KUPANG – Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Drs Frans Lebu Raya, sepertinya tak menerima hasil rilis terbaru yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa NTT masih terkategori provinsi termiskin, dan berada di peringkat ke tiga nasional setelah Papua dan Papua Barat. Lebu Raya pun menampik itu dengan berargumentasi bahwa dalam tiga atau empat bulan terakhir, tak pernah ada keluhan rakyat soal rawan pangan.
”Saya bersyukur karena hampir tidak ada orang (rakyat NTT) yang teriak rawan pangan dalam waktu 3-4 tahun belakangan ini. Keluhan rawan pangan dari masyarakat sudah berkurang, berarti NTT tidak miskin,” tegas Gubernur Lebu Raya saat memberikan sambutan pada perayaan Natal Oikumene NTT 2016 di Millenium Ballroom Kupang, Jumat (6/1/2017).
Di hadapan ribuan umat, juga Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) NTT, perwakilan Kepolisian Daerah, TNI, tokoh lintas agama, MUI, Uskup Agung Kupang, pendeta, tokoh Hindu, Budha, Lebu Raya secara tegas menampik informasi yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa NTT berada di urutan ke tiga provinsi termiskin se-Indonesie setelah Papua dan Papua Barat.
BPS mencatat, jumlah penduduk miskin di Nusa Tenggara Timur (NTT) bertambah 160 orang dalam kurun waktu tujuh bulan dari Maret 2016 yang mencapai 1.149.920 orang atau 22,01 persen menjadi 1.150.080 orang atau 22,19 persen pada September 2016 dari total penduduk 5,3 juta jiwa.
Meski demikian, menurut Lebu Raya, yang dijelaskan BPS adalah perkembangan tingkat kemiskinan di NTT selama lima tahun terakhir sejak September 2010 hingga September 2016, yang mengalami penurunan secara perlahan.
”Kepala BPS bilang bahwa jika dibandingkan daerah lain, NTT meraih peringkat ke tiga se -Indonesia. Saya bilang bahwa NTT jangan dibandingkan dengan daerah lain karena input pembangunan berbeda,” tegas Lebu Raya.
Ia menegaskan, sejak Republik Indonesia berdiri, input pembangunan antara satu daerah dengan yang lain berbeda-beda sehingga outputnya juga berbeda pula.
”Kita jangan melihat outputnya saja tanpa jujur melihat input yang pernah diberikan. Kalau input diberikan sama untuk semua daerah, mungkin, mungkin saja kondisi NTT tidak seperti sekarang,” katanya.
Ia menilai, kondisi tersebut merupakan salah satu dinamika pembangunan yang dihadapi sehingga dia mengajak semua elemen masyarakat NTT untuk tetap kuat menghadapi berbagai tantangan.
Ia menambahkan, berbagai isu lain juga terus berkembang dan dikembangkan, salah satunya adalah radikalisme dan terorisme.
”Kita harus terus waspada. Yang paling penting bagi kita ialah tetap menjaga kerukunan di daerah ini, jaga keutuhan di negeri ini,” katanya, mengingatkan. (jdz)
Foto : Gubernur NTT, Drs Frans Lebu Raya