Kupang, mediantt.com – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali mewabah di Kota Kupang. Di awal tahun 2017 ini, tercatat 8 penderita, dan satu diantaranya dilaporkan telah meninggal. Karena itu, warga Kota Kupang diingatkan untuk mewaspadai wabah DBD ini. Caranya, dengan tetap menjaga pola hidup sehat dan memutuskan rantai hidup jentik nyamuk.
“Hingga minggu ketiga Januari, kita baru delapan kasus DBD, salah satu pasien meninggal. Teman-teman sudah melakukan penyelidikan epidemologi, foging focus untuk memback up sehingga jangan ada lagi nyamuk-nyamuk atau penularan yang terjadi,” kata Kepala Bidang Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit, Dinas Kesehatan Kota Kupang, Sri Wahyuningsih kepada wartawan pada pertemuan dengan pengelola Program DBD dan Surveillance di Rumah Jabatan Walikota Kupang, Kamis (19/1/2017).
Ia mengatakan, penderita DBD yang terjadi diawal tahun ini tersebar di 51 kelurahan.Kasus pasien meninggal itu ada di Kelurahan Liliba. Untuk itu, dalam penanganan DBD, Dinas Kesehatan melalui bidang penanggulangan dan pencegahan penyakit sedang lakukan pertemuan dengan pengelola program DBD dan surveilance selama dua hari untuk bersama-sama mengevaluasi kasus-kasus yang ada sehingga jangn sampai terjadi lonjakan kasus dan terlambat penangananya.
“Kegiatan ini kami minta salah satu dokter ahli sebagai nara sumber untuk bisa membantu memberikan pencerahan kepada teman-teman di lapangan. Mereka yang hadir ini merupakan tenaga kesehatan yang berada di 11 Puskesmas di Kota Kupang,” kata Sri.
Selain DBD, Sri mengaku dampak dari anomali perubahan cuaca saat ini, penyakit Ispa menjadi tren nomor satu yang masuk dalam 10 jenis penyakit terbesar lainnya. Penyakit Ispa ini terjadi tergantung pada daya tahan tubuh anak dan orang per orang. Dalam penanganannya harus melakukan pendekatan-pendekatan. Salah satunya, imunisasi kepada anak-anak untuk menjaga daya tahan tubuh anak.
“Dengan Anomali perubahan cuaca yang terjadi saat ini Ispa tetap nomor satu. Pada akhir tahun 2016 cukup tinggi penderita Ispa, sehingga upaya dalam pencegahan ini dilakukan layanan imunisasi di Puskesmas yang diberikan secara baik. Selain Ispa, Diare juga menjadi prioritas kami. Dalam setiap penyuluhan dilapangan, kami selalu menyampaikan bagaimana cara untuk mencegah penyakit diare. Awal 2017, kita fokus untuk DBD dan diare,” kata Sri.
Ia juga menjelaskan, untuk pencegahan penyakit DBD, dilakukan dengan pemberian abate kepada masyarakat. Kita sudah disediakan di semua Puskesmas dan diberikan secara gratis. Kita minta masyarakat untuk mengambil abate diPuskesmas. Selain itu, dilakukan pemantauan jentik berkala, sehingga jika ditemukan jentik maka langkah yang dilakukan yakni menabur abate di tempat tersebut.
Dia juga menghimbau warga melakukan kegiatan bersih lingkungan dengan pengubur benda bekas seperti, kaleng, botol ban-ban bekas serta benda yang dapat menampung air. “Pemerintah terus melakukan pemetaan yang jelas, sehingga jika ditemukan kasus DBD maka segera lakukan tindakan foging atau tindakan lain untuk mengurangi jentik nyamuk.
“Musim hujan penyakit yang tidak bisa kita hindari adalah DBD. Penyakit lain seperti batuk, flu dan segala macam, tetapi penyakit yang bisa menyebar dan memberikan kematian adalah DBD,” kata Sri.
Anggota Komisi IV DPRD Kota Kupang, Theodora Iwalde Taek, mengatakan, dalam pengawasan akan persoalan kesehatan, komisi IV akan turun lapangan. “Kita sebelumnya berencana kunjungi puskesmas-puskesmas untuk memberikan semangat kepada para tenaga kesehatan agar tanggap tehadap kondisi dan juga kita menghimbau kepada masyarakat akan siklus lima tahunan. Pelayanan kesehatan tidak hanya butuh kesigaan dari Dinas Kesehatan tetapi juga tindakan pencegahan dari tingkat rumah tangga masyarakat juga penting,” kata Iwalde
Hal senada juga dikatakan anggota komisi IV, Ferdinand Pa Padja. Menurut dia, dalam penanganan kasus DBD, selain peran dari dinas dalam meningkatan penyuluhan kepada masyarakat tetapi masyarakat juga harus bisa menjaga lingkungan.“Dalam penanganan ini salah satu yakni dinas harus bisa tingkatakan penyeuluhan kepada masyarakat,karena masyarakat kadang lupa akan persoalan lingkungan sehingga mempengaruhi terjadi DBD,” katanya. (*/rony)
Foto : Ilustrasi