Memaknai Jejak Lomblen dan Temu Akbar IKL Kupang untuk Lembata Hara Dien

oleh -29 Dilihat

Penjabat Bupati Marheos Tan menyerahkan petaka kepada Ketua IKL Kupang Abdi Keraf.

Gemuru histeris melengking lantang di Aula Kampus Universitas Muhamadyah Kupang, Jumat (8/3). Kurang lebih seribu warga Lembata diaspora Kupang serempak teriakan Lembata Helero…, Lembata Hara Dien…. Mereka bersatu di acara Temu Akbar Keluarga Lembata Kupang, dengan dua agenda; Peringatan 70 Tahun Statemen 7 Maret 1954 dan Pengukuhan Badan Pengurus (BP) Ikatan Keluarga Lembata (IKL) Kupang periode 2022-2025.

Temu akbar ini dikemas dengan amat menarik, lalu dipadukan dengan musik dan tari dari mahasisw-mahasiswi Lembata di Kupang, memberi makna tersendiri. Penjabat Bupati Lembata dan istri juga diarak memasuki arena Temu Albar dengan tarian hedung. Seluruh rangkaian acara pun diawali dengan refleksi perjalanan Lomblen menuju daerah Otonomi, dengan titik star dari pernyataan bersama 7 Maret 1954, hingga menjadi kabupaten sendiri pada 12 Oktober 2000; berpisah dari Flores Timur. Kilas balik itu diputar dalam vidio berdurasi 20 menit, dengan dentumen musik yang merinding. Semua terpukau menyaksikan litani perjalanan Lomblen menuju Lembata yang otonom saat ini.

Menariknya, temu akbar yang digawangi Karel Botoor dkk selaku Panitia ini, dihadiri oleh Penjabat Bupati Lembata, Drs Matheos Tan, M.Si, bersama Ny Sonya Sofia, juga para sesepuh Lembata di Kupang, termasuk mantan Wakil Bupati dan Bupati Lembata Dr Thomas Langoday dan eks Penjabat Bupati Lembata 2022-2023, Marsianus Jawa.

Refleksi atas Statemen 7 Maret ini ditandai pula dengan pembacaan kembali naskah tersebut oleh Berkmans Betekeneng, anak sulung perintis 7 Maret 1974 Guru Gute Betekeneng. Suasana lalu menjadi merinding ketika usai pembacaan itu diikuti dengan lagu “Tanah Lembata Helero“, oleh Gerady Tukan, sang penggubah lagu itu. Semua warga Lembata ikut bernyanyi sembari malambaikan tangan.

“….Dendero e
Tanah Lembata helero
Lewo tana kmela
Lewo tite Lembata sare
Alus tak alusi
Tana Lembata hara di’en
Kaan oneket tou
Pai soga naran tanah Lembata”

Pengukuhan Pengurus IKL

Acara pun memasuki prosesi pelantikan badan pengurus IKL Kupang, yang diawali oleh pembacaan Surat Keputusan Mubes 2 tahun 2022 oleh Bedy Roma didampingi Jefry Tapobali dan John Oleona, tentang pembentukan Pengurus IKL Kupang periode 2022-2025. Lalu Sekretaris Umum IKL, Hamzah Wulakada, membacakan struktur kepengurusan IKL Kupang, untuk dilantik oleh Penjabat Bupati Lembata, Drs Matheos Tan, MM.

Penjabat Bupati pun melantik para pengurus IKL; “saudara sekalian, ikuti saya; atas nama Tuhan dan Leluhur Lewotana Leuauq Lembata dan senantiasa mengharapkan berkat Tuhan Yang Maha Kuasa, dan restu Lewotana Lembata, kami badan pengurus IKL Kupang, berjanji dan berikrar….

“Dengan ini saudara semua sudah secara sah dilantik untuk mengemban amanah sebagai pengurus IKL Kupang,” tutur Matheos Tan, lalu menyerahkan petaka kepada Ketua IKL Kupang, Abdy Keraf, untuk dikibarkan. “Lembata Helerooo….,” teriak Abdy sembari melambaikan petaka tersebut.

IKL Siap Hadir

Dalam pidato singkatnya, Ketua IKL Kupang, Abdy Keraf, tegas berkata, momentum pengukuhan pengurus ini membuktikan bahwa IKL hadir dan ada untuk seluruh keluarga Lembata di Kupang.

