Adu Cerdas Cagub NTT di Forum Ba’Omong NTT

oleh -14 Dilihat

Banyak forum diskusi telah memberi ruang kepada para kandidat gubernur dan wagub NTT untuk beradu konsep dan gagasan. Ada kandidat yang antusias hadir berdiskusi, ada yang masih enggan datang untuk beradu argumentasi. Publik NTT pun sudah punya persepsi terhadap para kandidat. Selasa, 31 Oktober 2017, forum yang sama digelar Komunitas Wartawan Media Online (Kowmen) NTT), yang dikemas dalam Forum Diskusi Ba’Omong NTT. Empat kandidat hadir mengadu kecerdasan. Ada Jacky Ully, Ray Fernandez, Robert Marut dan Melkiades Laka Lena.  

AULA Hotel Pelangi di Lantai dua penuh sesak. Ratusan undangan, yang didominiasi kalangan muda, memenuhi ruangan diskusi itu. Dinamika diskusi mulai terasa geregetnya ketika moderator Pius Rengka memetakan permasalahan konkrit NTT, termasuk peta politik yang sedang terjadi akhir-akhir ini di internal partai dalam menggodok para bakal calon gubernur dan wakil gubernur. Sekaligus memperkenalkan para kandidat yang hadir di forum bermartabat itu.

“Pemimpin itu ibarat lilin yang menerangi kegelapan sembari mencairkan dirinya sendiri. Pemimpin NTT diharapkan seperti lilin,” kata Pius Rengka, lalu melempar pertanyaan pokok kepada Cagub dan Cawagub untuk menjawab. “Kami yakin, bapa-bapa ini maju untuk menjadi calon gubernur dan wagub untuk menyelesaikan soal-soal pokok yang belum diselesaikan di NTT. Apa masalah pokok NTT menurut anda?” tanya Pius Rengka.

Melki Laka Lena, Cagub dari Partai Golkar ini, didaulat pertama untuk memaparkan gagasannya. Merujuk kepada hasil penelitian dari Tim UGM, Ketua DPD I Golkar NTT ini menjelaskan, persoalan klasik di NTT adalah konsolidasi perbedaan dengan aneka ragam masalah. Karena itu, energi orang NTT dihabiskan untuk berkonflik, bukannya disinergikan untuk membangun NTT. Ia menyebut ada tiga konflik serius, yakni konflik antar daerah yang tidak saling mengalah, konflik lintas sektor yang belum saling mendukung, dan konflik antara pemimpin.

“Nah, akumulasi dari tiga konflik ini akhirnya energi bersama tidak bisa dikonsolidasi untuk membangun NTT. Harusnya kita bisa berbagi peran bersama untuk membangun NTT. Kalau ini bisa didesain dengan baik, kita bisa bersama mengelola potensi NTT yang beragam untuk NTT yang lebih baik,” tegas politisi muda Golkar yang sukses menggelar ‘Sayembara Ayo Bangun NTT’ ini.

Persepektif yang sama juga dikemukakan tandem politik Laka Lena, Jacky Ully. Menurut mantan Kapolda NTT ini, masalah besar yang dihadapi NTT adalah korupsi. Sebab, bagi dia, korupsi itu akan merusak segala sendi kehidupan yang berdampak terhadap rakyat. Karena itu, Ketua Nasdem NTT ini menekankan bahwa kunci utama memberantas korupsi itu adalah keteladanan yang dimulai dari pemimpin. “Korupsi itu bisa dihilangkan kalau pemimpinnya memberikan teladan untuk tidak korupsi. Disinilah diperlukan revolusi mental,” tegas Jacky Ully.

Hal berbeda diungkapkan Cagub Raymundus Sau Fernandez. Bupati TTU dua periode ini mengatakan, akar persoalan NTT hingga saat ini adalah kemiskinan. “Ini pengalaman faktual selama 15 tahun di TTU dan itu fakta, tapi kita (masyarakat) enjoy dengan kemiskinan itu. Ini yang semestinya kita berantas dan mulai dari pemimpin. Jangan kita habiskan energi kita untuk berkonflik dan mengurus segala sesuatu yang seremonial. Kalau kita fokus untuk rakyat, maka NTT akan maju,” katanya.

