KUPANG, mediantt.com – Akibat pandemi corona yang mewabah secara nasional, penerbangan ke Lembata yang dilayani maskapai TransNusa, juga kapal Pelni tidak lagi melayani dari dan ke Lembata. Karena itu, Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur meminta agar TransNusa dan kapal Pelni bisa kembali beroperasi ke Lewoleba, Lembata.
Permintaan Yentji Sunur itu diungkapkan dalam rapat virtual melalui video teleconferens Gubernur dan Wagub NTT bersama Forkopimda dan para bupati-walikota se-NTT, Selasa 26 Mei 2020.
“Kami berharap maskapai TransNusa bisa kembali beroperasi, demikian juga kapal Pelni kembali beroperasi melayani dari dan ke Lewoleba, Lembata,” kata Yentji Sunur.
Bupati dua periode ini juga mengatakan, hingga saat ini Kabukaten Lembata masih berada di zona hijau corona, karena tidak ada yang terkonfirmasi positif corona. “Tapi kami siapkan karantina untuk pelaku perjalanan yang memiliki gejala,” kata Sunur.
Menurut dia, Lembata tidak menerapkan work from home atau kerja dari rumah, tapi para ASN bekerja dari desa untuk mendata keluarga untuk penerimaan bantuan langsung tunai (BLT).
“Kami juga mendorong masyarakat untuk tetap melakukan aktivitas ekonomi seperti biasa karena petani, nelayan, tidak bisa kerja dari rumah. Kami juga mendorong masyarakat untuk konsumsi kelor dan makanan lokal yang mengandung gizi dan vitamin yang bagus dan berimbang,” kata Sunur.
Ia juga melaporkan kepada Gubernur Viktor Laiskodat bahwa Lembata menjadi satu-satunya kabupaten di NTT yang sudah mendistribusikan BLT 100 persen kepada 144 desa.
“Adanya masalah gagal panen dan kekurangan air, kami harap bisa dibantu dengan alat sumur bor,” ujar Sunur.
Normal Baru
Dalam rapat virtual itu, ada beberapa keputusan. Bahwa khusus untuk NTT, harus kembali beraktivitas normal seperti biasa. “Ketakutan ini sangat berbahaya, lebih berbahaya dari virus ini. Jangan lagi ada bupati yang tutup wilayah, RT dengan RT, kelurahan dengan kelurahan,” tegas Gubernur VBL.
“Maksimal tanggal 15 Juni 2020, saya minta sudah normal kembali aktivitas pemerintahan. Tidak ada lagi work from home. Karena di NTT WFH itu adalah libur, sehingga tidak ada produktivitas dan efektivitas. Program 2020-2021 ini khusus untuk pemberdayaan. Para pimpinan di kabupaten juga jangan ada tanda tangan yang fiktif. Pemimpin paling buruk di dunia adalah pemimpin yang penakut, bodoh tidak apa-apa, tapi kalau penakut, itu salah. Kalau kita ikut standar WHO, tidak bisa berjalan, NTT itu beda dengan WHO. Orang WHO tidak pernah berkebun, tidak pernah pegang linggis, tapi mereka hanya buat standar tapi tidak bisa diterapkan di seluruh negara,” tandas VBL.
Menurut dia, NTT itu berbeda, NTT berpikir sebagai orang miskin yang butuh makan. “Untuk itu saya tekankan agar kita kembali beraktivitas normal pada 15 Juni 2020. NTT itu normal, tidak ada yang baru, normal kita seperti biasa. Kesehatan kita dari TUHAN Allah sudah berikan. Saya lebih memilih mati karena virus itu tapi rakyat saya tetap bisa makan, dari pada saya kurung diri dalam rumah, tapi rakyat saya mati kelaparan,” tegas VBL. (jdz)