lagu ciptaan Pdt Awondatu, sering terdengar menggema luas. Apalagi dinyanyikan sejumlah musisi papan atas sepertu John Tanamal atau Alfons Sagetapy.
Penggalan lirik itu agaknya pas melukiskan jejak hidup, juga perjuangan Yoakim Yohanes Jehati. Harus diamini. Ia kini adalah salah satu figur publik, setidaknya di Manggarai. Profesinya sebagai politisi. Usianya pun masih milenial, 39 tahun. Hebatnya, sudah memangku jabatan bergengsi. Selain sebagai Ketua DPD Golkar Manggarai, juga Ketua Fraksi Golkar DPRD setempat. Namun di balik itu semua, tak banyak yang tahu kalau Yoakim pernah menjadi TKI ilegal di Negeri Jiran, Malaysia.
Kisah Pilu
Kisah hidup Yoakim memang pilu. Lahir dari keluarga petani misikin, nyaris memupuskan tekadnya melanjutkan pendidikan. Tapi Yoakim tidak putus asa. Ia memilih merantau dan bekerja serabutan demi menggapai masa depannya. Yoakim remaja rela menjadi cleaning service hingga kuli bangunan.
Bagaimana kisahnya? “Saya memang terlahir dari keluarga yang sangat miskin. Untuk melanjutkan sekolah ke SMP saja butuh partisipasi keluarga besar,” kata Yoakim, anak kedua dari delapan bersaudara.
Maklum saja. Orangtuanya,
pasangan Aloysius Damar dan Lusia Ingkuk, sehari-hari hanya petani lahan kering. Hasil kebun untung untungan cukup untuk kebutuhan makan setahun. Kondisi itu menjadi ganjalan serius membiayai pendidikan anak, termasuk Yoakim, ke SMP sekalipun. “Bapa saya hanya memiliki keahlian tambahan sebagai penyadap nira aren (pante tuak). Tanpa dukungsn keluarga besar, orangtua saya tidak mampu membuatai saya melanjutkan sekolah ke SMP Negeri Pagal di ibukota Kecamatan Cibal. Padahal saya saat itu adalah siswa berprestasi di SDI Lando,” kenang Jehati.
Berhasil tamat SMP dengan urunan biaya keluarga besar, Yoakim berharap lanjut ke SMA. Jawaban orangtua, sama: tidak mampu. Yoakim tidak putus harapan. Ia memilih merantau ke Makassar. Di sana Yoakim bekerja sebagai cleaning service sambil sekolah di SMA. Tempat kerja awalnya di Pasar Sentral, Restoran dan terakhir sebagai Cleaning Service di Bank BPD Sulawesi Selatan, hingga tamat SMA. “Saya biayai sendiri tanpa campur tangan orangtua. Bahkan sempat tiga kali mengirim uang untuk orangtua di kampung,” kisah dia.
Dari Makasar dia kembali ke kampung selama satu minggu untuk melapor ke orangtua dan keluarga kalau sudah selesai SMA. Namun orangtua malah menyuruh dirinya menetap di kampung dan bertani. Keputusan orangtua itu buat Yoakim sedih. Seminggu kemudian ia memilih kembali ke Makassar.
Satu bulan berada di Makasar, dia nekad mengikuti keluarga dari kampung yang hendak ke Malaysia Barat melalui jalur TKI Ilegal. Ia pun berangkat bersama mereka ke Tanjung Pinang dengan modal awal Rp 800 ribu, hasil pinjaman dari keluarga yang ke Malaysia Barat.
Selama di Malaysia, Yoakim bekerja sebagai buruh bangunan. Gaji tahun pertama dikirim ke orangtua di kampung untuk merehab rumah. “Tahun kedua dan ketiga, saya bekerja sebagai buruh bangunan (tukang kayu), lalu mengumpulkan uang untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Dan, tahun 2004, saya balik ke Manggarai, lalu mendaftarkan dan kuliah pada STIPAS Ruteng. Seluruh biaya hingga selesai tahun 2010, dari uang hasil kerja di Malaysia tanpa campur tangan orangtua,” jelas Jehati.
Jejak Politik
Kini, derita dan nestapa itu pun sirna. Ia mulai bersinar dibawah teduhnya Pohon Beringin. Golkar Manggarai membuka jalan tol baginya untuk bersinar.
“Politik bagi saya adalah luhur dan mulia. Begitu indah dijalankan diatas tantangan dan peluang yang ada, sebagai sarana berjuang untuk kepentingan rakyat,” tutur Jehati kepada mediantt.com, Minggu (12/6/2021).
Berbekal pengamalan organisasi di ekstra dan intra kampus itu, lulusan SDI Lando (1989-1995) dan SMP Negeri Pagal (1995-1997) ini, memantapkan pilihan politik untuk bergabung dengan Partai Golkar Kabupaten Mangarai sebagai anggota Bidang Pemenangan Pemilu Kecamatan Cibal dan Reok. “Setelah satu tahun di bidang pemenangan pemilu itu, saya ikut mencalonkan diri dan terpilih sebagai Ketua Golkar Kecamatan Cibal periode 2011-2016 dan tahun 2014 ikut caleg. Puji Tuhan saya terpilih untuk pertama kali sebagai anggota DPRD Manggarai periode 2014-2019,” tutur Yoakim.
“Pada Pemilu Legislatif 2019 lalu, saya jembali terpilih sebagai anggota DPRD Manggarai periode 2019-2024 dari Dapil Kecamatan Cibal, Cibal Barat, Reok dan Reok Barat,” tambah Ketua Komunitas Mahasiswa Pelajar Cibal (KOMPAC) Ruteng tahun 2006-2007.
Pria kelahiran Waenggeng 30 Mei 1981 ini mengakui juga bahwa politiklah yang menghantar dirinya bisa berbuat sesuatu bagi masyarakat Manggarai khususnya di dapilnya. “Saya akan terus berupaya memberikan pikiran terbaik demi pembangunan Manggarai pada umumnya. Saya sangat berterima kasih karena memiliki kesempatan lebih dari masyarakat lainnya untuk berpikir, berjuang dan berbuat sesuatu untuk masyarakat. Karena saya bukanlah yang terbaik, tapi bukan pula yang terburuk,” kata politisi Golkar berbesik guru agama ini.
Ditanya sikap politiknya ketika namanya dijaring sebagai salah satu bakal calon bupati Manggarai tahun 2024, mantan guru Komite SMP Negeri 5 Langke Rembong ini mengatakan, ini tanggungjawab yang amat berat, tapi juga sebuah peluang dan tantangan.
“Tapi sebagai kader saya selalu siap menjalankan amanah partai. Karena berpartai atau berpolitik adalah sarana menuju tercapainya kekuasaan publik untuk melaksanakan amanat rakyat. Bagi saya, pencalonan ini tidak ada yang luar biasa, karena kemarin, hari ini dan besok saya tetap sama, yakni selalu berupaya hadir dan menjadi bagian dari persoalan rakyat. Tapi, semuanya itu kembali kepada yang empunya kedaulatan yakni rakyat sendiri,” polos mantan marketing PT Telesindo ini.
Atas kepercayaan itu, sebagai Ketua Golkar Manggarai, menyampaikan terima kasih kepada Partai Golkar; kader, simpatisan, anggota, para pengurus, di tingkat DPD II Manggarai maupun DPD I Partai Golkar NTT, atas kepercayaan serta tanggungjawab maha berat ini. (josh diaz)