Politisi dan kader PDIP yang sedang berharap cemas nasibnya itu, menegaskan, struktur anggaran yang direncankan, harus dikonsentrasikan untuk kepentingan rakyat. Artinya, sebut dia, jangan lagi ada belanja aparatur di dalam belanja publik. “Struktur APBD kita masih kontradiktif. Stop itu yang namanya fee (komisi) 10 persen untuk pejabat,” tandas Ray.

Fakta senada juga disampaikan Cagub Robert Marut. Meski agak ragu dengan data BPS tentang NTT masih miskin, namun setelah berkeliling NTT, ia menemukan fakta yang membenarkan NTT masih miskin. “Awalnya saya ragu NTT itu miskin. Tapi setelah saya keliling NTT, ada benarnya juga data BPS bahwa NTT miskin. Tapi analisis saya, sepertinya ada upaya sengaja memiskinkan orang, sebab saya melihat NTT punya banyak potensi sumber daya alam yang belum dikelolah serius. Setiap daerah punya keunggulan komoditi sendiri, hanya saja infrastruktur yang kurang memadai. Orang-orang NTT cerdas tapi kenapa kita masih miskin. Orang NTT sendiri yang harus bisa selesaikan masalahnya sendiri,” kata Purnawirawan TNI Angkatan Udara ini.

Ia juga menekankan pentingnya mengeksploitasi keunggulan yang dimiliki NTT untuk mengatasi masalah kemiskinan. “Kita tinggal menggali dan memanfaatkan potensi yang ada di NTT, karena masih banyak potensi yang belum kita kembangkan secara maksimal untuk mengatasi kemiskinan,” ujar Robert Marut.

Pemaparan para kandidat ini kemudian mendapat pencerahan dan pembobotan dari dua Panelis; Balqis Soraya Tanof dan Zeth Malelak. Keduanya membedah dari sudut pandang ilmunya, sekaligus menantang para kandidat untuk membangun NTT dari seluruh potensi yang dimiliki.

Berbasis Digital

Dalam sesi dialog, peserta yang dihadiri berbagai unsur masyarakat, OKP dan BEM, para kandidat juga mendapat pertanyaan kritis sekaligus masukan. Ada peserta yang kritis menyorot dana desa, dan sistem keuangan yang belum dikelolah maksimal.

Merespons itu, Cagub dari Nasdem Jacky Ully berpendapat, untuk mengontrol anggaran perlu diterapkan teknologi dalam pemerintahan. Artinya, NTT kedepan harus menerapkan sistem e-Goverment, e-Budgeting dan e-Planing, jika ingin maju dan terbebas dari stigma miskin dan nepotisme.

“Korupsi harus dihindari menggunakan e-budgeting. Jika diterapkan di seluruh NTT dari provinsi hingga kabupaten, maka NTT akan maju dan terbebas dari perilaku korupsi,” tegas Jacky.

Laka Lena menambahkan, NTT mempunyai keunggulan dibandingkan dengan daerah lain. Secara nasional, sudah ada kebijakan untuk membangun pusat ekonomi strategis pada daerah perbatasan.

“Triliunan uang masuk pada daerah perbatasan. Jika diambil keuntungan untuk mengembangkan sektor ekonomi NTT, saya kira lebih baik. Ke depan, NTT juga harus menggunakan tata kelola pemerintahan berbasis digital. Ekonomi masyarakat NTT juga harus dikembangkan berbasis keunggulan yang dimiliki,” jelas Melki.

Sementara itu, Bacagub PDIP, Ray Fernandez berpendapat, selama kebijakan anggaran APBD di NTT belum berpihak kepada masyarakat, maka kemiskinan menjadi hal yang mustahil untuk diatasi.

“Kita petakan dulu berapa anggaran APBD yang digunakan untuk belanja langsung dan belanja tidak langsung. Kalau belanja tidak langsung masih menjadi dominan, maka ekonomi masyarakat NTT belum bisa bergerak maju,” ujar Ray.

Karena itu, ia menyarankan agar kebijakan anggaran APBD NTT harus didominasi oleh belanja langsung atau belanja publik untuk kepentingan ekonomi masyarakat. “Saya punya tiga konsep utama untuk merubah dan membangun NTT atau NTT Layak. Yakni, gerakan makan layak, pakai layak dan tinggal layak,” tegas Ray. (jdz)