Lembata juga Flores Timur berduka. Jumad 26 Februari 2021, sekitar pukul 17.54 Wita, di RSUD Lewoleba, birokrat dan politisi sejati yang humanis; Andreas Duli Manuk, kembali ke Haribaan Sang Khalik, di usia 81 tahun. Kabar duka ini viral di jagat maya dan nyata. Pemkab Lembata pun langsung mengeluarkan edaran agar seluruh kantor menaikan bendera setengah tiang sebagai penghormatan kepada sesepuh dan mantan bupati dua periode itu.
SEMASA hidupnya, Andreas Duli Manuk meniti karier sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Flores Timur. Dia pernah memangku berbagai jabatan strategis mulai dari camat di beberapa wilayah kecamatan kabupaten Flores Timur, baik di Pulau Lembata maupun Flores daratan. Terakhir, ia memimpin kantor Inspektorat Flores Timur.
Sebagai birokrat humanis, Ande Manuk malang melintang dalam berbagai jabatan karier. Berbekal Kursus Dinas C (KDC) Makasar, Ia memulai karir birokratnya sebagai Camat Omesuri hingga menjadi Inspektur Kabupaten Flores Timur. Ia pun menutup kariernya sebagai birokrat menjadi ‘staf ahli Gubernur’ NTT. Sebuah nomen klatur jabatan yang mentereng namun sejatinya adalah ‘karantina’ usai kemenangan Hengki Mukin menjadi Bupati Flotim atas dirinya. Yah! Itulah masa Orde Baru.
Karier jabatan struktural sebagai Camat Omesuri begitu melekat dalam memori kolektif para generasi kelahiran 1950-1970-an sehingga sampai saat ini sebutan ‘Camat Ande Manuk’ lebih me-Lembata ketimbang Bupati Ande Manuk. Penyebutan nama jabatan di depan nama orang tidaklah lazim bagi semua pejabat sipil, militer dan kepala desa yang telah ‘mantan’.
Ketika Ande Manuk menduduki puncak karier sebagai Inspektur ‘tukang periksa orang’ di Kabupaten Flores Timur, pendekatan hukum dan kemanusiaan berjalan seiring. Kepada para stafnya ia mewasiatkan “dalam penanganan temuan administratif dan materil jangan biarkan nasi tumpah dari piring seorang PNS. Tugas kita membina bukan ‘berlagak jaksa’”. Pesan ini begitu dalam dan membenam, tanda empati seorang bapak pemimpin kepada anak stafnya.
Karakter Birokrat Humanis dari seorang Ande Manuk telah mendarah daging dan sangat mempengarui karakternya sebagai politisi dalam jabatan sebagai Ketua DPRD maupun Bupati Lembata; bahwa jabatan pada berbagai tingkatan adalah sarana untuk mengabdi dan memperjuangkan kepentingan masyarakat sehingga tercapailah kesejahteraan. Dan, untuk mewujudkannya, tidak ada pilihan lain kecuali tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance) dengan melibatkan masyarakat sipil dan dunia usaha dalam derap pembangunan.
Keterlibatan dunia usaha sangat terasa dalam berbagai kualifikasi walaupun dengan porsi yang berbeda-beda. Sebagai pemegang pemimpin, ia berusaha mengatur supaya dunia usaha mengambil peran sesuai kualifikasinya sekalipun tidak bisa memuaskan semuanya.
Setiap staf mempunyai arti dan nilai baginya. Ia pun mengambil sikap menjadi pendengar yang baik dan benar. Staf adalah guru walaupun staf mempunyai keinginan yang tidak sehat ingin menjatuhkan sesamanya sendiri. Ia hanya diam, mendengar, mengamati, konfirmasi barulah mengambil keputusan. Setiap staf yang dinilai potensial ditempatkan dalam jabatan maupun staf selalu diberikan pesan khusus. Pesan itu tetap dijalankan dalam koridor aturan bukan menabrak bahkan mengorbankan sesama staf.
