Antisipasi Bencana Ekonomi, Taman Daun Tawarkan Menenun Bagi Pengungsi

oleh -34 Dilihat

LEWOLEBA – Sudah hampir satu bulan para pengungsi korban erupsi Gunung Ile Lewotolok berada di lokasi pengungsian. Kondisinya masih memprihatinkan meski mereka terus mendapat bantuan dari berbagai kalangan. Tapi, seperti apa kehidupan mereka pasca erupsi, ini yang seharusnya diperhatikan. Sebab, dikhawatirkan akan ada bencana ekonomi bagi mereka. Harapan hidup mereka telah redup. Panen pasti gagal, hewan ternak pun tak bisa dharakan. Banyak yang mati. Pondok Taman Daun, yang selama ini sangat peduli, menawarkan menenun bagi pengungsi. Mereka punya kemampuan itu.

Sebanyak 8.683 jiwa telah memilih pergi meninggalkan desa mereka dan pergi ke lokasi pengungsian sejak Gunung Ile Lewotolok meletus pada 29 Oktober lalu. Risiko terparah, banyak hewan dan ternak warga mati kelaparan.

“Saya bersama teman-teman komunitas Taman Daun setiap hari sejak tanggal 1 Desember hingga kini secara sukarela memberi makan ternak warga terdampak erupsi. Kami temukan sangat banyak hewan yang mati akibat kelaparan. Untuk itu, yang sangat penting dipikirkan adalah bagaimana nasib mereka setelah kembali ke desa masing-masing,” tutur John Batafor, Kordinator Taman Daun di Lewoleba, Kamis (17/12/2020).

Ia meengaku terus berpikir keras bagaimana nasib pembangunan ekonomi Lembata khususnya warga yang mendiami dua kecamatan terdampak tersebut ketika mereka kembali ke tempat mereka masing-masing. Apalagi, saat ini seharusnya warga sudah mulai dengan masa tanam, namun karena masalah ini warga tidak bisa berbuat apa-apa.

“90 persen kehidupan warga dua kecamatan ini bergantung pada sektor peternakan dan pertanian. Karena itu, sudah tentu masalah ekonomi akan menjadi bencana baru jika pemerintah daerah tidak secara cepat memikirkan hal ini,” tegas putra Lamalera ini.

Jon Batafor pun meminta Bupati Lembata dan jajarannya harus memiliki kreatifitas untuk mensejahterakan rakyatnya yang adalah aset pembangunan ini. Sebenarnya, kata dia, warga Kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur, telah memiliki modal, yaitu ternak dan pertanian, yang harus menjadi the power of economy, yang turut memajukan Kabupaten Lembata, jangan sampai hilang dan bertambah parah.

“Karena itu, salah satu solusi yang saya dan teman-teman di Taman Daun telah pikirkan adalah segera melibatkan para penenun, karena sangat banyak warga yang punya keahlian menenun,” kata pegiat Literasi ini.

Artinya, menurut dia, “Para pengungsi kita ajak untuk mulai menenun selendang, karena dilihat dari lama waktu untuk memiliki satu lembar selendang hanya kurang lebih satu minggu. Selain itu mereka bisa disibukan dengan aktivitas yang turut memulihkan kondisi psikologi mereka”.

Ia menuturkan lagi, “Mereka akan mulai menenun bersamaan sehingga berakhir di waktu yang sama dan hasil selendangnya akan dilelang di seluruh Indonesia juga di luar negeri, lalu uangnya diberikan ke para pengungsi dan penenun sebagai bekal saat kembali ke daerah asal. Ini sebagai salah satu bentuk antisipasi terjadinya bencana ekonomi”.

Ia juga berharap, pemerintah daerah mau bergandeng tangan untuk melakukan aksi ini demi kemajuan Lembata. “Perlu diingat bahwa Lembata sebelumnya telah ditetapkan sebagai salah satu daerah tertinggal di Indonesia, jangan sampai semakin tertinggal,” katanya, mengingatkan.

Ia juga menghimbau, karena masa mengungsi telah diperpanjang hingga 26 Desember, maka sangat perlu dipikirkan kebahagiaan warga saat hari raya Natal di lokasi pengungsian. (yanto/jdz)