“Mulai hari ini dan seterusnya, penguris IKL siap hadir membangun semangat persaudaraan di antara semua orang Lembata di Kupang. Panggil kami anak, panggil kami kakak, panggil kami adik, panggil kami saudara dalam setiap urusan suka dan duka. Tidak boleh urus sendiri,” tegas Abdi Keraf yang juga dosen Psikolog Undana ini.

Putra Pieter Boliona Keraf ini berharap agar ke depan, semagat persaudaraan di tengah keluarga Lembata Kupang tetap terjaga dan terpelihara dengan baik. “Panggil kami masuk ke dalam rumahmu. Karena kita adalah saudara,” tegas Abdi Keraf.

Jangan Seperti Lumba-lumba

Ketua Dewan Pembina IKL Kupang Sinun Petrus Manuk mengingatkan pengurus IKL Kupang untuk sungguh menunjukan tanggung jawab dan dedikasi, juga konsisten menjalankan organisasi IKL Kupang.

“Jangan timbul tenggelam. Jangan juga seperti ikan lumba-lumba yang naik turun di permukaan laut. Jadilah perekat bagi warga Lembata di Kupang,” pesan mantan Kadis Sosial NTT ini.

Menurut dia, warga Lembata di Kota Kupang adalah orang Lewo (kampung) yang merantau di Kota Kasih. Namun selalu ada bisikan dan panggilan hati nurani, yang direstui leluhur lewotana untuk terus memupuk rasa persaudaraan dalam spirit Taan Tou untuk Lembata Hara Dien atau Lembata yang lebih baik.

“Pak Pj bupati pake juga kami di Kupang. Kami punya banyak akademisi yang tersebar berbagai perguruan tinggi di Kupang, yang tentu mereka siap membantu,” imbuh Sinun Manuk.

Dia juga berkisah, IKL Kupang terbentuk sejak tahun 2009, dengan ketua pertama Pak Ignas Bataona. Lalu dalam Mubes kedua tahun 2022, kepemimpinan IKL diserahkan ke Abdi Keraf dengan pengurus baru yang dilantik malam ini.

Dia juga berharap, IKL Kupang terus melakukan kerja-kerja keorganisasian secara konsisten. “Sebagai dewan pembina, kami berharap kolaborasi bersama IKL Kupang dan Pemkab Lembata terus berlanjut,” tegas mantan Penjabat Bupati Lembata ini.

Proficiat Pengurus IKL

Usai mengukuhkan badan pengurus IKL Kupang, Pj Bupati Lembata Matheos Tan menyampaikan selamat dan proficiat kepada pengurus yang baru saja dilantik.

“Atas nama Pemerintah Daerah Kabupaten Lembata, kami mengucapkan proficiat kepada Ketua dan segenap pengurus IKL yang dikukuhkan hari ini,” ujar Matheos Tan.

Kepada pengurus lama, Pj Bupati Lembata juga menyampaikan terima kasih atas pengabdian selama menjalankan organisasi IKL.

Pj Bupati juga menyampaikan sejumlah program pembangunan Lembata. Kata dia, sejauh ini sejumlah kerja cerdas telah dilakukan pemerintah. Sehingga persoalan krusial seperti stunting di Lembata sudah turun prevalensinya.

Selain itu, Pemkab Lembata juga sedang fokus membangun infrastruktur jalan dan digitalisasi pelayanan yang mempermudah masyarakat dalam mengurus administrasi kependudukan dan keimigrasian.

Matheus Tan juga berpesan kepada rakyat Lembata untuk bersatu dan terus meneladani spirit para pejuang Statemen 7 Maret 1954. Terkutuklah mereka yang mengkhinati spirit statemen 7 Maret 1954.

“Kita harus saling hormat menghormati, kasih mengasihi, dan hidup dalam damai untuk diwariskan kepada anak cucu kita. Sebab Injil dan Alquran mengajarkan untuk saling mengasihi sebagai anak Tuhan,” tegas Matheos Tan mengutip pesan salah satu tokoh tokoh Perintia Statemen 7 Maret 1954.

Pantauan mediantt.com, Temu Akbar, Peringatan Statement 7 Maret dan Pengukuhan Badan Pengurus IKL Kupang berlangsung meriah. Ada tarian dolo-dolo dan Beku asal Lebatukan, yang dibawakan oleh mahasiswa dan mahasiswi asal Lembata di Kupang. Lalu dilengkapi dengan ramah tama bersama, dan berjoget ria penuh sukacita. (jdz)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *