Kupang, medianttcom – Dinas Peternakan (Disnak) Provinsi Nusa Tenggara Timur menerjunkan petugas untuk menyelidiki kematian ratusan ekor sapi di Desa Salbait, Kecamatan Molo Barat, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dalam beberapa hari terakhir.
“Petugas sudah kita kirim ke lokasi sapi tersebut, agar bisa diketahui sebab musabab kematian sapi-sapi tersebut,” kata Kepala Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur Thobias Uly kepada Antara di Kupang, Senin (27/10/2014).
Thobias mengaku, pengiriman petugas itu untuk, mengetahui penyebab kematian sapi tersebut, dan selanjutnya diambil langkah intervensi, untuk kepentingan penyelamatan sapi-sapi bantuan tersebut.
Petugas baru diterjunkan ke daerah itu karena Disnak baru mengetahui informasi tersebut dari berita di media massa. Sementara, Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), melalui Dinas Peternakannya, belum memberikan laporan resmi terkait kejadian itu. “Karena itulah, maka petugas dari pemerintah NTT baru bisa kita terjunkan untuk mencari tahu sebabnya,” kata Thobias.
Ratusan ekor sapi di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur dilaporkan mati akibat sumber pakan yang menjadi sandaran hidup hewan tersebut, mengalami kekeringan akibat kemarau saat ini.
Anggota DPRD NTT dari kabupaten Timor Tengah Selatan, Jefry Unbanunaek ketika dikonfirmasi terpisah mengenai masalah ini, membenarkannya. Dia menjelaskan, ternak sapi yang mati itu bersumber dari bantuan pemerintah pusat kepada sejumlah kelompok masyarakat di daerah itu.
“Saya melihat langsung ternak-ternak sapi yang mati tersebut, saat melakukan kunjungan kerja ke Timor Tengah Selatan untuk mensosialisasikan sejumlah Perda produk pemerintahan NTT,” kata dia.
Thobias mengatakan, dampak kekeringan tahun ini sangat dirasakan, sehingga hewan-hewan di padang penggembalaan yang telah kehabisan pakan akhirnya harus mati, karena tidak lagi memiliki sandaran hidup.
Jefry yang juga Ketua Fraksi Keadilan dan Persatuan DPRD NTT itu mengatakan, kondisi di daerah itu memang sangat sulit mendapatkan pakan dan air untuk kebutuhan ternak yang diberikan di musim kemarau saat ini.
Para peternak, harus menempuh jarak lima hingga 10 kilometer, hanya untuk bisa mendapatkan pakan dan air untuk menyelamatkan ternak sapi bantuan tersebut.
Lima buah bendungan yang dibangun di sekitar lokasi, saat ini tidak lagi bisa dimanfaatkan, karena kering. Kondisi itulah yang telah memperparah situasi para peternak di lokasi tersebut.
Upaya penyelamatan ternak-ternak bantuan sudah dilakukan masyarakat peternak, namun tak bisa untuk menyelamatkan seluruhnya. Yang bertahan hidup saat ini pun dalam kondisi yang sangat parah. “Saya tak jamin bisa tetap bertahan hidup, jika tidak ada intervensi segera dari pemerintah baik TTS maupun pemerintah NTT melalui dinas teknisnya,” kata Jefry.
Menurut dia, jumlah 110 ekor sapi bantuan untuk masing-masing enam kelompok, dengan komposisi 100 ekor betina dan 10 jantan itu, hingga kini jumlah yang tewas, di atas 50 ekor di setiap kelompoknya. “Karena itu saya kira pemerintah segera lakukan intervensi untuk selamatkan yang tersisa itu agar bisa tetap hidup,” kata dia. (jk)