Marianus Sae, Pemimpin Tegas Tapi Tetap Santun

oleh -13 Dilihat

BAJAWA — Daya ‘magis’ penuh pesona seorang Marianus Sae tampak jelas dari tutur katanya yang santun. Aura kepemimpinan yang tegas tampak jelas. Ia tak pernah mengumbar janji. Apa yang dikatakan, pasti dilakukan. Kesan arogan pun amat jauh dari karakternya. Karena itu, banyak yang menyebut dirinya pemimpin tegas bertangan dingin, tapi tetap santun. Kabupaten Ngada memiliki pemimpin yang tegas tapi tetap santun itu.

Menemukan figuritas seperti Marianus Sae sebagai pejabat publik di jagat NTT, mungkin bisa dihitung dengan jari. Tak banyak pejabat kita yang tulus mendedikasikan diri pada bidang tugasnya demi kepentingan masyarakat. Ada yang bekerja dengan berbagai trik untuk memperkaya diri. Ada yang menduduki posisi tertentu dengan berbagai kompromi saling menguntungkan. Ada yang mendongkrak popularitas dengan segala macam trik yang mengelabuhi publik. Ada yang hanya duduk di belakang meja lalu menunggu laporan bawahan dengan prinsip Asal Bapa Senang (ABS). Tapi tidak demikian dengan pengusaha sukses di Denpasar, Bali, Marianus Sae.

Sepak terjangnya selama memimpin Ngada di periode pertama ini memperlihatkan dengan jelas kegigihan dan keuletan memperjuangkan nasib banyak orang. Ia menjadi tokoh reformis, yang tidak menerima keadaan apa adanya. Kemapanan yang dianggap merugikan rakyat, ia dobrak dengan karya nyata, yang akhirnya dirasakan banyak pihak sebagai sebuah pembaruan untuk kebaikan bersama. Tapi ada pula yang menilai sebagai tindakan yang ekstrim menghancurkan karir dan masa depannya.

Ketika menerima mediantt.com, sergapntt.com dan kotanane.com dari Asosiasi Jurnalis Media Online (AMO) NTT di ruang kerjanya, Senin (6/7/2015), Bupati Marianus Sae bicara banyak hal soal kerja kerasnya membangun Ngada. Ia mengibaratkan Ngada sebagai anak-anak Israel yang dicintai Tuhan. “Dalam refleksi saya selama memimpin Ngada, saya menemukan bahwa Tuhan sangat adil terhadap Kabupaten Ngada,” katanya. Mengapa? Keadilan itu, menurut dia, seluruh potensi dan keunggulan di Kabupaten Ngada sudah dispot. “Ada spot untuk padang penggembalaan, ada spot pertanian, ada spot perkebunan, dll. Padahal daerah Ngada ini tandus tapi ternyata ada berkahnya. Ada kandungan mineral. Jadi Tuhan sudah membagi-bagi wilayah ini sesuai potensinya. Karena tu, Ngada tidak akan ada rawan pangan. Bayangkan saja, di Soa, dan wilayah lain, jagung dijadikan makanan ternak,” kata bupati yang pernah gegerkan Indonesia karena menutup Bandara Turelelo Soa itu.

Bangun dari Desa

Ia menjelaskan, sejak memimpin Ngada ia menggulirkan konsep pembangunan dari desa. Konsepnya, sebut dia, memperkecil pelayanan wilayah di desa dengan melakukan pemekaran desa, yang kemudian disusul dengan program strategis seperti ekonomi, pendidikan, kesehatan dan infrastruktur. “Saya kemas itu dalam sistem partisipasi masyarakat mulai dari perencanaan. Alokasi dana desa (ADD) ditransfer langsung ke desa, lalu semua dikompetisikan di tingkat dusun dengan pola PNPM. Di sinilah pula program pemberdayakan ekonomi rakyat (Perak) jalan,” katanya.

Menurutnya, dari jumlah APBD Ngada sebesar Rp 575 miliar setiap tahun, hampir 90 persen anggaran dikonsentrasikan ke desa. Sisanya baru dialokasi sebagai biaya operasoinal Satuan Perangkat Daerah (SKPD). “Bagi saya, pemerintah harus lebih menaruh perhatian bagi masyarakat di pedesaan, karena semua potensi sumber daya alam maupun sumberdaya manusia ada di desa. Jadi desa harus dibangun secara fokus sehingga selain meningkatkan kesejatraannya juga dapat menekan tingkat urbanisasi. Kita berusaha menghidupkan aktifitas pembangunan di desa,” tegasnya..

