Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) NTT, Samuel Rebo, mengatakan, hingga bulan Juli 2014, nilai investasi di NTT yang tersebar di seluruh kabupaten/kota yang berasal dari Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) telah mencapai Rp2, 9 triliun.
“Nilai investasi yang telah dicapai itu telah melampaui target investasi tahun 2014 sebesar Rp 2 triliun. Pencapaian yang telah melampaui target ini sesuai laporan dari semua kabupaten/kota. Realisasi investasi yang melampaui target dalam tahun berjalan ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan pada tahun- tahun mendatang. Kita pastikan akan terjadi peningkatan nilai investasi selama beberapa bulan ke depan hingga akhir tahun nanti,” kata Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) NTT, Samuel Rebo, kepada wartawan, belum lama ini.
Mantan Kepala Dinas Peternakan NTT ini menyampaikan, bila dibandingkan realisasi nilai investasi tahun sebelumnya, tahun ini terjadi peningkatan yang cukup besar. Walaupun disinyalir ada kesalahan pelaporan pada tahun sebelumnya, namun pencapaian tahun ini jauh lebih tinggi. Dimana, laporan nilai investasi tahun lalu hanya Rp 50 miliar.
“Pencapaian nilai investasi tahun lalu itu mungkin ada kesalahan data, karena tahun ini saja kondisi pada bulan Juli telah mencapai Rp2, 9 triliun,” papar Semuel.
Ia menyebutkan, sektor yang paling banyak memberikan kontribusi terhadap nilai investasi yakni sektor pariwista khususnya perhotelan. Pertumbuhan hotel terbanyak dalam tahun ini yakni di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat dan Kota Kupang. Sektor pariwisata lain yang nilai investasi cukup besar yakni wisata air (diving). Kemudian disusull dengan investasi lain di bidang kelautan dan perikanan seperti budidaya mutiara.
Rebo menguraikan, jumlah PMA yang berinvestasi di NTT dalam tahun ini sebanyak 41 proyek. Sedangkan PMDN hanya 19 proyek dengan nilai investasi hampir mendekati Rp1 triliun. Pihaknya terus melakukan promosi dan sosialisasi agar para investor berminat menanamkan modalnya di NTT.
Pada kesempatan itu ia mengakui, ada beberapa bidang investasi yang selalu mengalami hambatan atau kendala lahan seperti investasi garam, peternakan, dan pertambangan. Khusus pertambangan, masih mendapat penolakan atau resistensi dari kelompok masyarakat dengan alasan lingkungan. Contohnya, lahan untuk peternakan di Sumba dan industri garam di Kabupaten Nagekeo juga masih bermasalah.
“Kita harapkan pemerintah kabupaten/ kota untuk menyiapkan lahan jika ada ada yang mau investasi di daerahnya,” paparnya.
Sementara itu, Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (KPPTSP) NTT, Yohakim Kotan mengatakan, pihaknya siap memberikan kemudahan perizinan bagi para investor yang mau menanamkan modal di NTT. KPPTSP memberikan pencitraan bagi daerah ini.
“Tugas kita sebagai pelayan. Karena itu, kemudahan perizinan harus diterapkan. Jika pelayanan di sini baik, memberikan image positif bagi para investor,” tandas Yohakim. (*/jk)