SALAH satu sarana rohani untuk kepentingan devosi kepada Bunda Maria yakni Patung Bunda Segala Bangsa di Bukit Keling Nilo, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka Flores, NTT. Beriklim sejuk dengan udara pegunungan yang segar memberikan suasana yang nyaman untuk berdoa. Nilo dalam bahasa setempat (Sikka, red) berarti cahaya, terang), sehingga jika manusia dalam kegelapan hati akan memperoleh terang dan cahaya setelah berdoa di Bukit Nilo.
Pengalaman pertama peziarah Mba Yani umat paroki Santa Maria Regina (Sanmare) Bintaro Jakarta Selatan mengisahkan perjalanan menuju Nilo agak serem. Untuk mencapai Bukit Nilo jalanan menanjak. “Pak driver aku ajak jalan sore menjelang malam biar gak lihat kiri dan kanan. Tetapi setelah tiba di Bukit Nilo tempat berdirinya Patung Bunda Segala Bangsa aku merasa nyaman dan merasa dekat dengan Tuhan lewat perantaraan Bunda Maria.”
Ternyata di Flores devosi kepada Bunda Maria menyata. Peziarah Bu Endang asal Surabaya mengakui banyak peziarah yang datang ke Bukit Nilo setiap bulan Mei dan Oktober. “Saya senang karena baru pertama kali datang ke Flores dan Nilo merupakan sarana rohani yang indah dan berada di bukit mampu mendekatkan manusia dengan penciptaNya lewat Bunda Maria,” tutur Endang.
Hal senada diungkapkan Gaudensiana Fernandez, peziarah asal Kupang. Menurut pensiunan Kepala SDK Don Bosco 4 Kupang ini, dari bukit Nilo kita mampu menimba rohani karena situasi dan kesunyian di sekelilingnya mengantar kita untuk memperoleh sesuatu untuk kelimpahan hidup rohani.
Nilo hampir setiap hari dikunjungi peziarah maupun pelaku wisata (turis) baik lokal, nasional, maupun internasional. Namun akibat terpaan badai topan 14 tahun silam tepatnya tanggal 21 Januari 2006, patung yang mulia, megah nan sakral itu turut terhempas oleh kekuatan angin dahsyat, di atas Bukit Keling Nilo. Patung kebanggaan warga Sikka khususnya dan umat katolik umumnya ini berubah dari posisi tegak agung berdiri di atas sebuah bola dunia menjadi tunduk bersujud ke bumi dengan kaki tetap terkait satu pada sisa robekan bola dunia.
Sebuah indikasi bahwa kehadiran Patung Maria Bunda Segala Bangsa Nilo dalam wujudnya tertunduk nyaris menyentuh bumi adalah sebuah peristiwa kunjungan Maria kepada umat manusia di bumi ini yang mungkin terlena oleh dosa dan nestapa.
Oleh karena itu, sebagai wujud pertobatan penyerahan diri, umat katolik Kabupaten Sikka kembali merehabilitasi patung kebanggan itu dan diberkati oleh Uskup Maumere pertama Mgr Vinsen Sensi Potokota, Pr tanggal 1 Oktober 2007.
Berdasarkan data dari Disparbud Sikka hingga akhir tahun 2018 jumlah pengunjung tercatat 2.745 orang terdiri dari wisatawan domestik 2450 orang dan mancanegara 295 orang berasal dari Eropa, Amerika, Afrika, Kanada, Portugal, India, Swiss, Inggris, Belanda, Jerman, Filipina, Timor Leste, Polandia, Belgia, Swedia, Spanyol dan Italia.
Kawasan wisata rohani Nilo dirintis pembangunannya oleh Pastor Gabriel Antonelli, CP dan tokoh awam Suitbertus Amandus, dibangun diatas tanah seluas 226,87 meter persegi dengan tinggi patung 28,5 meter, diameter 6 meter, berat 5 ton telah dilengkapi dengan fasilitas pendukung yang memadai seperti MCK, air, listrik dan ruang pengelola. (ven)