Gubernur Melki, Metanoia, dan Spirit ASN (di) NTT

oleh -215 Dilihat

Oleh : Verry Guru
ASN Pemprov NTT

SETELAH dilantik Presiden Prabowo pada Kamis, 20 Februari 2025 silam bersama 961 Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di seluruh Indonesia yang mengikuti pemilihan kepala daerah serentak pada 27 November 2024 lalu, Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena dan Wakil Gubernur NTT, Johni Asadoma pada Sabtu, 1 Maret 2025 kembali ke “Bumi Flobamorata” tercinta.

Mereka kembali dan diterima secara berbeda dengan nuansa yang sangat semarak. Sebagai pemimpin baru di ini daerah, mereka berdua memulai tugas pemerintahan, pelayanan kemasyarakatan dan pembangunan untuk lima tahun ke depan; dengan Dasa Cita serta visi : NTT Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera, Berkelanjutan.

Karena itu, artikel yang sederhana ini lahir dan terinspirasi dari kegiatan apel perdana bersama Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkup Pemerintah Provinsi NTT, Senin 10 Maret 2025 yang dihadiri Wagub Johni Asadoma dan seluruh pimpinan perangkat daerah serta ratusan ASN di halaman depan Kantor Gubernur, Gedung Sasando Jalan Raya El Tari Kupang.
Serentak naskah ini “dipadu-padankan” dengan khotbah RD. Giovanni A. L. Arum pada misa Rabu Abu di Gereja Santa Maria Asumpta Kota Baru Kupang serta refleksi imajiner penulis terhadap momentum yang sangat istimewa tersebut.

Mengawali sambutannya Gubernur Melki menyampaikan ucapan bagi umat Muslim dan Kristiani yang secara kalender masehi berdekatan dalam menjalankan ibadah puasa. “Atas nama Pemerintah dan Masyarakat Nusa Tenggara Timur, saya menyampaikan selamat menjalankan Ibadah Puasa bagi seluruh umat Muslim di NTT, khususnya para ASN Muslim Lingkup Pemerintah Provinsi NTT. Semoga di bulan yang penuh berkah ini, kita semakin mendekatkan diri pada Tuhan sehingga dapat meningkatkan komitmen dalam memberikan pelayanan dan bakti terbaik untuk daerah dan masyarakat NTT,” ucap Gubernur Melki.

Di bagian lain sambutannya, Gubernur Melki menegaskan bahwa ASN harus mampu menunjukkan profesionalisme, inovasi, dan etos kerja yang tinggi. “Kita bukan sekadar pelaksana administrasi, tetapi agen perubahan yang membawa birokrasi ke arah yang lebih modern, cepat, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat,” kata Gubernur.

Menurut Gubernur, pihaknya tidak ingin ASN sekadar “hadir di kantor”, tetapi hadir dengan kontribusi nyata dan hasil terbaik. Setiap rupiah dalam APBD harus memberikan dampak nyata bagi masyarakat! Oleh karena itu, reformasi birokrasi harus berjalan dengan sungguh-sungguh. Kinerja ASN harus diukur dari target dan hasil yang dicapai, bukan sekadar kehadiran!

Dijelaskan, core values ASN adalah Ber-AKHLAK, yaitu Berorientasi Pelayanan – selalu mengutamakan kepentingan masyarakat. Akuntabel – setiap kebijakan dan tindakan harus transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Kompeten – Terus meningkatkan kapasitas, keahlian, dan profesionalisme. Harmonis – Membangun lingkungan kerja yang solid dan kondusif. Loyal – Menjalankan tugas dengan penuh dedikasi dan tanggungjawab. Adaptif – Siap menghadapi perubahan dan berani berinovasi. Kolaboratif – Bekerja sama lintas sektor demi hasil yang lebih maksimal.

“Nilai-nilai ini bukan sekadar slogan, tetapi harus kita wujudkan dalam setiap keputusan dan tindakan nyata. ASN NTT harus menjadi contoh birokrasi yang modern, cepat, profesional, dan responsif. Kita tidak boleh kalah dengan standar kerja di sektor swasta! Kita harus mampu menunjukkan bahwa birokrasi bisa lebih efisien, lebih inovatif, dan lebih berdampak langsung bagi masyarakat,” pinta Gubernur Melki yang juga Ketua DPD Partai Golkar NTT.

Menarik tatkala disinggung soal kesejahteraan ASN, nampak semua ASN pasang telinga untuk mendengar. “Kesejahteraan ASN tetap menjadi prioritas. Pemenuhan hak Tunjangan Tambahan Penghasilan (TPP) harus dilakukan sesegera mungkin, dengan evaluasi berbasis kinerja dan dedikasi. Ke depan, kinerja akan menjadi tolok ukur utama dalam pemberian tunjangan dan penghargaan,” sebut Gubernur, disambut riuh tepuk tangan seluruh peserta apel.

Di tempat yang sama, Wakil Gubernur, Johni Asadoma menambahkan tentang empat hal yakni soal disiplin, loyal, profesional, inovatif dan kreatif. Menurut Wagub yang juga mantan Waka dan Kapolda NTT, ada hal-hal baik yang dilakukan untuk masyarakat merupakan investasi sosial yang baik. Sembari mengutip Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Kolose 3:23-25. “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah Tuhan dan kamu hamba-Nya.”

