Lewoleba, mediantt.com – Senin, 13 Oktober 2014 lalu, Pemerintah Kabupaten Lembata mendeklarasikan Revolusi Kedaulatan Pangan. Deklarasi itu dikumandangkan bertepatan dengan peringatan hari pangan sedunia ke-34, yang dilakukan di Taman dolo-dolo Swaolsa Titen, Lewoleba.
Deklarasi Revolusi kedaulatan pangan ini dilakukan di hadapan seluruh undangan yang datang dari berbagai Kabupaten/kota di NTT untuk mengikuti acara Hari Pangan Sedunia (HPS) tingkat Provinsi NTT yang berpusat di Lewoleba.
Naskah deklarasi itu dibacakan Kepala BKP3 Kabupaten Lembata, Ir. Sipri Meru,MM di dampingi Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lembata, Feliks Bediona. Saat naskah deklarasi dibacakan, semua yang memadati taman Swaolsa Titen diam membisu. Tak sedikitpun suara berisik yang terdengar kecuali intonasi Sipri Meru yang lantang membahana diatas panggung dolo-dolo Swaolsa Titen.
Seusai Sipri Meru membacakan deklarasi, diikuti dengan lagu mars Melati Mekar yang merupakan akronim dari “membangun lahan tidur menmuju kesejahteraan rakyat” yang dikumandangkan dari koor paduan suara pelajar SMU Negeri 2 Nubatukan. Seusai lantunan Mars dinyanyikan, pemukulan gong masing-masing oleh Gubernur NTT yang diwakili Asisten II Setda NTT, Drs. Andreas Jehalu dan Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur, ST.
Bupati Sunur mengatakan, Melati Mekar merupakan lahan program pemerintah untuk mengoptimalkan lahan tidur di daerah itu lebih dari 55 ribu hektar. Pada tahun 2013, kata dia, Pemkab Lembata melalui instansi terknis telah mengolah 2.726 hektar lahan tidur yang tersebar di sembilan kecamatan. ke depan, lahan tidur itu akan terus diolah menjadi lahan produktif sehingga dapat bermanfaat untuk meningkatkan ketahanan pangan masyarakat menuju kehidupan lebih sejahtera.
Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya mengatakan, pangan lokal kaya akan nutrisi. Karena itu jangan pernah merasa rendah diri kalau mengkonsumsi pangan lokal. “Pangan lokal adalah makanan bermartabat dan memiliki kandungan gizi yang tinggi,” ujar Gubernur Lebu Raya, dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Asisten II Setda Provinsi NTT, Drs. Andreas Jehalu.
Pandangan tentang pangan lokal disampaikan juga “duta pangan NTT 2014, Desi Derius Serman, saat menyaksikan panenan kacang kedelai di persawahan Waikomo dari kelompok tani Urumiten. Ia mengatakan, Lembata ini dianggap Kabupaten tanah yang kering, namun ternyata subur dan lahan pertanian masih membutuhkan petani untuk memanfaatkan. Desi Derius, putri berdarah Manggarai ini mengharapkan agar Pemkab Lembata terutama penyuluh-penyuluh pertanian bersama petani di kabupaten ini agar selalu memproduksi hasil bumi sebanyak-banyaknya.
Desi Serman juga mengajak masyarakat Lembata untuk tetap mengkonsumsi pangan lokal dan perlu dicitrakan secara terus-menerus. Pencitraannya harus dilakukan melalui teknologi pengelolaan pangan lokal. Selain itu, kata Desi, produktifitas ubi-ubian, kacang-kacangan, pisang-pisang dan lain-lain, harus menyatu dengan tumbuh setiap saat. Bumi memberikan makanan begitu limpah, dan manusia harus memanfaatkan bumi ini dengan menanam dengan tanaman yang bermanfaat untuk semua makhuk di bumi ini. (chele)