Golkar 57 Tahun, Mengintip Jejak Petani Milenial

oleh -15 Dilihat

Heru Dupe bersama petani milenial di Kabupaten Kupang usai panen Semangka 

Oleh : Josh Diaz Beraona

Tuhan sudah memberkahi bumi NTT dengan sinar matahari, juga air. Itu modal yang luar biasa untuk pertanian. Dan, Petani Milenial Golkar NTT harus menjadi pemenang dalam produktivitas; untuk meningkatkan ekonomi pedesaan. Lalu, lebih jauh berefek politik pula pada elektoral Partai Golkar. Sudah saatnya pola pikir kaum milenial digeser. Bahwa orang sukses itu tidak hanya bekerja di kantor. Tapi juga bisa berjaya di sektor pertanian.

AWAL Januari 2021. Partai Golkar NTT mulai mendesain gagasan membentuk kelompok tani milenial, yang melibatkan warga berusia 19-39 tahun. Ketua Golkar NTT, Melkiades Laka Lena, ketika memimpin rapat virtual bersama jajaran pengurus Golkar se-NTT saat itu, mengatakan, seluruh kekuatan dan sumber daya Golkar berupa paket bantuan bakal dikerahkan untuk pemberdayaan ekonomi warga pedesaan, seperti bantuan tenaga pendamping secara gratis. Juga, berbagai bentuk usaha didorong dan disesuaikan dengan potensi dan karakter daerah.

Ketua Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) NTT, Heru Dupe, dalam rapat itu pun menjelaskan, petani kelompok milenial ini akan dibentuk di seluruh kabupaten hingga kecamatan dan desa di NTT. Sasarannya memang dengan sengaja memilih kelompok milenial karena diyakini merekalah kelompok potensial pendongkrak ekonomi pedesaan.

“Sebenarnya tujuannya ganda. Selain merupakan terobosan pemberdayaan ekonomi warga pedesaan, juga bagian dari upaya Golkar mengakrabkan kaum milenial dengan usaha pertanian yang sejak turun-temurun menjadi sandaran ekonomi sebagian besar masyarakat pedesaan kita,” jelas Heru yang juga pengusaha muda NTT ini.

Menurut Heru, opsi pembentukan kelompok petani milenial ini merupakan kerucutan dari sebuah diskusi yang melibatkan berbagai elemem dalam tubuh Golkar NTT. Selain AMPG, mereka adalah perwakilan dari Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI), Kesatuan Perempuan Partai Golkar (KPPG) dan Ikatan Istri Partai Golkar (IPPG).

Sementara Ketua AMPI) NTT, Maksi Adipatipari, mengakui, pengguliran wacana pembentukan petani milenial ini gagasan awalnya dari Ketua DPD Golkar NTT, Melki Laka Lena. “Sebagai bagian dari kelompok anak muda, kami merasa tertantang untuk melakukan aksi konkrit memberdayakan ekonomi pedesaan. Setelah didiskusikan dengan sejumlah pihak di Golkar, gagasan kemudian mengerucut pada pembentukan kelompok petani milenial,” jelas anggota Fraksi Partai Golkar DPRD NTT ini.

Maksi menyebutkan, sejumlah usaha pertanian yang siap didorong, di antaranya pertanian tanaman pangan, sayuran, buah buahan, tanaman herbal, peternakan sapi, unggas, budidaya ikan air tawar hingga tanaman perkebunan.

Jika petani milenial Golkar ini bergerak serempak, maka dalam beberapa waktu ke depan NTT bisa menjadi salah satu daerah penghasil komoditi pertanian yang luar biasa. Targetnya, produk-produk pertanian itu bisa dikirim keluar kabupaten, provinsi maupun keluar negara Indonesia. Artinya, jika dalam setahun tanaman holtikultura bisa dipanen berkali-kali, minimal empat kali, maka bisa dipastikan bakal meraup keuntungan mencapai puluhan juta rupiah.

Tentu saja, harus bisa menyusun jadwal menanam setiap komoditi agar penghasilan yang diperoleh bisa setiap bulan. Apalagi, sudah ada sentuhan teknologi pertanian, maka bisa dipastikan penghasilan akan terus berlipat ganda setiap kali panen.