Untuk peningkatan infrastruktur desa, lanjut dia, juga dilakukan dengan melakukan pemekaran desa, yang dengan sendirinya membuka lapangan kerja di desa, yang hingga saat ini sudah mencapai 1.060 orang. “Ini juga upaya kita untuk mencegah orang keluar dari desa untuk merantau. Mereka kita rekrut menjadi aparat desa dengan upah yang layak,” katanya.

Marianus mengatakan, target utama yang akan dingebut ke depan, yakni jalan simpang siur yang harus hotmix, listrik terang benderang, dan air yang meluap-luap. “Tiga ini yang prioritas ke depan. Kalau masyarakat yang  baru bangun rumah dan PLN belum masuk, jaringan listrik dipasang oleh pemerintah. Siap nyala saja. Ke depan, kalau PLN tidak mampu pasang jaringan di semua kampung, pemerintah akan  pasang semua,” tegasnya.

Ia menyebutkan, APBD Ngada yang hanya Rp 575 miliar dikelolah secara efisien untuk kepentingan rakyat, meski dalam tiga tahun berturut-turut Kabupaten Ngada mendapat status disclaimer. “Dulu yang pertama saya lakukan adalah memangkas semua perjalaan dinas. Bayangkan saja, dalam satu tahun ada 420 perjalanan dinas. Semua saya pangkas. Semua kendaraan dinas hanya digunakan saat jam dinas, selesai kantor semua disimpan di kantor. Karena pemakaian makin tinggi, maka penyusutan pun tinggi, ini yang merugikan keuangan daerah,” jelas dia.

Saat itu, sambung dia, anggaran yang ada hanya Rp 98 miliar. “Saya bagi rata untuk semua SKPD. Untuk operasional Rp 35 miliar. Ternyata jalan dan tidak ada masalah,” katanya.

Selama hampir lima tahun memimpin, Marianus telah memekarkan 54 desa, dan berhak mendapat alokasi dana desa (ADD) Rp 100 juta. “Dengan banyaknya desa, secara otomatis banyak dana pemerintah yang mengalir ke desa. Dengan demikian desa juga bisa merekrut tenaga kerja untuk dipekerjakan sebagai staf desa, yang semuanya mendapat honor dan tunjangan,” kata Marianus.

Di sektor pendidikan, menurut dia, selain memperbaiki kualitas pendidikan dari urutan 19 se-NTT menjadi urutan satu dari seluruh kabupaten/kota, ia juga berupaya mencegah arus uang yang keluar dari Ngada untuk kepentingan pendidikan (sekolah), dengan menghadirkan universitas dan sekolah tinggi di Bajawa, karena kehadirannya bisa memberikan multi efek. Menariknya, Bupati juga memberikan beasiswa kepada semua mahasiswa dari semester III sampai Semester VIII.

Satu gebrakan Bupati Marianus yang ekstrim tapi dianggap luar biasa adalah kebijakannya untuk tidak menggunakan jasa BPJS Kesehatan. Alasannya, sebut dia, alokasi Rp 34 miliar yang setiap tahun disetor ke BPJS Kesehatan tidak efektif. Karena itu, ia tetap dengan program JKMN yang hanya Rp 14 miliar dan dikelolah oleh Dinas Kesehatan. “Kalau ada warga masyarakat yang sakit dan dirawat di Puskesmas atau rumah sakit, bisa klaim ke Dinas Kesehatan, lalu dibayarkan ke rumah sakit atau puskesmas. Nah, uang yang sama itu akan disimpan di kas daerah, dan uang akan berputar begitu saja, tidak ada habisnya, daripada harus bayar Rp 34 miliar ke BPJS Kesehatan,” tandas Marianus Sae.

Ia menambahkan, selama ini Ngada kesulitan temaga medis dan doker, dan selalu mendatangkan dari luar. Untuk itu, ia memprogramkan anak-anak Ngada dibiayai untuk sekolah kedokteran. “Sekarang ada 370 orang yang sedang sekolah kedokteran dan akan kembali untuk membangun Ngada,” katanya.

Marianus Sae berkomitmen untuk membangun Ngada dengan melaksanakan program yang benar-benar dibutuhkan masyarakat. “Saya konsisten melaksanakan program-program yang sudah dibuat,” katanya. (AMO/jos diaz)