Eit! NTT Pinjam Lagi Rp 152 Miliar ke PT SMI untuk Budidaya Ikan Kerapu

oleh -23 Dilihat

Ikan Kerapu

KUPANG – Pemerintah Provinsi NTT bakal meminjam lagi dana dari PT SMI sebesar Rp 152 miliar. Dana ini akan dimanfaatkan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan untuk budidaya ikan kerapu dan kakap di perairan Rote Ndao, Ngada dan Lembata.

“Saat ini sedang dilakukan pilot projek di perairan Pulau Semau, tepatnya belakang Pulau Kambing. Jika berhasil, maka ada pinjaman Rp152 miliar dari PT SMI,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTT, Ganef Wurgiyanto kepada wartawan, Rabu (2/9/2020).

Menurut dia, dana pinjaman daerah itu bakal digunakan untuk mengembangkan budidaya ikan kerapu dan kakap putih di Mulut Seribu, Rote Ndao dan Labuhan Kelambu, Riung serta Lembata. “Budidaya ikan kita fokuskan untuk kerapu macan dan kerapu kertang (hibrid) serta kakap putih,” jelas dia.

Khusus di Labuan Kelambu, sebut dia, pihaknya akan menebar 1 juta bibit ikan kerapu dan kakap di teluk Labuan Kelambu dengan luas 233 hektare (ha) dengan lebar mulut 400 meter persegi. Karena berdasarkan kajian di teluk itu sangat subur untuk budidaya ikan.

“Metode menebar ikan di alam ini dilakukan di bagian teluk dengan mulut sempit, sehingga ikan tidak keluar dari teluk tersebut,” katanya.

Namun, lanjut dia, budidaya ikan di Labuan Kelambu itu tidak bisa langsung dipanen, karena butuh waktu 2-3 tahun untuk mendapatkan induk atau benih ikan yang baik untuk disebarkan di beberapa perairan di NTT yang kondisi geografisnya dan tingkat kesuburannya tinggi.

“Ikan yang disebar nanti tidak bisa langsung dipanen, karena kesulitan kita mendapatkan induk ikan yang baik. Induk yang ditangkap akan dibesarkan di balai ikan pantai, sebelum disebar lagi,” ujarnya.

Sedangkan untuk di Pulau Seribu, jelas dia, akan dilakukan uji coba kakap putih dan kerapu hibrid, diharapkan dalam 2-3 bulan ke depan sudah bisa dipanen. Karena hanya mau mengetahui bahwa laut NTT cocok dan subur untuk budidaya ikan itu.

“Penebaran juga tidak banyak sehingga panen juga sedikit,” ujarnya.

Metode yang digunakan, lanjut dia, adalah kerambah jaring apung berbentuk bulat dengan diameter 10 meter yang akan diisi 25 ribu ekor benih ikan per kerambah.

“Dari 25 ribu itu punya tingkat hidup 20 ribu. Sehingga dalam waktu 8 bulan dengan pakan intensif, bisa dapatkan ikan dengan bobot 800 gram. Jadi satu karambah bisa panen 16 ribu kg atau 16 ton,” jelas dia.

Dia mengatakan; setiap kerambah akan dikerjakan oleh 10 orang warga, yang akan dibayar sebesar Rp2,5 juta selama 8 bulan. Saat ini, sudah ada 9 kerambah, diharapkan pada 2021 akan bertambah lagi.

Dengan hasil ini, maka pihaknya bisa menghitung pengembalian pinjaman daerah, jika satu kerambah bisa hasilkan Rp115 juta. “Kita akan kembalikan dana pinjaman daerah setiap tahun mulai 2022,” katanya.

Dia mengaku untuk pemasaran, pemerintah telah bekerjasama dengan pihak ketiga, dan diharapkan bisa diekspor. “Budidaya ini sudah bisa tingkatkan ekonomi rakyat,” tandasnya. (*/jdz)