KUPANG, mediantt.com – Jumat, 24 November 2023, merupakan hari terakhir merayakan Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia atau World Antimicrobial Awareness Week (WAAW) 2023. Di Provinsi Nusa Tenggara Timur pun WAAW 2023 ini dirayakan dengan peluncuran aplikasi pedoman antimikroba ASMARA dan seminar Penatagunaan Antimikroba.
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur melalui Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil bersama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof Dr WZ Johannes Kupang melaksanakan seminar penatagunaan antimikroba dan peluncuran inovasi mobile aplikasi ASMARA pada Jumat, 24 November 2023 di hotel Premier Sylvia dan secara zoom.
Project Leader ASMARA, Apoteker Thresia Maria Wonga, menjelaskan, kegiatan ini, termasuk inovasi pedoman antimikroba digital, didanai oleh Pemerintah Australia melalui skema dana hibah alumni Australia (Australian Alumni Grant Scheme), yang diadministrasikan oleh Australia Award di Indonesia.
“Hampir semua fasilitas kesehatan pemerintah rata-rata jarang meng-update guideline. Selain karena minimnya anggaran kesehatan yang disediakan juga karena buku-buku pedoman itu tebal-tebal. Dan biasanya tersedia dalam bentuk e-book yang didapatkan dari perhimpunan seminat” ujar Ria, sapaan akrabnya.
Karena itu, apoteker yang bergelar Master Health Economics and Policy dari The University of Adelaide tahun 2020 ini, terinspirasi mengembangkan aplikasi pedoman digital. Menurut dia, launching aplikasi mobile ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan-kegiatan sejak 2022 dalam rangka meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan di NTT tentang resistensi antimikroba.
Seminar penatagunaan antimikroba tahun ini mengambil tema yang sama seperti workshop tahun lalu yaitu “Shining from the East: Superhumans collaborate against super bacteria”.
Apoteker Ria yang sejak tahun lalu menerima Australian Alumni Grant Scheme ini memiliki alasan filosofi tentang tema yang diangkat. “Harapannya sudah waktunya para tenaga kesehatan di NTT berkolaborasi mengurangi timbulnya bakteri super yang terbentuk akibat resistensi. Sudah saatnya nakes NTT bersinar seperti matahari yang bersinar dari ufuk timur,” tegasnya.
Dengan latar belakang ekonomi kesehatan dari Australia dan punya passion terkait isu resistensi antimikroba di Indonesia, terutama di NTT, Ria percaya bahwa apabila semakin banyak infeksi disebabkan oleh Multidrug Resistant Organism (MDRO) atau kuman yang kebal terhadap beberapa antibiotik tadi, maka pasti biaya rumah sakitnya akan semakin mahal.
”Tentunya hal ini akan menjadi beban negara karena kebanyakan rumah sakit masih disubsidi oleh pemerintah” katanya. (*/jely)