Gubernur VBL Tidak Melawan WHO, Tapi Membangun Optimisme Rakyat

oleh -20 Dilihat

KUPANG, mediantt.com – Pernyataan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, yang viral karena dianggap melawan WHO, ternyata tidak benar. Sebab, Gubernur VBL bermaksud membangun optimisme rakyat NTT agar tidak terlalu takut dengan virus corona tersebut.

“Keputusan Gubernur bersama para Bupati bahwa seluruh aktifitas bisa mulai normal pada 15 Juni nanti tidak untuk melawan WHO. Bapak Gubernur hanya bermaksud agar rakyat tidak terlalu takut hadapi corona, sekaligus mau membangun optimisme rakyat NTT bukan pesimisme,” tegas Kepala Biro Humas dan Protokol Setda NTT, Dr Jelamu Ardu Marius kepada wartawan, Jumat (29/5), didampingi Kasubag Pers dan Pengelolaan Pendapat Umum, Valeri Guru.

Selain itu, menurut Marius, Gubernur mengharapkan agar rakyat memiliki daya tahan atau stamina psikologis dan ekonomi di tengah pandemi corona virus yang masih terus bereskalasi ini.

“Bapak Gubernur hanya mau membangun optimisme rakyat NTT bukan pesimise supaya daya tahan dan stamina psikologis dan ekonomi kita kuat hadapi corona. Artinya kita berdamai dengan corona tapi tetap dalam koridor protap kesehatan sesuai arahan WHO,” tegas mantan Kadis Pariwisata NTT ini.

Ia menambahkan, karena kerja dari rumah itu tidak efektif, maka ASN sebagai aparatur negara harus kembali bekerja di kantor untuk mengelolah pemerintahan dan pembangunan. “Tapi tetap beradap5asi dengan protokol kesehatan yang dikeluarkan WHO. Jadi tidak melawan aturan atau protokol kesehatan WHO,” kata Marius.

Untuk diketahui, dalam rapat teleconferens dengan para bupati dan walikota se-NTT Selasa lalu, Gubernur mengatakan, standar yang diberikan oleh WHO untuk menangani Covid-19 seperti masuk ke new normal itu, tidak bisa dikuti. Sebab kebijakan di negara lain tidak dapat diterapkan semuanya di Indonesia, termasuk di NTT.

“Pemimpin yang paling buruk di dunia adalah pemimpin yang penakut; bodoh tidak apa-apa, tapi kalau penakut itu salah. Kalau kita ikut standar WHO, tidak bisa berjalan. NTT itu beda dengan WHO. Orang WHO tidak pernah berkebun, tidak pernah pegang linggis, tapi mereka hanya buat standar saja tapi tidak bisa diterapkan di seluruh negara,” kata VBL. (jdz)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *