Mencari Pemimpin Lembata Yang Punya Spirit Melayani

oleh -23 Dilihat

Cuaca politik di Lembata sedang panas menuju Pilkada serentak 2017. Isu-isu politik bergulir tak tentu arah. Liar tak terkendali. Kadang pula tidak rasional. Dinamika politik Lembata pun menjadi rumit diprediksi. Setiap kandidat bersama tim suksesnya memiliki trik dan strategi politik untuk menebar pesona kepada rakyat.

DINAMIKA politik di Bumi Ikan Paus, Lembata, mulai menggeliat menuju Pilkada serentak tahun 2017. Nama-nama para kandidat telah diwacanakan secara terbuka. Geliat itu makin pasti bergulir ketika Bupati Eliaser Yantji Sunur dan Wakil Bupati Viktor Mado Wutun, ‘mengundurkan diri’. Itu artinya, Lembata bakal dikendalikan oleh seorang Penjabat Bupati yang bakal ditunjuk Gubernur NTT, Drs Frans Lebu Raya.

Gong suksesi Lembata pun akhirnya resmi dikumandangkan, meski penyelenggara, KPUD Lembata, belum mengatur gawe politik ini dengan regulasinya. Hanya sesuai konstitusi, enam bulan sebelum berakhir masa jabatan, Bupati dan Wakil Bupati Lembata masa bhakti 2011-2016, harus mengajukan surat pengunduran diri. Dan itu sudah dinyatakan sendri oleh Bupati Yantji Sunur ketika melantik 37 kepala desa hasil pilkades serentak 2015, di Aula kantor bupati Lembata, 27 Desember 2015 lalu.

“Masa kepemimpinan kami akan berakhir Agustus 2016 nanti, Tapi pada Februari ini, kami akan mengundurkan diri,” kata Yantji Sunur saat itu. Apakah itu sudah dilakukan duet tak seirama Yantji Sunur-Viktor Mado Watun?

Progres pembangungan Lembata yang masih carut-marut, dengan sejumlah persoalan serius seolah dibiarkan berlalu begitu saja, seperti kasus pembunuhan Lorens Wadu yang hingga kini tak jelas proses hukumnya, dengan berbagai dugaan siapa otak dibalik tragedi sadis itu, hingga merebaknya skandal dugaan ijazah palsu seorang Bupati Yanjti Sunur yang tengah dipersoalkan. Publik politik akhirnya menjadi lupa begitu saja sejumlah hal krusial yang dilakukan Bupati Yanjtie selama menahkodai Lembata bersama Viktor Mado, dalam sprit ‘Lembata Baru’, dan mulai digiring ke arena Pilkada.

Lembata, anak sulung pemekaran wilayah di NTT ini, memang punya potensi dinamika politik yang tinggi, tapi ini sesungguhnya memberi warning bahwa tingginya dinamika politkk ini jangan sampai menimbulkan keberantakan atau benturan antarkelompok dalam masyarakat.

Viktus Murin dalam bukunya “Geliat Demokrasi di Kampung Halaman”, bertanya; mampukah para pelaku politik di Lembata menjadikan pilkada sebagai ‘peristiwa bermartabat’ demi pencapaian masa depan Lembata yang lebih baik?

Akan lebih baik, tulis Viktus Murin, bila ‘generasi muda’ di panggung politik dapat mengambil oper peran yang determinan dalam rotasi kekuasaan pemerintahan di Lembata. Ini untuk mencegah kebosanan, kejenuhan dan apatisme kolektif yang terjadi sejak Lembata menjadi kabupaten otonom tahun 1999, dengan sendirinya berganti dengan harapan, optimisme dan keriangan dalam membangun masa depan Lembata.

Menurut mantan cawabup ini, Pilkada Lembata akan punya nilai lebih jika dapat dilangsungkan sebagai ‘peristiwa bermartabat’, yang bisa dimanifestasikan dengan cara menjunjung tinggi ‘kearifan lokal’ atau nilai-nilai esensial dalam kultur masyarakat Lembata, seperti spirit persaudaraan, kerendahan hati, musyawarah mufakat, kerjasama dan semangat pelayanan.

Sejatinya, pada konteks kekinian, Pilkada Lembata hendaknya mampu menjaring pemimpin yang bisa meresapi, melakoni, dan mentransformasikan kearifan kultural dalam laku kepemimpinannya nanti. Lembata memerlukan pemimpin yang mau dan mampu menjadi pelayan bagi seluruh masyarakat Lembata.

Pilkada Lembata bakal menjadi momentum produktif bila mampu menghantar calon pemimpin yang sanggup menjadi pelayan, yang terbiasa merawat idealismenya bagi kepentingan banyak orang, yang mau memasuki istana kekuasaan sebagai hamba dan bukan sebagai raja diraja.

Karena itu, sejalan dengan makin kompleksnya tantangan pembangunan di tahun-tahun mendatang, Lembata kini membutuhkan pemimpin progresif yang bertipikal pembaharu, kreatif, cerdas, energik, demokratis, namun tetap mampu bersikap santun.

Lembata memerlukan kepemimpinan orang-orang cerdas yang bervisi jauh ke depan. Lembata tidak memerlukan pemimpin berwatak konservatif, yang terbiasa memandang segala hal dari orientasi ‘serba tunggal’.

