Salah satu ruas jalan hotmix perbatasan Nusa Tenggaran Timur (NTT) dengan Timor Leste atau dikenal dengan ruas sabuk merah.
ATAMBUA, mediantt.com – Jalur jalan hotmiks di wilayah Tapal Batas NTT dan Timor Leste sepanjang 179,99 km, yang lebih populer disebut Sabuk Merah dari Kabupaten Belu hingga Malaka, sebagian titik dilaporkan rusak.
Keterangan yang dihimpun media, sebagian titik di ruas sabuk merah yang adalah wajah depan NKRI di tapal batas negara itu, mengalami kerusakan parah. Salah satunya adalah di Desa Duarato, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu. Selain itu, ada juga di Desa Kotabiru, Kecamatan Kobalima Timur, Kabupaten Malaka.
“Memang kami sudah terima laporan tentang kerusakan jalan Nasional itu. Kami akan cek langsung ke lokasi dulu baru bisa memberi tanggapan dan meminta dinas terkait untuk segera memperbaiki jalur itu. Karena sumber dananya itu dari APBN,” kata anggota Fraksi Partai Golkar DPRD Belu, Theo F. Seran Tefa ketika dikonfirmasi, Minggu (14/3/2021) malam.
Anggota Fraksi Golkar DPRD Belu lainnya, Rofinus Manek, menjelaskan, ada titik tertentu dari jalur sabuk merah ini yang longsor akibat hujan intensitas tinggi. “Benar ada titik tertentu longsor akibat hujan. Tapi masih bisa dilalui roda empat. Kita akan bicara dengan mitra di Dinas PUPR Belu untuk dibicarakan secara berjenjang agar segera diperbaiki. Perlu bronjong yang kuat di titik-titik rawan longsor itu. Kita (fraksi golkar) akan kordinasi agar segera diperbaiki,” kata Theo Seran.
Ia juga menyebutkan, kerusakan yang agak parah ada di Busa Bere, Desa Mahuitas, Tahon Desa Makir, juga satu titik di Desa Duarato, dua titik di Desa Fulur, 2 titik lagi di Desa Kewar. “Ada juga dua jembatan di Haekesak yang belum tuntas dan beberapa titik rawan longsor di Kecamatan Lamaknen Selatan,” kata Rofinus Manek.
Sementara itu, anggota Fraksi Partai Golkar DPRD Malaka, Petrus Nahak, membenarkan ada sejumlah titik jalan Sabuk Merah di Malaka yang rusak parah, terutama di Desa Kotabiru, Kecamatan Kobalima Timur. Nahak yang juga anggota Komisi III, yang membidangi infrastruktur, telah berkordinasi dengan mitra kerja Dinas PUPR Malaka membahas masalah jalan nasional yang rusak itu.
“Komisi III DPRD Malaka sudah berkoordinasi dengan mitra kami PUPR Malaka dan secara berjenjang juga PUPR Malaka sudah berkoordinasi dengan Balai Jalan Wilayah X Provinsi NTT. Jadi, untuk jalan sabuk merah yang rusak di wilayah Desa Kotabiru sudah direncanakan untuk segera diperbaiki dalam tahun 2021 ini agar memudahkan lalu lintas orang, barang dan kendaraan,” jelas Pit Nahak.
Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) X Kupang, NTT Ir Mochtar Napitupulu ketika dikonfirmasi mengatakan, akan segera memperbaiki ruas jakan Sabuk Merah di sejumlah titik yang rusak pada tahun 2021 ini. “KIta sudah kordinasikan dan tahun ini kita perbaiki yang rusak itu dan menyelesaikan jalur yang tersisa,” kata Napitupulu.
Tuntas 2021
DIkutip dari kompas.com, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memastikan kemantapan infrastruktur jalan dan jembatan di wilayah perbatasan NTTdengan Timor Leste.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam siaran resmi mengatakan, jalan perbatasan NTT dan Timor Leste memiliki panjang 179,99 kilometer atau yang dikenal dengan istilah Sabuk Merah Sektor Timur dari Kabupaten Belu hingga Kabupaten Malaka.
Ruas jalan tersebut punya arti penting terutama bagi masyarakat di perbatasan yang terdapat komoditas perkebunan pohon kayu putih, kelor, dan jambu mete.
Dari 179,99 kilometer tersebut yang sudah tertangani (aspal) pada tahun 2019 adalah sepanjang 145,17 kilometer.
Tahun 2020, Pemerintah menargetkan pengaspalan menjadi sepanjang 164,57 kilometer, sisanya akan dituntaskan pada Tahun 2021.
Di sepanjang Jalan Sabuk Merah Sektor Timur tersebut rencananya akan dibangun sebanyak 41 buah jembatan dengan panjang 1.599 meter.
Hingga Tahun 2019 telah terbangun sebanyak 23 buah jembatan dengan panjang 1.039,5 meter.
Selanjutnya pada tahun 2020 sendiri akan diselesaikan menjadi 33 buah jembatan, sehingga sisanya akan dituntaskan pada tahun 2021. Adapun jembatan tersebut semuanya terbuat dari rangka baja dengan bentang rata-rata 60 meter.
Jalan Sabuk Merah Perbatasan Indonesia-Timor Leste ini juga punya arti penting karena akan menjadi akses pendekat ke garis perbatasan sehingga bisa mempermudah pengawasan garis perbatasan di dua negara tersebut.
Jalur Sabuk Merah juga tidak hanya berfungsi untuk menghubungkan beberapa pos keamanan sepanjang PLBN Motaain dan PLBN Motamassin saja. Namun, pembangunan di pinggir Indonesia ini pun mendukung perekonomian masyarakat setempat. Salah satu potensi ekonomi yang bisa didorong adalah sektor pariwisata. (jdz)