Pdt Dr Ira Mangililo
KUPANG, mediantt.com – Sejak pandemi Covid-19 melanda negeri ini awal 2020, Partai Golkar NTT amat peduli dan memberi perhatian ekstra. Berbagai terobosan telah dilakukan hingga mendesain gagasan konkrit melawan Covid-19. Dan, sejak awal pekan ini, Golkar NTT pun secara maraton menggelar webinar dengan topik seputar pencegahan terhadap Covid-19.
Jumat (30/7) malam, Golkar kembali menggelar Webinar “Menggerakan Dukungan Psikologis Berbasis Komunitas Bagi Pasien Covid-19 Beserta Keluarga dan Kerabatnya”. Golkar NTT mengajak semua elemen masyarakat bergerak bersama meringankam beban psikologis bagi pasien Covid-19, termasuk keluarga dan kerabatnya. Tokoh agama dan elemen sosial lainnya perlu digerakan untuk mengurai tauma psikologis pasien Covid-19. Juga keluarga dan kerabatnya.
Webinar zoom yang dibuka Sekreteris Golkar NTT Inche Sayuna ini dipandu oleh Ferdinandus Naga dan Rambu, menghadirkan 4 narasumber; Bupati Belu dr Agustinus Taolin, Wakil Bupati Manggarai Heribertus Ngabut, Ketua Majelis Gereja Getsemani Pdt Dr Ira Mangililo dan Vinsensius Bureni selaku Koordonator Umum Bengkel APPek.
Bupati Belu, dr. Agus Taolin, dan Wakil Bupati Manggarai, Heribertus Ngabut sama-sama menunjukkan kepedulian pemerintah melalui politik anggaran, sarana dan prasarana kesehatan untuk mendukung dan mempercepat proses pemulihan para pasien Covid-19 di daerah masing-masing.
“Pandemi Covid-19 ini sudah sangat menakutkan. Selama ini fokus kita selalu pada rumqh sakit soal pengobatan, pencegahan dan vaksin. Tapi kita lupa dukungan psiko sosial. Aspek penguatan mental dan ketangguhan diri ini sangat minim bahkan tidak ada,” tegas Bupati Belu, dr Agus Taolin.
Karena itu, menurut dia, perlu pendekatan beragam dan saling melengkapi, terutama peran berharga keluarga dan komunitas lainnya. “Pemulihan psiko sosial ini sangat penting karena mampu hadapi stres. Karena orang yang terpapar corona biasanya stres, cemas, takut. Apalagi kalau sudah masuk ICU, tidak bisa lagi bertemu keluarga dan kerabat. Pola komunikasi juga berubah dan berbagai beban pikiran yang melemahkan daya tahan tubuh. Di sini kita butuh pendampingan psikologis lewat komunitas seperti yang digagas Golkar ini,” papar dr Taolin.
Ini juga, sebut dia, berlaku sama bagi mereka yang sedang melakukan isolasi mandiri di rumah, yang juga stres, takut dan cemas. “Butuh pendekatan dari komunitas dan keluarga, juga tokoh agama dan penyintas covid untuk bisa memberi masukan dan kekuatan agar psikis tidak terganggu,” katanya.
Dr Agus juga mengatakan, yang paling utama adalah memperkuat ketangguhan dalam keluarga agar tidak berdampak pada psikologi pasien. “Membantu memberi rasa nyaman. Memberi harapan, termasuk pendekatan spiritual dari tokoh agama,” sebut dr Taolin.
Menurut dia, pendekatan psikologis ini juga harus dilakukan dalam kordinasi dengan satgas Covid. Bila keluhannya ringan maka bisa di rumah saja, tapi kalau ada yang lebih serius maka harus berhubungan dengan petugas medis. “Di Belu kita buka hotline khusus untuk melayani pasien Covid-19. Ini kerja nyata yang kita lakukan hingga RT/RW, dan tetap dalam kordinasi integratif dengan satgas covid,” tegas dr Taolin, yang telah mencanangkan bahwa per 1 Agustus 2021 seluruh warga Belu berobat gratis ke RS menggunakan KTP.
