Dira Tome dan PT Nataga Segera Panen Jagung Hibrida di Desa Menia

oleh -35 Dilihat

Maethen Dira Tome dan Direktur Pelaksana PT NRI Robby Mita monitor persiapan panen jagung.

MENIA, mediantt.com – Inilah kabar gembira di tengah kelesuan pangan. Penggagas dan Perintis Program menanam di Musim Hujan dengan pendekatan Amphibi, Ir Marthen Luther Dira Tome, kembali menggeliatkan program andalan di masa kepemimpinannya sebagai Bupati Sabu Raijua.

Saat ini, mantan bupati dua periode ini bersama PT Nataga Raihawu Industri (PT NRI), sejak tiga bulan lalu menanam jagung jenis hibrida di Desa Menia dan dalam waktu dekat akan dipanen.

“Tiga bulan lalu, kami dari PT NATAGA RAIHAWU INDUSTRI (NRI) kembali mencoba memanfaatkan lahan nganggur dan sisa air dari kali. Kami bersama beberapa masyarakat di Desa Menia menanam jagung hibrida NK 6172 Perkasa diatas lahan kurang dari dua hektare,” tulis Dira Tome di laman facebooknya, Selasa (14/11/2023).

Matade, sapaan akrabnya, juga menulis; “Tadi pagi (Selasa), kami bersama Direktur Pelasana PT NRI Bung Robby Mita, melakukan monitor persiapan panen. Sebentar lagi jagung akan dipanen dengan estimasi produksi mencapai 4,5 ton kering per hektare”.

Dia juga mengatakan, tahun depan PT. NRI selain melakukan pengembangan tambak garam mencapai 200 ha, juga akan melakukan pengembangan pertanian lahan kering dengan melibatkan petani secara lebih luas.

Vitalnya Pangan

Dalam postingannya itu, Dira Tome juga memaparkan pentingnya kedaulatan pangan, seperti yang sukses dilaksanakan saat dirinya menahkodai Sabu Raijua dua periode.

Bagi Matade, pangan adalah kebutuhan pokok manusia yang tiada substitusinya. Artinya, tanpa pangan yang cukup kehidupaan pasti terhenti, dan tanpa pangan yang cukup maka tak perlu berbicara tentang masa depan generasi.

“Betapa vitalnya pangan dalam kehidupan manusia, karena itu setiap orang berjuang memenuhi kebutuhan pangan keluarganya. Demikian juga negara atau daerah, tentu masalah pangan menjadi prioritas karena pangan berkorelasi langsung dengan hidup dan mati, serta kesejahteraan yang dituju. Karena itu, setiap daerah wajib berjuang memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya,” tegas Matade.

Menurut dia, Sabu Raijua termasuk daerah semi arid, dimana musim kemaraunya sangat panjang, sementara musim hujan sangat singkat. “Walau demikian, tidak berarti bahwa kegiatan pertaniaan tidak bisa dilakukan,” ujarnya.

Dia juga mengingatkan, “Beberapa tahun lalu, kami menggagas dan selanjutnya menjadi program menanam pada musim kemarau. Tujuannya selain untuk ketahanan pangan, limbahnya dimanfaatkan untuk mengantisipasi kelangkaan pakan ternak pada masa peceklik bulan September sampai awal Desember”.

Dia menambahkan, waktu itu Program Menanam pada musim kemarau terakumulasi dalam program pemberdayaan ekonomi dengan pendekatan Amphibi. Artinya, jika tak bisa usaha di laut, maka kembali ke darat dan sebaliknya tak bisa di darat maka kembali ke laut. “Darat dan laut dikelola silih berganti itulah pemberdayaan ekonomi dengan pendekatan Amphibi, sayangnya program ini sirna begitu saja,” gerutu Matade. (jdz)