“Ketika dipercayakan menjadi Kasubag Teknis penyelenggaran Pemilu Sekretariat KPU Lembata, bapa Ande meminta pendapat saya tentang balihonya saat duet Amal Ande-Ande. Saya hanya menjawab, ‘Balihonya harus sama dengan foto dalam berkas pendaftaran’. Mengapa? Media gambar sangat membentuk persepsi seorang pemilih,” begitu testimoni Paulus Sinakai Saba, dalam laman facebooknya.
Perseteruan dengan rival politiknya Piter Boliona Keraf (alm) dalam Pilkada, memang keras tapi ternyata mereka tetap sahabat. Buktinya, euforia kemenangan Duet Amal pada Pilkada 2006-2011), tidaklah dipertontonkan Ande Manuk dalam selebrasi hegemoni kekuasaan. Di hadapan forum syukuran ia jujur berkata; “Pak Piter (Keraf) itu lawan politik saya! Tetapi kami berdua sahabat. Kami saling menyapa ‘reu’.” Itulah seorang Birokrat dan Politisi humanis Bapak Andreas Duli Manuk.
Politisi Tulen Golkar
Dikutip dari laman aksinews.id, setelah purnatugas sebagai PNS, Ande Manuk terjun ke dunia politik melalui Partai Golkar. Dengan kekuatan tujuh kecamatan di Lembata, dia berhasil diusung memimpin DPD II Partai Golkar Flores Timur, hingga menjabat ketua DPRD II Kabupaten Flores Timur.
Politisi kelahiran Desa Lite Ulumado, Kecamatan Nubatukan, pada 13 April 1940 ini sempat dua kali ikut bertarung dalam proses suksesi bupati Flores Timur. Namun dua kali itu pula gagal. Saat Lembata berdiri sebagai kabupaten otonom, Ande yang sedang duduk di kursi DPRD Flores Timur memilih pulang kampung, dan terpilih menjadi ketua DPRD Lembata, yang pertama.
Sukses jadi ketua DPRD memuluskan langkahnya untuk maju dalam pemilihan Bupati oleh DPRD Lembata. Pertarungannya dengan penjabat bupati Lembata, Drs. Petrus Boliona Keraf (alm), bisa dibilang sebagai pertarungan paling sengit dalam sejarah politik Lembata. Piter Keraf meninggalkan keanggotaannya di FPG DPR RI guna menjadi penjabat bupati Lembata.
Ande Manuk dan Piter Keraf sama-sama diusung oleh fraksi dengan kekuatan tujuh kursi di Peten Ina. Ande berpasangan dengan Ir. Feliks Kobun diusung Partai Golkar, sedangkan Piter Keraf berduet dengan Dr. Aloysius Liliweri diusung PDI Perjuangan. Masih ada enam kursi lainnya, yakni Fraksi TNI-Polri 3 kursi, dan Fraksi Gabungan 3 kursi (PKB/2 dan PBB/1).
Ande Manuk pun memenangkan pertarungan ini. Tapi, ricuh politik berkembang hingga harus diselesaikan Kemendagri di Jakarta. Ande Manuk yang berduet dengan Feliks Kobun akhirnya dilantik menjadi Bupati dan Wakil Bupati Lembata periode 2001-2006.
Pertarungan Ande Manuk dan Piter Keraf tak berakhir disitu. Apalagi, setelah Boliona Keraf terpilih jadi anggota DPRD Lembata, dan berhasil memimpin DPRD Lembata dari Fraksi PNBK. Jagat politik Lembata dipertontonkan lakon berkelas politisi handal. Agenda politik berjalan mulus, baik di eksekutif maupun legislatif, sekalipun keduanya terlibat pergolakan politik hebat.
Dua tokoh tua ini kembali berseteru pada moment pemilihan langsung bupati Lembata. Ande Manuk kembali diusung Partai Golkar dan sekutunya, sedangkan Piter Keraf diusung partainya sendiri, PNBK. Kemunculan kader PNBK lainnya dalam kontestasi Pilkada Lembata 2006, nampaknya lebih menguntungkan Ande Manuk yang berduet dengan Andreas Nula Liliweri dengan tagline Amal. Ande Manuk pun kembali memimpin Lembata untuk periode kedua, 2006-2011.
