Kupang, mediantt.com — Wakil Gubernur NTT, Drs. Benny A. Litelnoni, mengatakan, NTT memiliki banyak kekayaan alam dan budaya yang menarik, namun masih banyak yang tersembunyi. “Pariwisata di NTT umumnya tumbuh secara alamiah. Terdapat berbagai ragam keunikan yang hanya ada di NTT, tapi belum dieksploitasi secara maksimal,” kata Wagub Litelnoni saat membuka Rapat Koordinasi (Rakor) Pembangunan Infrastruktur Pariwisata Wilayah Timur Tahun 2015 di Hotel Aston, Jumat (18/9). Rakor yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata RI ini dihadiri oleh lintas sektor dari Kementerian PU Pera, Kementerian Perhubungan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Kementerian PPN/Bappenas, Kantor Staf Kepresidenan, UPT Kementerian Perhubungan Wilayah Timur, Dinas Pariwisata Provinsi NTT, Dinas Perhubungan Provinsi NTT.
Orang Nomor Dua di Pemerintah Provinsi NTT ini juga mengapresiasi langkah kementerian pariwisata untuk membangun infrastruktur pariwisata. “Pengembangan pariwisata terkait dengan banyak aspek. Dukungan infrastruktur sangat penting untuk memperlancar arus orang dan barang ke objek-objek pariwisata,” urai Wagub Benny.
Wagub menganjurkan agar Rakor seperti ini melibatkan para Bupati/Walikota dan pemangku kepentingan terkait di kabupaten/kota.
Menyinggung soal aksesibilitas, Benny menyentil tentang klasifikasi jalan negara, jalan propinsi dan jalan kabupaten yang kurang seimbang dengan alokasi dana yang tersedia. “Banyak jalan negara yang masih layak, namun tiap tahun diperbaiki. Sementara itu, jalan-jalan menuju objek-objek pariwisata umumnya jalan provinsi dan kabupaten dengan ketersediaan anggaran yang terbatas,” tegas Benny di hadapan peserta Rakor.
Wagub lebih lanjut menguraikan pengembangan pariwisata harus punya bisa untuk bidang lainnya terutama ekonomi masyarakat sekitarnya.
Sementara itu, Asisten Deputi Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem Pariwisata menjelaskan, bahwa tujuan dari rakor ini untuk menciptakan konvergensi program Kementerian atau Lembaga dalam pembangunan infrastruktur pariwisata. Hal ini penting untuk mengetahui alokasi anggaran untuk pengembangan pariwisata di daerah-daerah strategis.
“Sampai dengan tahun 2019, ditetapkan 25 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Dua di antaranya berada di NTT yakni Komodo dan Kelimutu,” jelas Frans.
Putra Ende ini berharap agar pengembangan KSPN harus diikuti dengan pengembangan ekosistem pariwisata dengan munculnya simpul-simpul ekonomi baru di daerah-daerah sekitar destinasi pariwisata. “Target kunjungan wisatawan asing sebesar 20 juta orang sampai tahun 2019 harus dapat membawa perubahan ekonomi yang sangat mendasar,” katanya. (*/jdz)
Foto : Wakil Gubernur Beny Litelnoni ketika memberkan sambutan.