Tak hanya itu. Target jangka panjangnya adalah mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki, dan memanfaatkan teknologi mutakhir melalui optimalisasi peran petani dan penyuluh dalam pencapaian program swasembada pangan. Apalagi keberadaan para petani sangat vital dalam mewujudkan pencapaian ketahanan pangan. Petani milenial pun bisa melakukan pengembangan usaha melalui akses Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari perbankan seperti BRI, BNI, Mandiri dan bank daerah di tingkat provinsi untuk optimalisasi kegiatan agribisnis.

Karena itu, setiap pelatihan yang diberikan diharapkan memberikan peningkatan kapasitas bagi petani milenial, khususnya dalam merencanakan kegiatan pertanian, meng-klaster kawasan pertanian dan kelembagaan petani, melakukan engineering pertanian dari hulu sampai hilir yang mencakup input permodalan (KUR), budidaya, pascapanen, pengolahan, pengemasan dan pemasaran hasil pertanian yang terstandarisasi, modern dan marketable.

***

Petani milenial Golkar telah merata terbentuk di semua kabupaten. Di Kabupaten Kupang ada empat kelompok petani milenial yang berusaha di bidang tani sawah, peternakan, ikan air tawa dan pertanian.

“Di Kabupaten Kupang ini kelompok binaan Pak Octory Gasperz, sudah beberapa kali panen. Setiap kali panen kita selalu beli. Terakhir panen buah semangka dan melon dan kita beli 100 kg,” kata kordinator Petani Milenial Golkar NTT, Vinsen Bureni.

Di Kabupaten TTS jauh lebih bervariasi. Ada enam kelompok tani yang sedang giat. Ada Kelompok Tani “Ume Manekan” yang fokus pada usaha ternak sapi dan sayuran di Kelurahan Oekefan, Kecamatan Kota SoE. Ada lagi Kelompok Ternak Ayam “AnQ-3” dengan usaha ternak ayam potong di Desa Kesetnana, Kecamatan Mollo Selatan.

Ada pula Kelompok Ternak Ayam “Putra” di Kelurahan Oekefan, Kecamatan Kota SoE. Lalu Kelompok Tani “Anugerah” yang khusus usaha pakan ternak, peternakan sapi dan ayam di Desa Ajaobaki, Kecamatan Mollo Utara.

Dan, Kelompok Tani “Imanuel” dengan usaha bercocok tanam sayuran di Desa Pusu, Kecamatan Amanuban Barat. Sementara Kelompok Tani “Tafen” juga fokus usaha bercocok tanam sayuran di Desa Skinu, Kecamatan Toianas. Yang terakhir Kelompok Tani “Naukae”, yang khusus tanam sayur-sayuran di Desa Naukae, Kecamatan Kuatnana.

Di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), semua kelompok tani milenial fokus di bidang pertanian; yakni kelompok Tunas Beringin, Kaijen, Semangat, Hidup Baru, Senamata, Oelamatan, dan Bisene.
“Untuk petani milelial Golkar di TTU ada tujuh kelompok, yang semuanya fokus di bidang pertanian. Saat ini sedang berproses dan ada yang juga akan segera panen,” kata Ketua Golkar TTU, Kristoforus Efi, ST.

Sementara di Kabupaten Sabu Raijua, empat kelompok petani sedang berproses, yakni budidaya melon, semangka dan bawang merah. Di Kabupaten Lembata, kelompok petani milenial lebih fokus urus ternak seperti ayam, kambing dan babi. Juga, ada kelompok nelayan, tenun ikat dan rumput laut. “Kelompok tani milenial di Lembata semuanya berjalan dengan baik,” kata Wakil Ketua Golkar Lembata, Simon Beduli.

Di Kabupaten Malaka, aksi konkrit petani milenial bentukan Partai Golkar telah kelihatan, dengan melakukan panen perdana tomat. “Petani milenial di Malaka ada beberapa kelompok, tapi yang sudah kelihatan hasilnya adalah di Weoe, Umatos dan Kleseon. Panen perdana yang sudah dilakukan adalah tomat,” kata Wakil Ketua Golkar Malaka, Petrus Nahak.

