JOKO Widodo dan Ma’ruf Amin resmi menjadi presiden dan wakil presiden periode 2019-2024. Kedua pemimpin pilihan langsung rakyat itu mengucapkan sumpah dalam Sidang Paripurna MPR, MInggu 20 Oktober 2019.
Pengucapan sumpah sebelum memangku jabatan itu penting, sangat penting. Sangat penting karena pemimpin yang terpilih lewat proses demokratis itu bisa saja mematikan demokrasi jika tidak menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya.
Sumpah untuk memegang teguh undang-undang dasar mengandung makna bahwa Jokowi-Amin bersungguh-sungguh untuk mewujudkan tujuan berbangsa dan bernegara, yakni masyarakat yang sejahtera. Prinsip kesejahteraan, kata Bung Karno, prinsip tidak akan ada kemiskinan di dalam Indonesia merdeka.
Jokowi-Amin memiliki modal sosial untuk bekerja mewujudkan kesejahteraan. Modal sosial itu antara lain berupa persatuan di antara elite politik. Persatuan itu tecermin dari kehadiran Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno yang merupakan rival Jokowi-Amin di Pemilu 2019.
Hadir pula Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri dan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono. Dukungan juga datang dari pemimpin negara sahabat yang hadir dalam pelantikan.
Konsolidasi demokrasi dan rekonsiliasi politik di tingkat elite hendaknya berdampak positif sampai ke akar rumput. Lupakan semua perselisihan yang berkecamuk saat pemilu. Politik harus berjalan normal kembali sehingga semua warga bergandengan tangan.
Secara khusus kita berterima kasih kepada Jusuf Kalla yang kemarin resmi melepaskan jabatannya sebagai wakil presiden. Petuah Kalla agar para menteri yang tidak menjabat lagi untuk tetap mendukung Jokowi dan pemerintahan baru, patut diapresiasi. Perilaku buruk mencaci maki Presiden setelah tidak menjadi menteri hendaknya dibuang ke laut saja.
Berilah kesempatan kepada Jokowi-Amin membentuk kabinet yang menawarkan harapan. Kerja nyata kabinet dinanti karena tantangan yang dihadapi bangsa ini tidak ringan, terutama membangun sumber daya manusia sesuai janji kampanye Jokowi-Amin.
Harapan itu sudah disampaikan Jokowi saat menyampaikan pidato pelantikan. “Mimpi kita, cita-cita kita di tahun 2045 pada satu abad Indonesia merdeka mestinya, insya Allah, Indonesia telah keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah,” kata Jokowi.
Mimpi besar bersama Jokowi-Amin harus terus dikobarkan. Fondasi untuk mencapai mimpi itu sudah ditanamkan pada periode pertama Jokowi bersama Kalla. Pembangunan infrastruktur sudah nyata dirasakan masyarakat.
Pembangunan pada periode pertama itu memperlihatkan hadirnya negara, rakyat merasakan hasil pembangunan dan merasa bangga menjadi Indonesia. Kebanggaan menjadi Indonesia akan berlipat-lipat jika manusianya dibangun. Dalam perspektif itulah kita melihat fokus pembangunan sumber daya manusia pada periode kedua Jokowi bersama Amin.
Pembangunan sumber daya manusia yang mumpuni itulah yang mampu mengubah demokrasi prosedural menjadi demokrasi substansial. Manusia Indonesia yang unggul tentu mampu meminggirkan paham radikal dan intoleransi yang kian merebak dan mempersempit jarak kesenjangan sosial.
Jujur dikatakan bahwa tantangan dan persoalan besar bangsa terbentang nyata di depan mata. Karena itu, mereka yang ditunjuk sebagai menteri hendaknya langsung bekerja menggerakkan mesin birokrasi. Tidak ada waktu lagi untuk belajar menjadi menteri.
Jokowi sudah meminta para menteri, para pejabat dan birokrat, serius menjamin tercapainya tujuan program pembangunan. Bagi yang tidak serius, ia tidak akan memberi ampun. “Saya pastikan, pasti saya copot.”
Jangan biarkan Jokowi-Amin berjalan sendirian selama lima tahun ke depan. Mereka tidak hanya membutuhkan dukungan elite politik. Jokowi-Amin membutuhkan dukungan seluruh rakyat sebab keduanya ialah pemimpin seluruh rakyat Indonesia. Bersama Jokowi-Amin kita merawat asa menjadi bangsa besar. (e.mi)