UPAYA untuk mengatasi pandemi korona atau covid-19 di Indonesia disebut mulai menunjukkan tanda-tanda keberhasilan. Salah satu indikasinya ialah jumlah pasien covid-19 yang sembuh lebih banyak daripada jumlah pasien meninggal dunia.
Indikasi yang memberikan harapan itu muncul saat pemerintah mengumumkan perkembangan jumlah kasus korona. Meskipun diumumkan bahwa jumlah kasus positif covid-19 terus bertambah, dalam kesempatan itu, juga diungkapkan fakta baru bahwa jumlah pasien pulih dari penyakit tersebut untuk pertama kalinya melampaui jumlah pasien meninggal.
Disebutkan oleh Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, bahwa jumlah total pasien yang sembuh, hingga Jumat (17/4), mencapai 607 pasien, sedangkan jumlah pasien meninggal akibat penyakit sebanyak 520 orang. Artinya, jumlah pasien yang sembuh, lebih banyak daripada jumlah yang meninggal.
Fakta yang muncul pertama kali, 45 hari sejak keberadaan penyakit korona diumumkan Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020 itu, patut kita syukuri. Artinya, kerja keras seluruh bangsa dalam mengatasi pandemi ini mulai membawa hasil. Akan tetapi, hendaknya kondisi itu tidak membuat kita berpuas diri apalagi bersikap jemawa.
Dalam perang melawan covid-19 dan upaya mengatasi pandemi pada umumnya, memang ada postulat yang menyatakan, jika suatu saat dicapai kondisi jumlah pasien yang sembuh lebih banyak dari jumlah pasien yang meninggal, upaya mengatasi wabah sudah berada di jalur yang benar.
Jika kondisi itu konsisten dipertahankan, upaya untuk membuat kurva pertumbuhan kasus covid melandai cenderung mengarah kepada optimisme pencapaian. Namun, sekali lagi, kita tidak boleh berpuas diri atas indikator keberhasilan yang masih rentan dan fluktuatif tersebut.
Apalagi, kemarin, jumlah kasus terinfeksi covid-19 dilaporkan juga terus bertambah dan mencapai 5.923 orang. Jumlah orang dalam pengawasan pun telah mencapai 169.446 jiwa dan warga yang berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) sebanyak 11.873 jiwa.
Karena itu, kewaspadaan tidak boleh kita kendurkan. Berbagai celah yang selama ini diketahui sebagai loopholes dalam mengatasi pandemi ini harus benar-benar kita tutup.
Sebut saja keterbatasan alat pelindung diri (APD) bagi petugas kesehatan, kurangnya alat bantu pernapasan alias ventilator bagi pasien-pasien yang dirawat secara intensif, dan belum tersedianya obat serta vaksin dari virus korona.
Dari segi pencegahan, implementasi protokol kesehatan juga belum optimal. Praktik sering mencuci tangan, menjaga jarak aman, tetap berada di rumah, dan mengenakan masker saat keluar rumah juga belum dijalankan secara disiplin oleh seluruh warga masyarakat.
Kita tidak boleh terburu-buru menganggap perang melawan korona telah usai karena badai korona belum berlalu.
Yang kita tunggu ialah ketika jumlah pasien yang terinfeksi terus menurun secara konsisten dan akhirnya mencapai nol kasus. Yang kita harapkan ialah ketika jumlah pasien yang sembuh sama besar dengan jumlah warga yang terinfeksi. Yang kita doakan ialah ketika obat dan vaksin korona ditemukan, diproduksi secara massal, dan terbukti mampu menyembuhkan seluruh kasus yang ada sehingga jumlah kasus yang meninggal mencapai nol.
Selama semua kondisi ideal itu belum tercapai, tidak boleh berpuas diri. Kita harus terus bekerja ekstra dalam melindungi setiap jiwa. Satu nyawa pun sangatlah berharga. Untuk itulah upaya mengatasi pandemi korona ini harus kita optimalkan dan maksimalkan.
Dengan kerja keras dan doa kita semua, kita percaya Indonesia akan menang dalam perang melawan korona. (e-mi)