MATALOKO – Wakil Gubernur NTT, Drs Josef A. Nae Soi, kembali ke rumah sendiri di Seminari St Gohanea Berkemans Todabelu Mataloko, ketika ia memulai masa pendidikanya. Di kota dingin ini Nae Soi datang menghadiri ulang tahun seminari menengah itu ke-90 Minggu (15/9), sekaligus memberikan bantuan dana dari Pemerintah Provinsi NTT sebesar Rp 500 juta.
Wagub Nae Soi mengaku, kagum dan bangga bisa hadir dan mengikuti misa syukur perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke 90 Seminari Matoloko, Kabupaten Ngada, Flores. “Sebelum saya membaca dan menyampaikan sambutan sebagai Wagub, saya mau curhat (curahan hati). Saya mengenyam pendidikan di sini dan saya mengenal arti hidup dan kehidupan dari tempat ini. Karena itu, saya hadir di sini ibarat kembali ke rumah sendiri,” ucap Wagub, disambut tepuk tangan hadirin dan undangan.
Dari tempat ini, kata Wagub, dirinya mengenal makna kehidupan yang sesungguhnya. “Saya mèngenal kehidupan ini dari seminari ini. Santu Yohanes Berkhmans mengajarkan agar kita selalu tersenyum, berbuat baik dan bergembiralah. Warga masyarakat NTT harus berterima kasih kepada sekolah ini karena telah menghasilkan seorang Wagub, meski saya sekolah di pinggir sekolah ini,” kata Wagub sembari menambahkan, “karena itu, terimalah saya sebagai keluarga besar di seminari ini. Karena dari tempat ini saya ditempa menjadi manusia.”
Menurut Wagub, alkisah 50 tahun lalu iaa selalu mendorong gerobak untuk menghantar makanan baik untuk para pastor maupun untuk anak-anak seminari. “Siapa yang sangka, 50 tahun yang lalu saya dorong gerobak makan dan sekarang saya jadi Wagub? Doa para pastor dan para penjasa dari seminari ini, saya akhirnya bisa menemukan kehidupan ini,” ungkap Wagub, terharu.
Dikatakan, sebelum sekolah negeri ada di republik ini, sekolah-sekolah yang dikelola lembaga keagamaan sudah ada. “Seminari ini telah banyak menghasilkan orang-orang hebat; bahkan para misionaris yang ada di seluruh dunia berasal dari seminari ini. Juga ada Uskup, duta besar, wartawan kawakan dan profesi lainnya,” katanya.
Kepada para seminaris yang merupakan calon imam katolik, Wagub berpesan agar belajar dengan baik, giat dan tekun. “Kalau anda berjuang dengan sungguh-sungguh suatu saat nanti anda pasti akan memperoleh mahkota. Mari kita antar seminari ini menuju satu abad di tahun 2029,” tandas Wagub dan berjanji tahun 2020 Pemprov NTT telah berkoordinasi dengan Kementerian PUPR RI untuk membangun rusunawa berlantai empat.
Ikut hadir bersama Wagub, Ibu Yohana Djogo Nae Soi, Kepala Badan Keuangan NTT, Zakarias Moruk, Kadis Perhubungan NTT, Isyak Nuka, Kepala Biro Pengadaan Barang dan Jasa Setda NTT, Sipri Kelen, Kepala Biro Humas dan Protokol Setda NTT, Jelamu Ardu Marius, Vikjen Keuskupan Agung Ende, Romo Cyrilus Lena, Preses Seminari, Romo Gabriel Idrus serta sejumlah alumni yang datang dari berbagai tempat baik dari Jakarta, Kupang dan wilayah Flores dan sekitarnya.
Bantu Rp 500 Juta
Wagub NTT, Nae Soi juga atas nama Pemprov NTT menyerahkan dana bantuan hibah senilai Rp 500 juta kepada Seminari Santu Yohanes Berkhmans Todabelu Mataloko. “Ini bantuan hibah dari Pemprov NTT,” kata Wagub saat menyerahkan bantuan hibah yang diterima langsung Preses Seminari Romo Gabriel Idrus di sela-sela perayaan misa syukur HUT ke 90 di kompleks seminari, Minggu 15 September 2019.
Selain bantuan hibah untuk seminari, Wagub juga memberi bantuan kepada tiga sekolah baik yang ada di Seminari Mataloko maupun yang ada di dekat seminari. “Bantuan ini sebagai wujud nyata perhatian dan kepedulian Pemprov NTT terhadap lembaga pendidikan yang mengemban misi mencerdaskan anak bangsa,” kata Wagub yang juga merupakan keluarga besar alumni Seminari Mataloko.
Terima Kasih
Preses Seminari, Romo Gabriel Idrus menyampaikan terima kasih kepada pemerintah dan semua pihak yang dengan caranya masing-masing peduli dan mengambil bagian dalam menyukseskan HUT ke 90 sekaligus panitia kerja yang dipimpin Bupati Ngada, Paulus Soliwoa menuju satu abad Seminari Mataloko di tahun 2029.
Sementara itu, Vikjen Keuskupan Agung Ende, Romo Cyrilus Lena dalam kotbah misa syukur mengatakan, dirinya merasa sangat kecil jika berhadapan dengan almamater yang merayakan 90 tahun. “Ada yang hanya satu hari berada di seminari ini tapi bangganya lebih dari yang tujuh tahun,” ucap Romo Cyrilus.
“Itulah keilahian seminari yang tak dapat diukur dengan ratio dan ilmu pengetahuan. Hati Allah Bapa dalam kisah Injil perumpamaan anak yang hilang mengajarkan kepada kita betapa cinta kasih Allah bagaikan samudera raya tak bertepi. Seminari ini senantiasa merangkul semua anak; baik yang hilang di luar rumah maupun yang hilang di dalam rumah,” tegas Romo Cyrilus.
Ia menambahkan, “Kita semua merupakan anak kandung dari seminari ini baik yang dibaptis maupun yang tertahbis”. (valeri guru/jdz)