“Peran keluarga memberi semangat dan kekuatan bagi pasien covid-19. Dukungan emosional dengan bercerita untuk memberi rasa aman dengan taat prokes. Lalu jaga imun dengan konsumsi vitamin, juga vaksinasi dua dosis itu. Jadi ketangguhan keluarga itu juga penting untuk mengatur psiko sosial,” saran dr Taolin.
Sementara Wakil Bupati Manggarai, Heribertus Ngabut, tegas menyatakan bahwa intervensi pemerintah berupa politik anggaran dan bantuan sosial, sejatinya merupakan terapi psiko sosial untuk membantu pasien covid-19 dan keluarganya. “Ini pendekatan psikologis pemerintah terhadap kegoncangan jiwa rakyat akibat covid-19,” kata Hery Ngabut, yang menyebutkan jumlah kasus covid-19 di Manggarai per 29 Juli sebanyak 4.547 kasus.
Diakonia Karitatif
Lain lagi pendekatan psikologis menurut Ketua Majelis Gereja Getsemani, Pdt Dr Ira Mangililo. Dosen Unkris ini mengatakan, ketika jemaatnya terpapar covid-19, gereja memberikan pelayanan diakonia karitatif untuk memenuhi kebutuhan pasien dan keluarganya seperti obat-obatan, vitamain dan makanan.
“Dari aspek mental mereka pasti sedih, bingung, gelisah, cemas juga marah, benci dan kecewa. Saat itu gereja hadir dalam wujud diakonia karitatif. Dan setiap hari mengirim firman berupa renungan dan lagu-lagu rohani sambil bertanya keadaan mereka,” kata Pdt Ira.
Dari aspek sosial, sebut Pdt Ira, gereja juga hadir memberikan peneguhan di saat ada penolakan dan dijauhi oleh masyarakat. “Gereja hadir meyakinkan bahwa corona bukan salah siapapun tapi bencana. Kita merangkul mereka melalui kotba dan renungan, juga memberi edukasi,” katanya.
Sementara dari aspek spiritual, lanjut Pdt Ira, gereja lakukan ketika pasien itu telah dinyatakan sembuh dan mengajak makan minum bersama. Sementara untuk keluarga yang kehilangan anggota karena Covid, kami (gereja) lakukan adalah mendampingi mereka secara mental dan spiritual. Beribadah bersama dan membantu memberi pemahaman tentang maksud Tuhan di balik kehilangan itu.
Sebab ada yang sangat trauma dengan covid ini. “Trauma mendengar sirene. Trauma dengar nama pekuburan Fatukoa, trauma dengar eksa, dll. Tugas gereja mendampingi untuk membantu keluar dari trauma dengan cerita memori yang indah-indah. Jangan mengakhiri kehidupan dengan memori fatukoa, sirene, eksa, dll,” jelas Pdt Ira.
Vinsen Bureni dari Bengkel APPek membeberkan langkah-langkah nyata dan praktis yang sudah dilakukan bersama para relawan, yakni pendampingan terhadap anak-anak dan kaum perempuan yang paling rentan terpapar covid-19.
“Kami lakukan pendampingan kepada anak-anak dan perempuan, kerjasama dengan gereja dan pemerintah untuk
mengembalikan semangat anak-anak.
Mengajak bermain, bernyanyi dan memperkenalkan kebersihan. Dengan ibu-ibu kita ajak berdiskusi bersama untuk keluar dari trauma,” kata Vinsen.
Webinar ini berlangsung dalam dinamika yang seru selama tiga jam lebih. Semua peserta dari berbagai daerah di NTT dan luar NTT terlibat aktif memberi masukan dan pertanyaan, juga kritik.
Ketua DPD Golkar NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena, mengapresiasi para narasumber yang dengan cerdas memaparkan gagasan konkrit tentang pemulihan trauma psikologis bagi pasien covid-19 dan keluarga.
“Pendampingan psikologis penting sekali. Ini bagian dari solidaritas dan kerja bersama. Saling gotong royong bantu satu sama lain, juga bersinergi agar masalah pandemi di NTT bisa kita atasi. Golkar akan bergerak lebih nyata,” kata Wakil Ketua Komisi IX DPR RI ini. (jdz)