Dilema Rafael Raga; Melawan Partai atau Memilih Ansar Rera

oleh -27 Dilihat

Tensi politik menuju Pilkada Sikka makin membara. Berbagai spekulasi politik digulirkan secara liar. Para kandidat pun mulai gerilya mencari tandem yang pas, dan direstui partai. Partai Golkar, sebagai master politik dijagat suksesi Sikka, sepertinya belum melepas jago. Tapi kadernya, yang juga Ketua Golkar Sikka Yoseph Ansar Rera, sudah mulai melakukan manuver. Ia akhirnya terjebak dilema. Mengapa?

MAUMERE – Ketua Partai Golkar Kabupaten Sikka Rafael Raga sepertinya sedang berada di tikungan politik yang sulit. Ia sedang menghadapi dilema politik. Bergulirnya wacana pasangan calon Ansar-Rafael justeru kian menyudutkan posisinya. Apakah ia mampu membawa beringin berkoalisi dengan Partai Nasdem, atau justeru harus berani ‘melawan’ perintah partai demi bersanding dengan Yoseph Ansar Rera, Ketua Nasdem Sikka.

Sikap dilematis itu tampak sekali dari wajah Rafael Raga ketika Ketua DPRD Sikka ini ditanya wartawan di ruang kerjanya, Senin (13/3). Ia hanya menjawab diplomatis saat ditanya posisi politiknya jika Partai Golkar memutuskan maju sebagai calon bupati.

“Kalau ditetapkan sebagai bupati, kita lihat proses, sebagai kader partai dan ketua partai, apapun keputusan partai kita harus laksanakan, tapi kita kan juga punya hak untuk melakukan pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan hasil survei, apakah saya mau ini, saya mau itu, atau saya tidak masuk sama sekali, ada pertimbangan pribadi,” tutur Rafael Raga.

Pernyataan ini mengisaratkan pilihan Rafael Raga ini cukup kuat mengarah kepada dugaan bahwa ia bakal menolak perintah partai untuk menjadi orang nomor satu. Sangat tersirat ia lebih cenderung memilih sebagai calon wakil bupati dari Yoseph Ansar Rera.

Jika menolak perintah partai, kata dia, tindakan politik tersebut tidak bisa dikategorikan sebagai pengangkangan terhadap perintah. Bagi dia, partai politik juga juga harus memahami kondisi realitias di lapangan. Apalagi, survei bukanlah satu-satunya indikator penentu kemenangan.

Rafael Raga kembali memberikan jawaban diplomatis yang ragu-ragu ketika dia diperhadapkan dengan pilihan menolak perintah partai demi berpasangan dengan Yoseph Ansar Rera.

“Saya belum punya pikiran seperti itu, Pa Ansar Rera, Pa Aleks Longginus, Pa Robi (Idong), dan semua figur yang sedang ramai-ramai (diperbincangkan) di lapangan pasti akan disurvei, dari survei itu baru kita akan tahu, saya dengan siapa saja, bisa juga saya sama sekali tidak,” ujar dia.

Ia mengatakan, pasangan calon Ansar-Rafael yang selama ini diperbincangkan di tengah masyarakat sifatnya masih sebatas wacana. “Golkar belum melaksanakan proses politik menjelang Pilkada 2018. Golkar punya mekanisme dan tahapan sampai pada akhirnya menentukan keputusan partai,” katanya.

Ia menambahkan, belakangan ini ada prinsip menyebutkan bahwa Golkar tidak gengsi nomor dua, tapi Golkar juga tidak ambisi harus nomor satu. Prinsip ini menunjukkan bahwa Golkar harus realistis terhadap kenyataan di masyarakat. Dia pun mencontohkan keputusan Golkar pada Pilkada Flotim, di mana kader partai hanya pada posisi sebagai orang nomor dua.

Soal Yoseph Ansar Rera, Rafael Raga mengaku selama ini cukup dekat, apalagi dalam posisi sama-sama sebagai pimpinan eksekutif dan legislatif. Dalam kebersamaan itu, ada komunikasi batin antara mereka.

“Yang terjadi selama ini wacana, memang ada momen, dan hati kami kan bisa bicara, tapi untuk mengatakan paket, kapan jadinya dan lain-lain, yah belum sampai ke situ, Golkar belum berproses,” jelas dia.

Pada Pilkada 2013, Golkar memutuskan Rafael Raga yang saat itu Ketua Partai Golkar Sikka ikut bertarung sebagai calon bupati. Rafael Raga dipasangkan dengan birokrat cerdas Zakarias Heriando Siku. Pasangan dengan tagline Gerindra ini hanya berada pada posisi nomor urut ketiga.

Hingga sekarang proses politik di Golkar Sikka belum dilaksanakan. Selepas Musda beberapa waktu lalu, partai ini masih menunggu keputusan resmi tentang komposisi dan struktur partai. (vicky da gomez)

Foto: Ketua Partai Golkar Kabupaten Sikka Rafael Raga ketika menerima petaka partai.