Tarian ja’i saat syukuran pernikahan Anse Pattyona dan Yuri) Nadeak di Birawa Assembly Hall, Hotel Bidakara, Jakarta, Sabtu (5/10).
JAKARTA – Puluhan penari asal Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, berbusana adat Ngada dan mengenakan ti’i, topi khas Rote Ndao tampil memukau kurang lebih 1000-an tamu undangan di Birawa Assembly Hall, Hotel Bidakara, Jakarta, Sabtu (5/10) mulai pukul 19.00 WIB.
Para penari dari sebuah sanggar Flobamora di Jakarta menyuguhkan dolo-dolo, tarian khas etnis Lamaholot di Kabupaten Flores Timur dan Lembata serta ja’i, tarian adat masyarakat Ngada, dalam rangkaian memeriahkan syukuran kegembiraan pernikahan Christina Ervita Anse Putri (Anse) Pattyona dan Irenaeus Yurideanto (Yuri) Nadeak.
“Dolo-dolo dan ja’i kami hadirkan untuk merayakan kegembiraan dan ucapan syukur anak kami yang baru saja menerima Sakramen Nikah Suci di Gereja Katolik Santo Yohanes Maria Vianney Cilangkap, Jakarta Timur pada siang hari,” ujar Petrus Bala Pattyona, opa (kakek) Anse Pattyona kepada wartawan di Hotel Bidakara, Jakarta.
Menurut Praktisi hukum nasional kelahiran kampung Kluang, Desa Belabaja (Boto), Lembata, dua tarian ini juga disuguhkan sebagai bentuk nyata di antara sesama saudara asal Pulau Lembata dan NTT umumnya bahwa meski berada jauh dari kampung halaman sikap solider, guyub tetap terawat dengan baik.
Bala Pattyona menambahkan, dolo-dolo dan ja’i merupakan kekayaan warisan budaya yang sudah memasyarakat di kalangan masyarakat Flobamora di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Kekhasan tarian adat ini disuguhkan para penari di hadapan para tamu dan undangan.
“Suguhan dua tarian adat khas NTT oleh penari asal Flores ini sekaligus membuktikan bahwa mesti berada di Jakarta, kekhasan budaya tanah leluhur mesti terus dirawat. Para penari juga mengenakan ti’i, topi khas masyarakat Rote Ndao,” ujar Bala Pattyona, putra bungsu pasangan Almarhum Arnoldus Wolo Pattyona asal Desa Imulolong dan Almarhumah Yuliana Anse Ndun, perempuan asal Rote Ndao.
Bala Pattyona menambahkan, masyarakat Nusa Tenggara Timur memiliki aneka ragam budaya berupa adat-istiadat, kesenian, dan tari-tarian. Selain dolo-dolo dan ja’i, Nusa Tenggara Timur juga memiliki sejumlah tarian khas di masing-masing daerah.
Misalnya, tarian Likurai, Tebe (Belu dan Malaka), Cerana (Kupang), Maekat (suku Dawan), Hopong (Kupang), Peminangan (TTU), Teotona (Rote), Dadokado (Alor), Leke (Sikka), Ledohawu (Sabu), dan lain-lain.
Masing-masing tarian khas tersebut, ujar Bala Pattyona, kerap dipentaskan dalam berbagai kegiatan seperti penyambutan tamu-tamu penting, doa, penghiburan, permainan, dan kegiatan lainnya. Setiap tarian juga memiliki maksud tertentu apakah sekadar hiburan atau acara-acara tradisi dan adat tertentu dari daerah mana tarian itu berasal.
“Saat syukuran anak kami, Anse Pattyona dan Yuri Nadeak, kami memilih dolo-dolo dan ja’i. Gerakannya lebih mudah dan bisa diikuti tamu dan undangan. Suguhan dolo-dolo dan ja’i semakin menarik karena dalam acara tersebut tampil juga Delon, penyanyi pentolan Indonesian Idol yang ikut menambah kegembiraan pengantin, kedua belah pihak orangtua, keluarga besar, dan para tamu undangan,” kata Bala Pattona.
Anse Pattyona adalah puteri Tarsisius Wolo Pattyona dan Yulita Wulandari asal Solo, Jawa Tengah. Sedangkan Yuri Nadeak adalah putra Almarhum Iskariot Nadeak dan Duma Limbong asal Sumatera Utara.
Keluarga dua sejoli, Anse Pattyona dan Yuri Nadeak, sebelumnya juga mengadakan Misa Midodareni dipimpin Pastor Bonifasius Heribertus di Peony Ballroom Avenzel Hotel and Convention Cibubur, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (28/9).
Misa Midodareni dipersembahkan sebelum prosesi Pemberkatan Nikah Suci di Gereja Santo Yohanes Maria Vianney, Rabu (5/10) siang. Misa konselebrasi dipersembahkan sejumlah imam, termasuk Pastor Patris Mudaj, SSCC, imam asal Paroki Santo Joseph Boto, Dekanat Lembata, Keuskupan Larantuka, yang berkarya di Keuskupan Bandung, Jawa Barat.
Misa Midodareni dihadiri keluarga besar kedua pengantin serta para kerabat, baik yang tinggal di Jabodetabek maupun yang datang dari Lembata. Resepsi syukuran pernikahan membawa kesan bagi para tamu undangan. Suguhan tarian dolo-dolo dan ja’i sangat berkesan di mata tamu undangan.
“Tarian daerah khas NTT sangat menghibur dan menunjukkan masyarakatnya sangat akrab dengan tari-tarian daerahnya. Meski tinggal jauh dari kampung halaman, tapi mereka diikat dalam kegembiraan saat menari bersama,” kata Zakaria, tamu dari Bogor, Jawa Barat. (*/jdz)