Ande Manuk memperistri Margareta Hurek Making dan dikaruniani 6 orang anak; Melania Manuk, Theresia Abon Manuk (almahrumah), Wilhelmus Sodi Manuk, Anastasia Bunga Manuk, Rafael Brekeng Manuk (alm), dan Oncu Ni Manuk.
Guru Politik
Sekda Lembata, Paskalis Ola Tapobali seperti dikutip dari Selatan Indonesia.com, mengatakan, pemerintah dan seluruh masyarakat Lembata berduka atas meninggalnya Bapak Ande Manuk. Sebab, sosok Ande Manuk adalah tokoh, sekaligus guru politik dan pemimpin yang baik. Banyak hal telah ditunjukan terutama sebagai Bupati Lembata dua periode. DIa selalu menjadikan staf dan bawahan sebagai bapak dan anak.
“Banyak gaya kepemimpinan bapa Ande yang kita adopsi. Saya alami sendiri beliau mempraktekkan kepemimpinan kepada bawahannya itu seperti bapak dan anak. Bagi kami yang di rahang anak, beliau menyapa kami dengan sebutan bapak. Ini sapaan khas dari beliau yang sangat menyejukkan kami. Bapak Ande Manuk suka terhadap staf yang memiliki kreativitas tinggi dalam bekerja,” tutur Paskalis.
Selain itu, sebut dia, Bapak Ande Manuk dikenal sebagai pengayom segenap kalangan tanpa membedakan suku, agama, daerah, partai dan lainnya. “Bapa Ande menjadi pengayom bagi semua kalangan. Misalnya, kalau politisi, melihat bukan dapilnya, berarti kurang memberikan prioritas. Tetapi beliau tidak. Bapak Ande melihat seluruh Lembata ini sebagai masyarakatnya. Sehingga beliau ada di tengah-tengah mengayomi semua. Ini yang terkesan sekali bagi kami,” polos Paskalis.
Menurut orang kepercayaan Bupati Sunur ini, banyak hal baik yang luar biasa Bapak Ande Manuk lakukan dan tinggalkan buat Lembata, baik dalam pemerintahan dan politik. Semuanya tidak bisa disebutkan satu per satu.
“Saya harus akui bahwa saya ini besar di tangan Bapak Ande. Di usia yang masih sangat muda, 33 tahun, beliau percayakan saya untuk memimpin Bappeda Lembata. Hal yang sama juga dialami oleh teman-teman saya yang lain seperti Pak Ambros Lein, Kanis Making, Longgi Lega, Mundus Asan dan lainnya,” kata Sekda Paskalis.
Dan keunggulan lain Bapak Ande Manuk yang tidak terlupakan sebagai Bupati Lembata yakni memiliki sifat kebapaan dalam memimpin. “Saya rasa sangat kehilangan sosok Bapak Ande. Saya yakin semua orang yang pernah bekerjasama dengan beliau merasakan gaya kepemimpinan itu; sifat kebapaan serta ilmu yang dimiliki. Dan beliau memang sangat sempurna, beliau adalah mantan birokrat dan mantan politisi sehingga ada perpaduan yang sangat luar biasa bagi kami kadernya,” kata Paskalis.
Ande Manuk menghembuskan napas terakhir di RSUD Lewoleba setelah sebelumnya mengalami sakit yang cukup lama dan menjalani perawatan intensif selama kurang lebih 1 bulan. Ia didiagnosa menderita gula darah dan berbagai sakit lainnya.
Jenazah Ande Manuk disemayamkan di kediamannya di bilangan Kota Baru Lewoleba. Dan rencananya proses penguburan akan dilaksanakan pada Minggu (28/2) pukul 10.00 Wita.
Lembata telah kehilangan tiga politisi hebat dan berkelas; Petrus Boliona Keraf, Frans Making dan Andreaa Suki Manuk. Selamat jalan Bapak Ande. (jdz)