Kutipan dari Kolose 3:23-25 ini sangat menyentuh kalbu penulis. Mengapa? Karena, fenomena pelayanan birokrasi kepemerintahan di Provinsi NTT nampak belum banyak mengalami perubahan yang signifikan. Ada perilaku aparat birokrasi yang menunjukkan rendahnya akuntabilitas, responsivitas, dan efisiensi dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Spirit reformasi yang menginginkan agar birokrasi lebih bersifat transparan, terbuka, dan jujur, masih jauh dari harapan masyarakat. Bahkan kultur kekuasaan feodal masih melembaga sehingga menimbulkan lemahnya kontrol terhadap praktek-praktek kekuasaan yang berparadigma melayani masyarakat.

Hemat penulis, salah satu persoalan yang mendasar ada pada reputasi pelayanan birokrasi publik seakan-akan berjalan sendiri tanpa dibantu dengan paradigma lain yang saling mendukung. Padahal, membangun konstruksi sosial pelayanan publik di Provinsi NTT tidak sekadar mengkritisi reputasi dan kualitas manajemen, melainkan lebih dari membantu manajemen secara luas dan komprehensif sehingga dapat menjalankan tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan harapan masyarakat.

Harus diakui bahwa masyarakat NTT yang mayoritas beragama Kristen (Katolik dan Protestan) harus tetap mempertahankan iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Tuhan telah memberikan teladan hidup, bahkan Ia rela datang ke dunia untuk menyelamatkan dan menebus dosa umat manusia.

Karena itu, sebagai ASN di lingkup Pemerintah Provinsi NTT tidak ada alasan untuk tidak mengimplementasikan spiritualitas pelayanan Tuhan Yesus Kristus dalam hidup keseharian. Melayani masyarakat harus menjadi nafas yang menghidupkan serentak “memproklamasikan” bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang mampu mengatasi seluruh persoalan hidup manusia yang masih berziarah di muka bumi ini. Sembari terus belajar dari Tuhan Yesus. “Aku datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani,” Injil Matius 20:28.

Melayani sesama manusia sebagai abdi negara dan abdi masyarakat di Provinsi NTT harus menjadi bagian integral dalam spirit hidup setiap hari.
Ada teman iseng bertanya, ”lalu bagaimana dengan mereka (ASN) yang tidak memilih paket Melki-Johni?” Harus diakui dengan jujur bahwa penulis pun tak sanggup untuk menjawabnya! Namun dalam refleksi imajiner Gubernur Melki tentu sambil mengutip Injil Lukas 23:34 “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Karena, tatkala Tuhan Yesus harus mati di kayu salib; hal itu menunjukkan puncak rekonsiliasi, bahkan terhadap musuh-Nya. Ini juga sejalan dengan Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma 5:10. “Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya”.

Dalam Teologi Rekonsiliasi hal ini berarti, Yesus memperdamaikan kita dengan Allah meskipun kita adalah musuh-Nya. Selanjutnya, RD. Giovani A.L. Arum dalam kotbahnya pada Misa Rabu Abu di Gereja Santa Maria Asumpta Kota Baru Kupang mengatakan, “Quia pulvis es, et in pulvirem reverteris; sebab engkau adalah debu dan kepada debulah engkau akan kembali.”

Menurut Romo Adtya, sehari-hari biasa ia disapa, Rabu Abu merupakan pintu yang membuka masa Prapaskah, ret-ret agung selama 40 hari. Umat Katolik diarahkan untuk melakukan laku tobat, puasa dan pantang sebagai bentuk mati raga dan amal kasih. Dia dengan lugas mengatakan, nubuat Yoel membuka refleksi di masa Prapaskah ini tentang pertobtan hati: “Berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan mengaduh. Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu!”

Menurut Romo, dalam istilah Yunani, pertobatan adalah metanoia, suatu bentuk jalan berbalik. “Jika selama ini, kita jalan ke jalan yang salah dan keliru, kita perlu berhenti dan mengubah arah kita. Berbalik segera agar tidak semakin jauh kita tersesat dan dengan demikian kita akan semakin sulit kembali ke jalan yang benar,” kata Romo Adytia.

Dijelaskan Nabi Yoel bahwa pertobatan adalah berbalik dengan segenap hati. “Tidak setengah hati. Puasa dan pantang adalah latihan rohani supaya kita bisa mengendalikan fokus iman kita hanya kepada Tuhan. Dengan menahan godaan duniawi dan berpartisipasi dalam sengsara salib Kristus, hati kita dimurnikan untuk berbalik dari cara hidup kita yang lama kepada cara hidup yang baru,” ucap Romo.

Di tikungan ini, ada doa dari seorang ASN: Ya Allah berilah kami kekuatan, kebijaksanaan, kesabaran, dan kejujuran dalam melaksanakan tugas kami dengan baik dan penuh integritas. Semoga pekerjaan kami, selalu dan senantias mencerminkan kasih-Mu dan membawa kemuliaan bagi nama-Mu. Bimbinglah hati, pikiran, tutur kata, dan tangan kami; sehingga dalam segala hal yang kami lakukan; kami melakukannya dengan sepenuh hati hanya untuk-Mu, Ya Allah…Amin ! Ayo Bangun NTT. (*)