Lebih Tepat Keterpenuhan Pangan, Bukan Kedaulatan Pangan

oleh -17 Dilihat

Kupang, mediantt.com – Bupati Sabu Raijua, Ir Marthen Luther Dira Tome, selalu memiliki terobosan dan pandangan yang kerap dinilai kontroversial. Di saat menggelindingnya konsep kedaulatan pangan, Dira Tome justru protes. Ia tidak sependapat, dengan argumentasi bahwa yang lebih tepat bagi masyarakat adalah keterpenuhan pangan, bukan kedaulatan pangan.

“Konsep kedaulatan pangan itu tidak pas dengan keadaan masyarakat kita saat ini. Karena kedaulatan pangan itu lebih kepada pengolahan secara baik hasil yang ditanam. Tapi yang paling tepat adalah keterpenuhan pangan yang layak konsumsi dan bergizi tinggi,” jelas Bupati dua periode ini kepada wartawan di Restoran Nelayan Kupang, Jumat (15/4).

Tanpa mendiskreditkan pihak lain, Dira Tome punya pandangan yang berbeda soal jagung, yang tengah dikembangkan di NTT. Menurut dia, Program Jagung yang dilakukan oleh Pemprov NTT, sejatinya harus dibarengi dengan pembelajaran kepada masyarakat agar sekalipun menanam jagung tapi harus makan beras.

“Makan jagung boleh, tapi kita harus ajar masyarakat untuk bisa makan beras. Artinya, bagimana meningkatkan pertanian jagung sehingga bisa dijual untuk membeli beras. Kalau kita mau daerah ini menjadi penghasil jagung, maka harus dilakukan secara besar-besaran sehingga bisa menghasilkan uang untuk beli beras,” tegas Dira Tome, yang dinominasikan menjadi salah satu Cagub NTT 2018 ini.

Bupati yang terkenal kontroversial ini juga menuturkan, sudah saatnya masyarakat diajarkan untuk berpikir maju dan tidak terus-terusan untuk kembali ke masa lalu. “Jagung selama ini didengungkan sebagai makanan pokok, karena memang tidak ada lagi alternatif makanan lain untuk dikonsumsi. Masyarakat dihimbau makan jagung terus menerus pun saya rasa salah. Salahnya di mana? Justru itulah yang menjadi tanggung jawab  pemimpin untuk bagaimana masyarakat bisa makan makanan yang lebih baik,” jelas Dira Tome.

Karena itu, ia mengajak semua pihak, terutama masyarakat untuk berpikir realistis. Sebaliknya ia juga tidak membantah jika kebiasaan menanam jagung sudah turun-temurun, dan hanya pada musim tertentu, yakni musim hujan. Ia justeru menginginkan masyarakat yang menanam jagung, tidak harus menjadikan jagung sebagai makanan pokok, atau terus-terusan hanya makan jagung.

Masyarakat petani, jelas dia, perlu juga diajarkan untuk tidak sekadar menanam. Sebab, jika hanya menanam, tentu cuma menghasilkan dari yang ditanam. “Kedaulatan pangan yang ingin kami kembangkan adalah bagaimana mengelolah setiap hasil bumi, seperti jagung, menjadi makanan jadi, bernilai ekonomis dan bergizi. Artinya, ketika hasil itu sudah bernilai ekonomi tinggi, masyarakat (petani), bisa membeli beras, ikan, telur, daging, dan lain-lain yang notabene bernilai gizi tinggi untuk mereka dan anak-anaknya. Jika bergizi, akan berdampak pada kecukupan gizi yang juga berpengaruh pada sumber daya manusia,” jelas Bupati Sarai dua periode ini.

Ia juga meyakinkan bahwa sumber daya manusia juga ditentukan oleh makanan yang dikonsumsi dengan asupan gizi yang baik. (*/jdz)

Foto : Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Sabu Raijua, Ny Irna Dira Tome sedang mengelolah jagung menjadi mie di Rumah Jabatan Bupati di Seba. Perlu belajar ke Sabu Raijua. (doc mediantt.com)