Kebersihan Lingkungan Pun Penting untuk Cegah Stunting di Kota Kupang

oleh -28 Dilihat

Pj Walikota Kupang, Linus Lusi, S.Pd, M.Pd

KUPANG, mediantt.com – Masalah Stunting di Kota Kupang harus menjadi perhatian serius semua pihak. Karena itu, sangatlah penting memiliki keluarga yang sehat. Jika salah satu keluarga memiliki anak lebih dari dua, keluarga tersebut harus memastikan ada dukungan ekonomi yang memadai, lingkungan yang bersih, sehat dan akses air bersih.

Demikian disampaikan Penjabat Wali Kota Kupang, Linus Lusi, S.Pd, M.Pd, dalam kegiatan Gerakan Kemanusiaan Penanganan Stunting, yang digelar secara serentak di 12 Puskesmas di Kota Kupang. Rabu (16/10/2024).

Dia menjelaskan, selain malnutrisi, kurangnya akses air bersih dan sanitasi yang buruk ternyata juga menjadi penyebab tingginya angka stunting di Indonesia. Menurut Riset Kementerian Kesehatan (Kemkes), stunting yang disebabkan oleh tidak adanya air bersih dan sanitasi buruk mencapai 60 persen, sementara yang dikarenakan gizi buruk cuma 40 persen. Tak heran, kalau akses air bersih masuk sebagai salah satu tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs) dengan target tahun 2030.

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan mendasar manusia untuk memenuhi standar kehidupan secara sehat. Karena itulah, Rencana Pembangunan Jarak Menengah Nasional (RPJMN) Pemerintah tahun 2020-2024 berfokus pada peningkatan target akses sanitasi dan air bersih yang berkelanjutan. RPJMN ini memiliki target 100% akses air minum layak dan menyediakan akses air minum perpipaan dengan membangun 10 juta pipa sambungan rumah tangga.

Menurut dia, air bersih tidak dapat diabaikan karena digunakan untuk berbagai aktivitas sehari-hari, mulai dari mandi, cuci dan kakus (MCK), hingga air bersih untuk dikonsumsi.

Ignasius Dwi Atmaja Sutapa, Direktur Eksekutif Asia Pacific Center for Ecohydrology United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (Apce-UNESCO), mengatakan, ketiadaan akses air bersih ibarat anak mendapat asupan makanan bergizi dengan peralatan makan yang kotor, sehingga tidak ada penyerapan gizi di pencernaan.

Mengapa air bersih dan sanitasi menjadi faktor esensial dalam pencegahan stunting? Hubungan antara konsumsi air kotor dengan stunting terletak pada banyaknya mikroorganisme (seperti patogen dan bakteriE.coli) pada air kotor yang bila dikonsumsi dapat mengganggu sistem di tubuh manusia.

Beberapa penyakit yang mengintai di air kotor adalah diare dan cacingan. Anak yang sulit mendapatkan akses air bersih, misalnya, bisa mengalami diare berulang kali. Padahal, saat diare, ada banyak cairan dan mikronutrien (nutrisi penting) yang terbuang dari dalam tubuh anak. Zinc salah satunya. Saat tubuh kekurangan Zinc, maka usus yang terganggu fungsinya selama diare tidak bisa diregenerasi kembali. Berdasarkan penelitian, kekurangan zinc pada saat anak-anak dapat menyebabkan stunting dan terlambatnya kematangan fungsi seksual.

Ketiadaan akses air bersih juga membuat anak rentan terkena infeksi cacing. Mulanya cacing yang masuk ke dalam tubuh akan menyerap nutrisi pada tubuh anak, lalu membuat nafsu makannya menurun. Jika terus terjadi, kondisi ini akan menyebabkan anak mengalami malnutrisi dan menyebabkan pertumbuhan anak melambat. inilah yang mengakibatkan seseorang mengalami stunting akibat infeksi cacing.

Stunting sendiri merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Gangguan ini ditandai dengan tinggi badan anak yang kerdil atau jauh lebih pendek dibandingkan teman seusianya.