Pilkada Lembata yang prosesnya sekarang sudah mulai bergulir, dan akan mencapai puncaknya pada Februari 2017, sudah sepatutnya menjadi peristiwa demokrasi yang bermartabat. Di tengah kondisi disharmoni masyarakat saat ini, dianjurkan agar semua pihak di Lembata membalut proses pilkada dengan ‘kearifan lokal’. Di alam demokrasi dan reformasi saat ini, sebaiknya semua pihak di Lembata tidak membiarkan pilkada terjebak dalam aneka keanehan politik. Halmana mengakibatkan ‘pilkada’ justru terdegradasi substansinya sebagai ibaratnya ‘kadal-kadal makan pil’.

Tak cuma itu. Ada pula kubu politik yang berusaha membawa gagasan pencerahan sebagai basis persaingan politik, kendati kubu ini tergolong ‘minoritas’. Mampukah kubu minoritas ini mengembangkan pengaruhnya dengan memainkan peran ‘minoritas kreatif’? Kita tunggu, apakah kaum minoritas kreatif mampu mengawinkan isu dan momentum secara cerdas untuk melahirkan kondisi yang produktif bagi Lembata masa depan.

***

Catatan mediantt.com, calon bupati Herman Loli Wutun sudah mendaftar ke enam parpol, yakni PDI Perjuangan, PPP, PKS, Nasdem, PKPI dan Partai Golkar. Kembalinya Herman Wutun yang populer dengan tagline TITEN karena permintaan masyarakat Lembata agar TITEN mau memperbaiki kondisi Lembata, sebagai wujud tanggungjawab moral, sekalian jawaban TITEN atas panggilan kebote untuk mengabdi bagi kampung halaman. “Kita akan merebut kembali kemenangan TITEN di tahun 2011,” tegas Herman Wutun dalam sebuah pertemuan dengan timnya di Lewoleba, awal Maret lalu.

Kandidat bupati lain adalah Viktor Mado Watun, yang dipastikan diusung PDI Perjuangan, yang bakal berkoalisi dengan PAN dan PKB. “Kami (PDIP) sudah memastikan mendorong Viktor Mado Watun, sebagai bakal calon Bupati Lembata. Sedangkan, PAN dan PKB hanya akan mengusung calon wakil bupati,” kata Ketua DPC PDIP Lembata, Ferdinandus Koda. PAN dikabarkan menyiapkan Fransiskus Limawai, sedangkan PKB mengusung Simeon Lake.

Selain itu, ada incumbent Yanjtie Sunur, yang disebut-sebut masih mendapat dukungan dari rakyat. Ia , telah mendaftar ke Gerindra, Demokrat dan partai lain. Sementara cabup lainnya Lukas Lipatama Witak pun menyatakan siap bertarung di Pilkada Lembata 2017. Ada lagi nama Andreas Nula Liliweri (sudah mendaftar ke Demokrat) dan Paulus Doni Ruing, juga sudah mendaftar ke Partai Demokrat.

Untuk calon wakil bupati, ada nama Dr Thomas Olah Langoday yang kabarnya sudah mengerucut akan bertandem dengan Yantjie Sunur. Ada lagi nama calon wakil bupati yang adalah kader Demokrat, Gabriel Suku Kotan, Ferdinand Leu, dan Anton Gelat. Nama lain di posisi cawabup yakni Alex T Making, Gewura Fransiskus dan Linus Beseng. Masih juga ada nama kandidat bupati dan wakil bupati lain yang belum sempat disebutkan di sini, yang juga punya niat membangun Lembata.

Punya Kemauan

Banyak nama kandidat bupati dan wakil bupati Lembata yang telah menyatakan siap bertarung, dan telah mendaftar ke sejumlah partai politik. Tapi mantan Bupati Lembata dua periode , Andreas Duli Manuk, seperti dilansir Pos Kupang beberapa waktu lalu, memprediksi, ada lima bakal calon bupati yang akan bertarung di Pilkada Lembata 2017. Mereka adalah Yantji Sunur, Viktor Mado Watun, Lukas Witak Lipatama, Herman Loliwutun, dan Polce Ruing. Tentu, masih banyak nama lain yang juga ramai diperkenalkan di media sosial.

Prediksi Ande Manuk ini tentu berdasarkan jumlah anggota DPRD Lembata (25 orang), yang regulasinya mengisyaratkan bahwa hanya partai yang memiliki lima kursi di DPRD, yang boleh mengusung calon sendiri. Dan, di DPRD Lembata, tak ada partai yang memenuhi kuota minimal lima anggota seperti diamanatkan aturan. Karena itu, partai-partai harus berkoalisi sehingga dapat menggenapi jumlah seperti yang ditentukan undang-undang.

“Kalau diterjemahkan secara konkrit, berarti kita bisa punya lima bakal calon bupati yang akan maju dan bertarung dalam suksesi nanti. Kita lihat saja perkembangan ke depan seperti apa,” ujar Ande Manuk.

Menurut Ande Manuk, kelima bakal calon itu punya peluang yang sama untuk memenangkan Pilkada. ”Tapi yang paling hakiki dan dibutuhkan masyarakat Lembata, adalah pemimpin yang memiliki kemauan dan komitmen yang tinggi, untuk membangun dan memajukan daerah. Model kepemimpinan seperti inilah yang dibutuhkan semua komponen masyarakat,” kata sesepuh Lembata ini, mengingatkan.

Terlepas dari dinamika politik Lembata yang ‘unik’ atau bahkan cenderung ‘aneh’, kita tunggu bagaimana rakyat Lembata memainkan perannya sebagai hakim demokrasi; ke kubu manakah kelak rakyat Lembata sebagai konstiuen demokrasi akan mengarahkan pilihannya dalam Pilkada serentak Februari 2017? (joze diaz)

Foto : Herman Loli Wutun, salah satu calon bupati Lembata periode 2017-2022.