Inspirasi Seorang Pemulung di ‘Sayembara Ayo Bangun NTT’

oleh -46 Dilihat

KUPANG – Minggu siang, 9 April 2017.  Anjungan Lippo Plaza Mall, seperti biasa, dipadati pengunjung. Ada yang sekadar jalan-jalan, ada yang berbelanja. Semua langkah terhenti saat memasuki pintu utama Lipo Plaza, dan terpanah ke panggung megah dengan ornamen warna putih. Latarnya bertuliskan “Sayembara Ayo Bangun NTT”. Suasana tak seperti biasanya. Ada gawe spektakuler yang dihelat Yayasan Tunas Muda Indonesia, dengan sutradara utamanya, E. Melkiades Laka Lena. Panggung ini menjadi ajang merajut gagasan, mengkonsolidasi pikiran, untuk NTT yang lebih baik ke depan.

Di deretan kursi undangan ada politisi Golkar NTT Thomas Tiba, dan undangan lainnya. Yang lebih dominan adalah anak-anak muda (baca; mahasiswa) yang cerdas-kreatif, dan ada pula seorang pemulung, yang sukses mendirikan dua sekolah; PAUD dan SMP; Yos Orem Blikololong.

Di luar dugaan, putra Lembata kelahiran Lewotala, 2 km dari Desa Lamalera, itu dipercayakan sang arsitek gawe ini, Melki Laka Lena, untuk berbagi pengalaman suka dukanya, sekaligus membuka secara resmi Sayembara Ayo Bangun NTT ini. Sesuatu yang tak lazim, karena setiap hajatan berskala besar, apalagi dihelat di lokasi bergengsi seperti Lippo Plaza, dengan inisiator sekelas Melki Laka Lena, yang buka pasti pejabat tinggi, seperti gubermur, walikota, dan  lainnya.

Tapi Melki Lake Lena, tak mau itu. Ia hanya mau acaranya dibuka orang-orang yang secara konkret telah berbuat untuk orang-orang kecil. Dan, salah satunya adalah Yos Blikololong, seorang pemulung yang berhasil mendirikan dua sekolah; PAUD dan SMP, yang dibiayai dari hasil memulung.

”Saya berterima kasih kepada Pak Melki yang menghadirkan saya di atas panggung ini. Jujur pekerjaan pokok saya adalah pemulung di Ramayana Mall dan buruh kontainer untuk menghidupkan keluarga dan sebagian untuk membiayai kedua sekolah yang saya dirikan, yakni PAUD dan SMP secara gratis bagi keluarga tak mampu dan anak jalanan. Bapak ibu jangan berpikir bahwa, yang bediri di atas panggung ini adalah pejabat atau pengusaha besar. Saya hanya seorang pemulung, yang sejak 2004 mengumpul barang-barang bekas untuk menghidupi keluarga,” suara Yos Blikololong mengawali sambutannya, disambut gemuruh tepuk tangan peserta lomba dan pengunjung Lippo Plaza.

Para pengunjung Lipo terpaksa berhenti berbelanja untuk mendengar cerita yang mengunspirasi dari seorang Yos Blikololong, yang baru dua bulan menyandang gelar Sarjana Hukum dari Universitas Kristen Artha Wacana Kupang.

Kendati Melki Laka Lena seorang politisi Partai Golkar, yang juga masuk bursa Cagub NTT 2018 untuk disurvei, tapi Sayembara ini jauh dari nuansa politik.

“Ini wujud nyata kepedulian dan keterpanggilan saya sebagai anak NTT untuk membuat sesuatu, sekaligus memberikan sumbangsih konkrit. Kami ingin mengkonsolidasi gagasan, kami ingin menjahit pikiran-pikiran baik, terobosan-terobosan baik, serta orang-orang baik – seperti bapak Yosef Blikololong-. Sekali lagi, kami sengaja meminta orang yang membuka sayembara ini adalah orang-orang yang secara konkrit telah berbuat untuk masyarakat NTT. Dia berasal dari orang biasa dan paling bawa yang mungkin kita lupakan, atau abaikan, bahkan kita tinggalkan dalam membangun NTT hari ini,” tegas Laka Lena, dalam sambutannya, dan berkali-kali mengingatkan bahwa acara ini tidak ada kaitan dengan politik praktis.

Laka Lena juga menegaskan, sayembara ini sengaja menghadirkan orang-orang yang mampu memberikan inspirasi bagi banyak orang. “Ini adalah kesempatan untuk konsolidasi pikiran-pikiran baik dan orang baik yang selama ini dilupakan, ditinggalkan, orang-orang yang tidak dianggap, tetapi memiliki dedikasi dan pengabdian terhadap daerah ini serta menjadi inspirasi dan teladan bagi semua orang. Bahwa seorang yang dengan profesi pemulung tapi mampu mendirikan dua sekolah secara gratis, ini hal yang luar biasa. Ini bukti bahwa kita bisa membangun NTT jika memiliki niat tulus,” tandas Laka Lena.

Sayembara Ayo Bangun NTT untuk wilayah Kota Kupang ini dikuti oleh 34 peserta lomba debat, dan tujuh peserta lomba paduan suara. Peserta debat yang didominasi kalangan mahasiswa dari berbagai daerah di Kota Kupang ini, membedah tema-tema menarik yang disiapkan panitia antara lain; Pertanian sebagai Penggerak Ekonomi Kota Kupang, Pariwisata sebagai Motor Ekonomi Kota Kupang, Birokrasi Penentu Utama Kehidupan Sosial Ekoknomi Kota Kupang. Yang menarik, awak media yang meliput acara itu, yang didominasi wartawan online, juga terlibat debat eksibisi, yang membedah topik “Belajar dari Pilkada DKI (Contoh Kasus Ahok); Masih Relevankah Politik Identitas di NTT?”.

Untuk lomba Paduan Suara, dengan lagi wajib ‘Ayo Bangun NTT’ dan lagu pilihan setiap peserta lomba. Kedua jenis lomba ini; debat dan paduan suara, menghadirkan tim juri yang kapabel dan kompeten, sehingga hasilnya pun berkualitas. (jdz)

Ket Foto : Yos Blikololong sedang membagi pengalaman dan suka dukanya sebagai pemulung hingga mendirikan dua sekolah gratis.