Mengenal “Digital Branding”, Strategi Membangun Brand di Era Digital

oleh -21 Dilihat

Webinar mengenai Strategi Membangun Brand di Era Digital

KUPANG – Bulan Juni yang lalu, Kementerian Kominfo ditunjuk sebagai campaign manager kegiatan Gernas BBI (Bangga Buatan Indonesia) di Provinsi NTT dengan mengusung tema “Kilau Digital Permata Flobamora”; Flores, Sumba, Timor, dan Alor.

Sebagai tindak lanjut kegiatan itu, Direktorat Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim, Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, dan Kementerian Kominfo menginisiasi Webinar DigiTalk dengan tema “Strategi Membangun Brand di Era Digital”, yang diselenggarakan pada Jumat (16/7) secara virtual melalui Zoom dan Live Streaming YouTube, untuk dapat memberi bekal sehingga para UMKM dapat lebih maksimal dalam membangun brand yang dimiliki.

Pemanfaatan teknologi digital (transformasi digital) menjadi sangat penting, sebagai syarat untuk terus berkembang maju, bangkit dan naik kelas, UMKM dituntut untuk adaptif dan kreatif, mampu menghasilkan produk yang sesuai keinginan dan kebutuhan pasar.

Hal ini disampaikan dalam keynote speech Septriana Tangkary (Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim Kemenkominfo) yang menjadi pembuka sesi webinar. “Data terakhir di bulan Mei 2021, terhitung sudah 6 juta UMKM telah berpindah ke ruang digital. Keberhasilan ini merupakan kolaborasi yang kuat antar semua pihak sehingga melebihi target awalan sebesar 2 juta onboarding UMKM”.

Webinar dilanjutkan dengan bincang-bincang bersama Dias Satria (Ekonom, Founder Piknik Hub dan Jagoan Indonesia). Dias menyampaikan beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam membuat brand. Yaitu “be lean, be agile, be creative”. “Be lean” artinya mempercepat proses, fokus pada apa yang customer suka. “Be agile” artinya adaptif terhadap kondisi. Contohnya di masa seperti ini jangan menjual produk yang tidak disukai saat pandemi.

“Be creative” artinya terus belajar mengembangkan produk. “Satu-satunya cara untuk menang adalah belajar cepat customer maunya apa, terus cari inspirasi yang mereka suka, terus evaluasi keinginan customer, dekati customer dan buat mereka jadi tempat research and development untuk produk kita”, tutur Dias.

Menutup paparannya, Dias mengingatkan pentingnya berbagi dan memberi, karena di era sekarang orang bisa jadi membeli bukan karena produknya murah atau berkualitas tapi karena empati. Menurutnya itu nilai-nilai yang mungkin tidak dipelajari secara teori tapi sangat bermanfaat pada akhirnya.

Sementqra itu, Meybi Agnesya (CEO Timor Moringa) membagikan pengalamannya dalam membangun dan mengembangkan bisnis Timor Moringa, yaitu produk olahan daun kelor dari Nusa Tenggara Timur.
Meybi menjelaskan pentingnya Digital Branding dalam membangun sebuah brand.

Meybi menceritakan bahwa pada awalnya segmentasi Timor Moringa adalah untuk masyarakat yang mencari oleh-oleh khas Nusa Tenggara Timur. Namun di era pandemi ini terjadi shifting customer behaviour, orang-orang lebih aware mengenai kesehatan sehingga melalui Digital Branding akhirnya Timor Moringa mengubah segmentasi menjadi untuk masyarakat umum yang membutuhkan sesuatu untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Meybi juga menjelaskan pentingnya menggunakan semua platform online seperti website dan media sosial untuk tetap menjalin interaksi dengan customer. “Ruang kita secara fisik sangat terbatas, satu ruang yang tidak terbatas adalah ruang digital, itu yang harus disadari dulu dan penting untuk membangun literasi digital sebelum memasuki strategi branding,” tambah Meybi. (*/jdz)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *