LEWOLEBA, mediantt.com – Komunitas Mancing Mania Nusantara yang tengah menjalankan aktivitas Tour Keliling Nusantara, menemukan kejutan tak terduga saat melakukan perjalanan memancing di Lembata.
Meskipun terkenal dengan ikan tuna, para pemancing menghadapi tantangan unik, mencari es batu.
Edi Wijaya, ketua tim komunitas Mancing Mania Nusantara, dihadapan Penjabat Bupati Lembata, Matheos Tan, di Panti Asuhan Eugene Smith, Lamahora, Senin (20/11), secara terbuka menyampaikan unek-uneknya terkait kelangkaan es batu di Lembata.
Ia mengibaratkan mencari es batu seperti mencari emas di Lembata, begitu sulit ditemukan. “Satu yang saya prihatin, kenapa tidak ada es batu di pulau ini,” kesal Edi Wijaya.
Lanjutnya lagi, “Saya kaget pa, saya keliling Indonesia, keliling kemana-mana, itu enda ada yang namanya pulau tidak punya es batu.”
Kekecewaan Edi bersama timnya ini beralasan dan terpaksa diungkapkan dihadapan Bupati Theo, mengingat potensi ikan di Lembata begitu luar biasa. Potensi ini menurutnya harus diimbangi dengan ketersediaan infrastruktur pendukung yang memadai seperti cold storage atau pabrik es.
Hal ini juga dipicu kejadian yang tidak mengenakkan di lapangan. Ikan yang seharusnya begitu segar, karena ketersediaan es batu yang tidak memadai membuat hasil pancing hampir busuk. “Beberapa ikan ada yang rusak karena es batu kurang,” jelas Edi.
Dia bersama timnya sudah berupaya, coba mencari es batu namun susah didapatkan. “Cari es batu bagaikan mencari emas di pulau Lembata,” ujarnya.
Karena itu, ia berharap tahun depan, ketika ia bersama rekan-rekannya kembali ke Lembata kesulitan ini tidak ditemukan lagi. Minimal pabrik es batu sudah tersedia, sehingga hasil pancing tetap fresh atau terjaga kesegarannya.
“Semoga Lembata saat itu sudah semakin maju, terutama infrastruktur pendukung, penopang ekonomi masyarakat di sektor pariwisata dan kelautan sudah tersedia,” katanya.
Menanggapi keluhan dan harapan ini, Ben Tenti, seorang kontraktor dan pengusaha sukses Lembata meresponnya dengan memberikan jawaban akan sebuah kepastian.
Ben Tenti meyakinkan Edi Wijaya bahwa sebagai anak tanah Lembata akan menyediakan kebutuhan es batu.
“Minggu depan, es batu kita suda bisa diproduksi. Saya sebagai anak tanah, merasa prihatin dengan keadaan seperti ko Edi sampaikan. Keadaan seperti itu sudah bisa saya jawabi,” kata Ben Lelaona, pemilik PT Trans Lembata. “Yang bisa diproduksi 20 ton perhari,” tambah dia.
Sementara tanggapan Bupati terhadap keluhan dan permasalahan ini, Bupati Theo mengatakan bahwa sebenarnya persoalan ini sudah bisa teratasi bila pembicaraan dengan Badan Pangan Nasional (BPN) untuk pembangunan cold storage bisa terealisasi secara baik.
Bupati secara terbuka mengakui sempat kecewa karena pembatalan pembangunan cold storage ini. Padahal direncanakan akan di bangun di sekitar lokasi TPI kota Lewoleba, cold storage dengan kapasitas tampung sebanyak 27 ton.
“Untuk kesiapan listrik juga, kemampuan daya dimintakan untuk ditambahkan,” kata Bupati Theo.
Namun ternyata terletak pada meyakinkan orang di kementerian atau di pusat tidak berjalan sukses. Ekspektasinya kurang bagus sehingga ditolak.
“Dua kepala dinas yang saya tugaskan untuk orang Jakarta evaluasi, ternyata mereka enggak nyampaikan dengan ekspektasi yang bagus, sehingga 27 ton itu tidak jadi di kami,” ujar Bupati Theo.
Selain itu, kegagalan ini juga disebabkan karena penentuan lokasi di sekitar TPI dianggap tidak strategis, kurang bagus dan tidak sesuai arahan Pj Bupati Lembata.
Kekecewaan bupati Lembata ini tidak berhenti disitu. Dia semakin kecewa dengan penjelasan dari bawahannya, bahwa mereka hanya ingin cold storage dengan daya tampungnya yang kecil.
“Mereka sampaikan bahwa mereka cari yang kecil-kecil saja, yang cuman paling 2, 3 ton, 4 ton, karena ikan itu untuk mama-mama. Saya kecewa itu,” terang putra Ambon Maluku ini.
Namun demikian, dia tidak terus berkecil hati. Kali ini ia telah mengajukan kembali permintaan untuk pengadaan cold storage dengan kapasitas tampung sekitar 10 ton karena yang 27 ton proyeknya sudah terlewati.
“Kalau tidak ada kendala, harusnya 27 ton sudah dibangun di bulan November ini di TPI. Tapi ya itulah, saya pahami kepala dinas saya disini, yang kurang paham mengenai ini,” kata Bupati Theo menyesalkan.
Sebagai informasi, kedua kepala dinas yang dipercayakan oleh Penjabat Bupati Lembata untuk menangani hal ini adalah Kepala Dinas Perikanan dan Kepala Dinas Koperindag.
Kedua kepala dinas inilah yang diberikan kepercayaan oleh Bupati untuk mempresentasikan hasil kajian dan kebutuhan di Lembata kepada tim dari Jakarta. Namun, karena lokasi yang ditunjuk tidak memenuhi standar kebutuhan 27 ton, maka pada akhirnya rencana pembangunan cold storage itupun pada akhirnya gagal.
Dengan adanya permasalahan es batu di Lembata ini, mestinya menjadi catatan penting dan menjadi prioritas utama pemerintah bersama stakeholder di Lembata untuk mengatasinya. (baoon)