Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur
JAKARTA – Warga Diaspora Lembata sedunia menyatakan duka mendalam atas berpulangnya Bupati Eliaser Yentji Sunur di Rumah Sakit Siloam Kupang, Sabtu (17/7). Informasi meninggalnya Bupati Yentji diterima dari Kepala Biro Humas dan Protokol Sekretariat Daerah NTT, Dr. Ardu Jelamu Marius, M.Sc, dari Kupang.
“Saya baru saja mendapat info dari Karo Humas Setda NTT, Pak Marius Jelamu terkait berita berpulangnya Bupati Lembata, Pak Yentji Sunur. Almarhum dikabarkan terpapar Covid-19. Lembata kehilangan seorang pemimpin di tengah kerja keras pemerintah dan masyarakat mencegah dan menangani persoalan virus korona dan pengungsi banjir bandang Ile Ape dan Kedang. Beliau orang baik. Semoga isteri dan anak-anak almarhum diberi kekuatan menghadapi peristiwa ini,” ujar Ansel Deri, admin grup whatsapp Ata Lembata, dalam keterangan tertulis yang diterima, Sabtu (17/7) sore.
Sementara itu, admin grup lainnya, Dr. Justin L. Wejak, menambahkan, sebetulnya ia tak begitu kaget mendengar berita meninggalnya Bupati Lembata. Beberapa minggu belakangan almahrum dikabarkan terpapar Covid-19. Justin heran karena di tengah masa pandemi Bupati masih cukup sering berpergian keluar daerah termasuk ke Jakarta, Sumba dan Labuan Bajo.
“Di Australia, misalnya, perjalanan dinas keluar daerah oleh pemerintah betul-betul dibatasi, jika tidak sama sekali, di musim korona. Oleh karena itu, jika betul Pak Bupati meninggal akibat Covid-19, maka semoga tragedi ini menjadi pembelajaran bagi semua pihak untuk lebih waspada. Selamat jalan Pak Bupati, semoga engkau mendapatkan tempat yang layak dalam keabadian,” ujar Justin, dosen dan peneliti di Universitas Melbourne, Australia Sabtu (17/7).
Menurut Ansel Deri, selama menjabat Bupati Lembata pihaknya dua kali berkesempatan bertemu dengan Bupati Eliaser Yentji Sunur. Beberapa hal kecil sempat didiskuksikan terkait pembangunan Lembata yang segera memasuki memasuki usia 20 tahun otonomi tahun 2020.
Saat menunggu pesawat ke Kupang usai mendamping Viktor Laiskodat dan Jos Nae Soi kampanye Pilgub lalu, pihaknya sempat bertemu almarhum dan isterinya saat menunggu pesawat di Bandara Wunopito. Seorang ajudannya, Stef Paokuma, sempat mengabadikan momen pertemuan di ruang tunggu bandara. Kemudian saat almahrum mendampingi rekan-rekan caleg Golkar berkampanye Pileg di Boto, Desa Labalimut.
“Usai beristirahat sejenak di rumah mantan Kepala Desa Labalimut, Pak Jos Prasong Baon, Bupati mengajaknya hadir bersama warga masyarakat saat pertemuan terbatas di rumah Apolo Baon. Selaku Ketua Partai Golkar Lembata, jelas Ansel, Bupati mengajak duduk di deretan kursi paling depan bersama Sr Bonifortis SSpS, pemimpin Komunitas SSpS Santo Joseph Boto.
“Saat itu, saya meminta agar Pak Bupati memperhatikan ruas jalan Lewoleba menuju Lamalera melalui APBD II. Kalau kemampuan APBD II terbatas, saya meminta beliau agar berkomunikasi dengan Gubernur NTT Pak Viktor Laiskodat dan Wakil Gubernur Pak Jos Nae Soi agar kalau berkenan jalur jalan ke Lamalera yang merupakan destinasi wisata internasional dibantu dengan APBD NTT. Apalagi, Pak Gubernur dan Pak Wagub juga sudah berkomitmen memperhatikan ruas jalan itu. Pak Wagub juga malah bicara langsung soal ini saat bertemu langsung masyarakat di Desa Belabaja, kampung saya,” kata Ansel Deri, mantan Tenaga Ahli Viktor Laiskodat di DPR RI.
Menurut Ansel, saat merayakan HUT ke-21 Otonomi Lembata tahun 2021, pihaknya sempat berpikir untuk meminta kesediaan Bupati Yentji agar berkenan memberi catatan atas buku Membangun Tanpa Sekat, catatan reflektif Ata Lembata, warga Lembata diaspora sedunia. Namun, nyaris semua pejabat yang dihubungi tak menyimpan nomor kontak almarhum.
“Saat itu kami meminta kesediaan Menteri Komunikasi dan Informatikan RI, Pak Johnny G Plate, memberikan Kata Pengantar buku Membangun Tanpa Sekat. Buku itu kemudian saya kirimkan langsung kepada Pak Bupati Yentji. Saya meminta anggota grup, reu Dion Ola Wutun untuk mengantar ke beliau. Saya meminta agar diserahkan langsung namun beliau meminta diserahkan kepada pramu tamu. Buku ini bentuk syukur dan rasa cinta kami sebagai sesama anak Lembata,” kata Ansel Deri, editor buku Membangun Tanpa Sekat.
Pihaknya merasa kehilangan atas meninggalnya Bupati Yentji. Padahal, di tengah terpaan virus korona dan persoalan pengungsi Lembata membutuhkan pemimpin yang hadir bersama rakyat agar memajukan daerah itu dengan kemampuan APBD II yang sangat minus.
“Tuhan lebih membutuhkan Pak Bupati meski raktyat Lembata masih mengharapkan almarhum menunaikan sisa tugasnya di periode kedua ini. Warga Lembata tentu berduka karena kehilangan seorang pemimpin,” kata Ansel, jurnalis kelahiran kampung Kluang, Desa Belabaja/Boto. (st)