Kupang, mediantt.com – Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (DPDTT) bersama badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yaitu ILO (international Labour Organization) dan FAO (Food and Agriculture Organization) dalam tahun 2016 melaksanakan proyek Pekerjaan Layak untuk Ketahanan Pangan dan Pembangunan Pedesaan Berkelanjutan (Decert Work for Food Security and Sustainable Rural Development Project) di empat kabupaten di NTT. Keempat kabupaten itu adalah, Kupang, TTS, Belu dan Sumba Timur.
Proyek tersebut diinisiasi Kementerian DPDTT untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya di daerah pedesaan dengan fokus tersedianya pekerjaan yang layak dan ketahanan pangan. Karena itu, Kementerian DPDTT merangkul ILO dan FAO mengerjakan proyek itu untuk tiga komoditas, yaitu sapi, jagung dan rumput laut. Sedangkan ILO dan FAO lebih berorientasi pada penguatan kapasitas dengan nilai investasi ILO sebesar $1.300.000 dan FAO senilai $500.000. Untuk Kementerian DPDTT mengalokasikan dana Rp 63 miliar (2016) dan Rp 35 miliar pada tahun 2015 lalu.
Demikian dikatakan Rusnadi Panjung (Staf Ahli Bidang Pembangunan dan Kemasyarakatan Kementerian DPDTT), dalam pertemuannya dengan Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, di ruang rapat Gubernur NTT, Selasa (17/5). Turut hadir Direktur ILO untuk Indonesia dan Republic Demokratic Timor Leste, Mr.Francesco d’Ovidio dan Sandra Yu dari Decert Wort Specialist ILO Regional Asia Pacific beserta staf Kementerian DPDTT.
Menurut Rusnadi Panjung, empat kabupaten di NTT yang ditetapkan menjadi lokasi proyek Pekerjaan Layak untuk Ketahanan Pangan dan Pembangunan Pedesaan Berkelanjutan, mulanya telah dilakukan analisa secara matang melalui survey dan wawancara guna memastikan berkembangnya tiga komoditas unggulan provinsi NTT itu. Proyek ini, kata dia, akan dimanfaatkan sebesar-besarnya secara berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat di pedesaan lewat pelatihan dan cara berternak yang baik. Bila proyek tersebut berjalan baik, dapat dijadikan masukan bagi ILO dan dilanjutkan dengan rencana pembangunan lima tahun kedepan oleh ILO bersama Kementerian DPDTT untuk mencegah terjadinya disparitas antara desa dan kota.
Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, mengakui ILO dan FAO memiliki komitmen yang kuat untuk membantu masyarakat NTT. ILO telah berulangkali mendorong untuk mulai membangun dari desa. Hal ini sesuai dengan program pemerintah provinsi NTT sejak tahun 2011 membangun dari desa yang dikenal dengan program Anggur Merah (Anggaran Untuk Rakyat Menuju Sejahtera). “Melalui bekerja bersama-sama, saya yakin daerah ini akan cepat maju. Ini keyakinan saya dan saya selalu membuka pintu bagi siapa saja yang ingin membantu daerah dan masyarakat NTT. Saya senang bekerja bersama-sama asalkan kepentingan rakyat diperhatikan,” tegas Lebu Raya.
Menurut Lebu Raya, pembangunan mulai dari desa dengan diluncurkannya program Anggur Merah telah mampu membuktikan adanya kelompok usaha ekonomi di desa yang mandiri, kendati belum semua desa. Ada banyak kelompok masyarakat yang mengembangkan usahanya dengan berternak. Untuk itu, sasaran pembangunan di pedesaan selalu membutuhkan adanya kerjasama dari berbagai pihak termasuk ILO dan FAO. (hms/jk)
Foto : Gubernur Frans Lebu Raya ketika menerima Direktur ILO untuk Indonesia dan RDTL, Mr.Francesco d’Ovidio dan Sandra Yu dari Decert Wort Specialist ILO Regional Asia Pacific beserta staf Kementerian DPDTT.