Sesepuh Felix Puluh (pegang mic) ketika bersama jajaran pengurus Golkar NTT menabur bunga di Taman Makam Pahlawan Darmaloka Kupang saat HUT Golkar ke-56, 20 Oktober 2020
KUPANG – Partai Golkar NTT berduka lagi. Politisi senior yang juga sesepuh, Felix Jos Puluh, telah pergi memenuhi takdir; kembali ke Sang Sumber Kehidupan, Senin (18/1/2021) pukul 07.00 Wita, di RS Siloam Kupang. Kabar duka meninggalnya politisi lentur ini beredar luas di sejumlah grup WA, termasuk Partai Golkar NTT.
Ucapan dukacita mengalir dari berbagai kalangan, termasuk kader dan pengurus Golkar NTT baik di Provinsi maupun kabupaten/kota, yang merasa kaget dan kehilangan sosok politisi yang selalu menyejukan dan menyatukan.
“Secara pribadi dan sebagai Ketua Golkar NTT, mewakili seluruh warga Golkar NTT menyampaikan turut berdukacita yang mendalam dengan kehilangan tokoh senior yang sudah menjadi guru, sahabat, ayah, penyemangat dan inspirator bagi seluruh kader Golkar di NTT,” kata Ketua DPD Golkar NTT, Melki Laka Lena.
Untuk mengenang jasa politisi tiga zaman ini, berikut petikan tulisan Wakil Ketu Golkar NTT, Frans Sarong, tentang jejak politik dan sosok Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) Golkar NTT ini, dengan judul “Felx Pullu, Politisi Lentur Hingga Usia Senja”, yang dkutip dari Buku Jejak Karya Golkar NTT (2018).
Cerita kejayaan Partai Golkar sudah menjadi kisah masa lalu. Golkar pascareformasi, sebagaimana dilukiskan Felix Pullu, mengalami turbulensi berat. Ibarat ayam, dua sayapnya patah karena ASN dan juga militer harus menarik dukungannya. Dengan demikian, Golkar jadi single fighter, harus berjuang sendiri. Kondisinya pun bertambah runyam karena Golkar masih harus menghadapi berbagai persoalan pelik di lingkungan internalnya, disertai munculnya partai-parta baru.
Seperti juga pernah dilukiskan Ketua Golkar NTT, Melki Laka Lena, partai ini – terutama selepas masa Orde Baru – Golkar berkali-kali harus menghadapi badai hingga nyaris tumbang. Namun syukurlah. Apa pun tantangannya, Golkar tetap bertahan. Faktanya, Golkar tetap bercokol di tangga atas bersama PDI Perjuangan dan beberapa partai lainnya.
Meski begitu – lanjut Felix Pullu – kekuatan Golkar belum pulih. Kondisinya masih jauh dari kejayaan yang dicapai selama era Orde Baru. “Golkar membutuhkan energi baru untuk memulihkan kondisinya,” kata Felix Pullu, politisi lentur, yang ketika diwawancarai tim buku, Senin (3/12/2018), berusia 77 tahun.
Felix Pullu yang bergelar BA pendidikan dari IKIP Sanatha Dharma Yogayakarta (1969) dan Sarjana Hukum Undana Kupang (1984), adalah sesepuh Golkar NTT. Jejak politiknya berawal dari Partai Katolik Ngada. Posisinya sempat menjadi pelaksana tugas ketua selama hampir dua tahun (1969 – 1970), sesaat setelah ketuanya, Jan Jos Botha terpilih dan dilantik menjadi Bupati Ngada.
Menyongsong Pemilu 1971, Felix Pullu menjadi caleg Partai Katolik untuk DPR RI dari daerah pemilihan Ngada. Namun karena dirinya sudah berstatus pegawai negeri sipil, maka pencalonannya dibatalkan dan ia pun resmi bergabung dengan Golkar sejak tahun 1970. Pria kelahiran Lokolado, Ngada, 18 Januari 1941 itu, lalu dipercayakan sebagai Ketua Kelompok Karya Golkar atau Pokar (AMPI sekarang) Ngada. Pilihannya bersama Golkar bertambah menguat setelah menikah dengan Raymunda To Wea. Raymunda yang jebolan APDN Kupang (1976), adalah kader “kuning”. Ibu empat anak itu pernah dua periode menjadi anggota DPRD Ngada (1971-1982). Raymunda bahkan pernah menjadi Ketua Fraksi Golkar Ngada, selama kurang lebih tujuh tahun.
Bersama “beringin” dan langsung di DPD Golkar NTT, Felix Pullu terpilih menjadi anggota DPRD NTT selama empat periode, sejak 1977. Selama periode kedua dan ketiga, posisinya sebagai Wakil Ketua DPRD NTT. Pada periode ke empat, ia kembali menjadi anggota biasa karena Jan Jos Botha yang adalah Ketua DPD Golkar NTT, sekaligus dipercayakan sebagai Ketua DPRD NTT. Felix Pullu dan Jan Jos Botha sama sama dari Ngada, bahkan juga dari kampung yang sama, Mangulewa.
Felix Pullu memang politisi lentur. Sudah pensiun dari DPRD NTT sejak akhir 1990-an, kiprahnya sebagai politisi tak kunjung pudar. Salah satu buktinya, ia dipercayakan sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Golkar NTT sejak kepemimpinan IA Medah dan lanjut ke kepemimpinan Melki Laka Lena, sebagai Ketua Golkar NTT. Felix Pullu bahkan rela mendampingi sejumlah kelompok milenial dalam tim buku ketika harus mewawancarai sejumlah sesepuh Golkar lain di Kota Kupang dan sekitarnya. Di Golkar NTT, sang tokoh satu ini sudah masuk kelompok sesepuh, seiring usianya yang sudah 80. Namun ia tetap aktif berkat sikap politiknya yang dikenal lentur.
Kini, sosok lentur yang selalu menjaga penampilan dengan gayanya yang flamboyan, telah tiada. Ia telah tiba di batas takdir; menghadap Sang Khalik, Senin (18/1/2021) di RS Siloam Kupang. Selamat Jalan Bapa Felix Puluh. (jdz)