Menurut Nahak, selain panen tomat perdana, juga akan dilakukan pengembangan lahan dan penambahan bibit untuk dikembangkan. “Bapa Ketua Golkar Malaka, Adrianus Bria Seran, akan sumbang bibit bagi para petani nilenial ini,” sebut anggota DPRD Malaka ini.

Sementara di Kabupaten Belu, kelompok petani milenial di Desa Tasain, lebih konsentrasi menanam jagung manis, yang akan diselingi dengan kentang. ”Ada tiga kelompok petani milenial binaan Golkar, mereka mengolah lahan seluas 3 hektar untuk menanam jagung manis dan umur panennya pendek dan langsung dinikmati. Setelah itu kita mencoba untuk tanam kentang,” kata Sekretaris Golkar Belu, Theodorus F. Seran Tefa.

Tefa menyebutkan, ketiga kelompok petani milenial tersebut masing-masing mengolah satu hektar untuk tanam jagung manis. ”Kelompok petani milenial ini juga didampingi penyuluh pertanian berkaitan dengan sistem tanam dan perawatan. Kalau cara tanam itu relatif, tapi perawatan itu butuh pendamping penyuluh profesional agar mendapatkan hasil maksimal,” kata anggota DPRD Belu ini.

Secara terpisah, Koordinator Petani Milenial Golkar NTT, Vinsen Bureni, menjelaskan, kelompok petani milenial Golkar ini sudah terebar di semua kabupaten se-NTT. Jenis usahanya pun bervariasi, ada yang usaha sayur, hortikultura dan ternak. “Semua sedang berproses, ada yang sudah panen. Kita terus dorong agar produksinya bisa masuk ke pasar secara digital. Sedang diatur sistemnya agar terkoneksi satu sama lain,” kata Vinsen.

Menurut Vinsen, setelah membentuk petani milenial, Golkar mengawali kegiatan para petani milenial NTT ini melalui pelatihan eco enzyme secara virtual, dengan menghadirkan para narasumber profesional di bidang pertanian, Sabtu (15/5/2021) lalu. Para narasumber itu antara lain Zacharia Melianus Awang, S.Tp dari komunitas Eco Enzyme yang aktif dalam dunia pertanian di Bali, juga dokter Vivi Kurniati Tjahjadi serta Maria Badjowawo dari Politeknik Negeri Kupang.

Hadir pula anggota FPG DPRD NTT Johan Oematan, Wakil Ketua Bidang Pertanian Golkar NTT, Octory Gaspersz, Ketua AMPG NTT, Restu Herdani B. Dupe, pengurus AMPG NTT Heldy Lau & Alwi Nenosaban serta 5 orang Petani Milenial yang berasal dari Kabupaten Kupang.

Vinsen menjelaskan, eco enzyme adalah hasil dari fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah, sayuran, gula, coklat dan lainnya yang bermanfaat sebagai pupuk, hand sanitizer, penghilang bau, pengganti deodoran, dan sebagainya.
Menurut Octory Gasperz, masyarakat bisa memanfaatkan limbah dapur untuk digunakan sebagai pupuk, pestisida, disinfektan, dan sebagainya. ”Pembuatannya cukup mudah dengan bahan-bahan yang ada di sekitar kita, dan hasilnya sudah saya buktikan sendiri pada tanaman-tanaman saya,” kata Johan Oematan.

Di simpul ini, petani milenial Golkar NTT perlu memahami pesan Ketua Umum Golkar yang juga Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, agar petani milenial dibekali juga dengan konsep smart farming melalui penggunaan teknologi, sekaligus merupakan ekosistem pemberdayaan milenial melalui pembinaan dan pengembangan ekosistem pertanian digital (IoT) dari hulu ke hilir serta meningkatkan Inklusi Keuangan Desa.

“Permasalahan pada sektor pangan selalu menjadi perhatian di setiap negara untuk meningkatkan pertanian cerdas berbasis Internet of Things (IoT) dan membentuk ekosistem pertanian dengan pembukaan akses pasar kepada petani,” kata Airlangga.
Airlangga berharap penghasilan petani dapat terjamin dan mengoptimalkan inklusi keuangan perbankan di desa serta memperkuat kelembagaan petani milenial yang dilakukan oleh berbagai stakeholder. (*)