ENDE – Sebanyak 100 kapal nelayan dengan berbagai hiasan menggelar parade laut dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila, Kamis (1/6/2017) pagi.
Acara diawali dari Pulau Ende, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), menuju pelabuhan Bung Karno, Kota Ende.
Ratusan kapal nelayan tersebut dihiasi dengan berbagai pernak-pernik yang meriah, seperti bendera merah putih berukuran kecil serta besar, gambar burung Garuda Pancasila dan foto Presiden Soekarno.
Pantauan Kompas.com, parade laut kapal-kapal nelayan tersebut dikawal oleh kapal perang KRI Multatuli 561 yang telah berada di wilayah perairan Ende sejak Rabu (30/5/2017) lalu.
Hadir dalam parade itu, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo, Ketua Komisi V DPR RI Fary Djemi Francis, anggota DPR RI Andre Parera, sejumlah bupati se-NTT dan pejabat lainnya.
Ratusan orang yang berada di dalam KRI Multatuli, di antaranya anggota TNI, polisi, pelajar, mahasiswa, petugas kesehatan, tokoh adat dari sejumlah etnis dan tiga pasangan muda-mudi yang menjadi juara 1 sampai 3 lomba mirip Soekarno dan Inggit Garnasih, lalu turun dari kapal dengan membawa plakat burung Garuda Pancasila.
Setelah ratusan orang turun dari atas kapal, acara dilanjutkan dengan tutur adat dengan menggunakan Bahasa Ende Lio oleh seorang tokoh adat di depan Menteri Eko dan sejumlah pejabat lainnya.
Menteri Eko bersama pejabat dan ribuan warga kemudian berjalan kaki dari Pelabuhan Ende menuju Lapangan Pancasila Ende untuk menggelar upacara.
Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Timur, Marius Ardu Jelamu ditemui di sela-sela parade laut tersebut mengatakan bahwa makna yang mau diambil dari kegiatan parade laut tersebut adalah untuk mengenang awal mula Bung Karno diasingkan ke Ende.
“Jadi parade ini menceritakan tentang awal mula Bung Karno diasingkan oleh Belanda ke Ende sehingga masyarakat tahu akan sejarah tersebut,” ucapnya.
Menurut Marius, parade laut tersebut merupakan bagian dari parade kebangsaan yang digelar oleh Pemerintah Kabupaten Ende, dengan dibantu oleh Kementerian Pariwisata dan Dinas Pariwisata NTT.
Hal ini juga, kata Eko, sebagai diorama mengenang kembali diasingkannya Bung Karno dari Batavia ke Ende pada tahun 1934-1938, tetapi juga untuk memperingati bagaimana sari-sari Pancasila digali oleh Bung Karno di Ende.
Teman Soekarno Diperkenalkan
Sementara itu, dalam malam renungan untuk menyambut Hari Pancasila pada 1 Juni digelar di Taman Perenungan Soekarno, Kota Ende, Rabu (31/5/2017) tengah malam.
Acara yang dimulai tepat pukul 24.00 Wita dihadiri oleh Gubernur NTT Frans Lebu Raya, Ketua DPRD NTT Anwar Pua Geno, pejabat dari Kementerian Pariwisata, sejumlah pimpinan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah NTT, belasan bupati se-NTT dan pejabat lainnya.
Dalam acara itu, dibacakan sejumlah nama warga Ende yang pertama kali bergaul dengan Soekarno, saat sang proklamator dibuang oleh Belanda ke Ende pada tahun 1934.
Nama-nama sahabat Soekarno itu dibacakan langsung oleh Lukman Pua Rangga, putra dari almarhum Pua Rangga Kora, yang merupakan salah satu sahabat dekat Soekarno di Ende.
Adapun beberapa nama Teman Soekarno yakni Ibrahim Umarsyah, Molo Nggoro, Djae Bara, Darham Utuh, Ruslan Utuh, Prangga Kora, Umar Gani, Aziz Pelindi, Jae Mokdar, Ibu Lano dan Waru Suwedi.
Para pemuda itu digembleng oleh Soekarno meski mereka berpendidikan rendah. Bahkan ada yang buta huruf.
Mereka pun dilibatkan dalam kegiatan Soekarno, yakni pertunjukan sandiwara atau drama. Sahabat Soekarno semakin hari kian bertambah banyak, sehingga mencapai 93 orang.
Dari jumlah itu, 47 orang merupakan pemain sandiwara dari Grup Toniil Gelimutu yang dibentuk oleh Soekarno.
“Kami berharap agar Pemerintah Kabupaten Ende dapat menginventarisir nama-nama tersebut untuk kemudian bisa dipajang di Museum Bung Karno, sehingga generasi sekarang bisa mengetahui dan meneladaninya,” ucap Lukman Pua Rangga.
Sementara itu, Komandan Korem 161/Wirasakti Kupang Brigjen TNI Teguh Muji Angkasa yang menjadi inspektur dalam malam renungan suci tersebut mengatakan, kegiatan tersebut merupakan bagian dari penghormatan masyarakat NTT kepada Soekarno-Hatta yang telah melahirkan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
“Malam ini, kita berkumpul di sini sebagai bagian dari menghormati dan menghargai bapak bangsa kita, yakni Soekarno Hatta yang melahirkan Pancasila yang merenungkan pancasila di bawah pohon sukun di Kota Ende ini,” katanya.
Acara dimulai dengan doa yang dipimpin oleh seluruh pimpinan agama di kota tersebut mulai dari Katolik, Kristen, Islam, Budha serta Hindu.
Selain itu, dilakukan pembacaan puisi yang berisi tentang perjuangan Bung Karno selama berada di kota Ende. (kpc/jdz)
Ket Foto : KRI Multatuli membawa ribuan penumpang berpakaian adat Ende dari Pulau Ende menuju kota Ende mengenang drama perjlanan Bung Karno dari Batavia (Jakarta) menuju Ende Flores.