Karena itu, pencegahan stunting tidak hanya terkait soal asupan gizi yang baik pada 1.000 hari pertama kehidupan, tetapi juga memastikan kecukupan kebutuhan air bersih dan kebersihan lingkungan.

Sesuai data Dinas Kesehatan Kota Kupang, Program Penanganan Stunting di Kota Kupang Tahun 2023 hingga Agustus 2024 dilakukan melalui dua cara yakni, Intervensi Gizi Spesifik dan Intervensi Sensitif. Intervensi Spesifik (Peran Dinas Kesehatan 30%) di antaranya, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk Balita, Bumil dan KEK, pemberian tablet tambah darah untuk ibu hamil dan remaja putri, promosi dan konseling menyusui, promosi dan konseling pemberian makanan tambahan untuk bayi dan anak

Intervensi gizi Sensitif (Peran Dinas Kesehatan 70%) di antaranya, program penyehatan lingkungan, sarana air bersih dan PU, akses pelayanan KB (DP2KB) Jaminan kesehatan dan bantuan bagi keluarga miskin (Dinsos/DP3A), konseling perubahan perilaku bagi orang tua dan anak, penyebarluasan informasi melalui berbagai media (Infokom)

Sesuai anggarannya, penanganan Stunting melalui intervensi spesifik tahun 2024, di antaranya, Pemberian Makanan Tambahan dana DAK 2024 untuk 1.220 Balita gizi kurang dan 568 ibu hamil KEK dengan total anggaran sebesar Rp2,592,720,000, Penyediaan F100 dana DAU 2024 untuk Tatalaksana 350 Balita gizi buruk sebesar Rp.751.920.000, penyediaan nutrisi PDK dana DAU 2024 untuk 2475 anak T (Weight Faltering) sebesar Rp.900,450,000, penyediaan nutrisi PKMK untuk tatalaksana Stunting dana DAU 2023 untuk 3436 anak sebesar Rp.2.446.788.000 dan penyediaan TTD dana DAK 2024 untuk remaja putri dan ibu hamil sebesar Rp.70,000,000.

Sesuai data Survey Kesehatan Indonesia (SKI), Prevalensi Stunting di Provinsi NTT tahun 2023 sebesar 37,9%, yang tertinggi adalah Kabupaten TTS (50,1%) dan terendah Kabupaten Ngada (21,3%) dan Kota Kupang berapa di urutan ke 5 terendah dengan 29,9% atau lebih tinggi satu angka dari target 28,5% tahun 2024.

Sementara, prevalensi Stunting Kota Kupang per Agustus 2024 berdasarkan ePPGBM berada di angka 18,4% dengan jumlah anak stunting sebanyak 4086 atau jauh lebih rendah dari target 28,5% tahun ini.

Berikut capaian prevalensi stunting Kota Kupang per Agustus 2024 berdasarkan ePPGBM. Kota Kupang prevalensinya 18,4% atau 4086 anak stunting. Kecamatan Kelapa Lima 24,9% atau 942 anak stunting, Maulafa 19,8% atau 1086 anak stunting, Kota Raja 19,5% atau 381 anak stunting, Oebobo 18,3% atau 773 anak stunting, Alak 14,9% atau 791 anak stunting dan Kota Lama 7,7% atau 113 anak stunting. Sesuai data ePPGBM ini, Prevalensi Stunting di Kota Kupang per Agustus 2024 sebesar 18,4%, yang tertinggi adalah Kecamatan Kelapa Lima dengan 24,9% dan terendah Kecamatan Kota Lama dengan 7,7% atau 113 anak stunting.

Sementara, tren capaian stunting Kota Kupang menurut ePPGBM tahun 2021 prevalensi stunting Kota Kupang berada di angka 26,1%, tahun 2022 pada 21,5%, tahun 2023 pada 17,2% dan Agustus 2024 pada 18,4% atau satu angka lebih tinggi dari prevalensi tahun 2023 lalu yang hanya 17,2%. (*/jdz)