Kupang, mediantt.com — Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT sudah menggagas pengembangan pariwisata secara lebih gencar dengan cara mempromosikan aset wisata, baik yang ada di daratan maupun di laut. Selain itu akan mempromosikan seni budaya maupun seni ekonomi kreatif sehingga suatu saat pariwisata NTT bisa menjadi pilar ekonomi yang kuat untuk kesejahteraan rakyat. Berbagai cara sudah dilakukan untuk mempromosikan destinasi pariwisata dan kekayaan wisata yang ada baik melalui media online, media cetak maupun media elektronik untuk memberitahukan kepada publik bahwa NTT kaya akan wisata.
“Dan kita tahu bahwa NTT adalah salah satu destinasi utama nasional. Karena kita memiliki breanding pariwisata nasional mulai dari taman komodo, kelimutu, prosesi samana santa, penangkapan ikan paus secara tradisional, taman bawah laut, pasola dan lain sebagainya. Semua ini kita promosikan kepada para wisatawan domestik maupun wisatawan asing. Saat ini ada kegiatan Fam Trip atau perjalanan keluarga dan kita akan mengunjungi beberapa tempat. Ini merupakan suatu kegiatan breanding untuk mengajak orang memperkenalkan destinasi wisata kita ke publik. Dan upaya-upaya kita lakukan dalam rangka menjadi NTT sebagai distinasi pariwisata dunia. Dan kami sangat berterima kasih kepada Asita dan pihak airlines yang melaksanakan kegiatan ini,” kata Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT, Marius A. Jelamu kepada wartawan di Hotel Neo Kupang, pekan lalu.
Dia mengatakan, mulai tahun depan Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT akan merencanakan momen ini sebagai tahun kalender tetap karena setiap tanggal 27 September diperingati sebagai hari pariwisata nasional. “Kita akan pawai dalam kota sesuai dengan breakdwon masing-masing baik itu garuda, citilink, sriwijaya, lion air, dan transnusa. Tapi kita juga akan mengajak perbankan, perhotelan untuk meramaikan hari pariwisata nasional ini mulai dari tanggal 25, 26 dan 27 September. Dan ini semua dalam rangka memperkenal NTT ke publik nasional dan internasional. Untuk tahun depan kita akan dibuat lebih hidup dimana destinasi yang akan kita kunjungi ada pertunjukan seni, ada kuliner-kuliner lokal, ada souvenir dan kita akan ajak orang untuk kegiatan-kegiatan seperti ini. Selain memperkuat tali persaudaraan kita juga memperkenal potensi pariwisata. Dan kita juga akan mengundang teman-teman kita dari daerah lain untuk datang bergabung dalam kegiatan seperti ini,” pintanya.
Dikatakan, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT bersama Asita NTT dan pihak airlines melakukan kegiatan tersebut dalam rangka menjadikan NTT sebagai destinasi pariwisata dunia. “Tentu kita mendukung beberapa maskapai penerbangan yang memuat destinasi pariwisata kita seperti di Trans Nusa, Garuda tentu maskapai lain juga akan memuat hal ini. Karena pariwisata kaitannya dengan transportasi udara. Dan kita merebut pangsa pasar yang menggunakan transportasi udara dimana kegiatan seperti ini akan dimuat dalam iklan-iklan yang ada di airlines. Dan kita harapkan di majalah-majalah garuda, citilink, lion air dan sebagainya akan memuat jadwal dan kegiatan kita sehingga para penumpang bisa tahu kegiatan-kegiatan tahunan yang ada di Kota Kupang. Kita juga berharap agar cabang-cabang dari Asita NTT di kabupaten/kota juga bisa meniru hal ini,” bebernya.
‘Disulap’ Jadi Kota Hidup
Pada sisi lain Marius Jelamu berharap agar setiap kota di NTT tidak menjadi kota mati tetapi kota hidup dengn segala macam kegiatannya. Bukan hanya siang hari namun kegiatan juga dilakukan pada malam hari. “Kita mau jadikan kota-kota yang ada hidup secara sosial, ekonomi dari pagi hingga pagi. Dan destinasi wisata juga kita harapkan hidup sehingga perputaran roda ekonomi kita akan bergulir terus sepanjang saat. Dengan demikian akan menopang dan meningkatkan kesejahteraan kita di seluruh NTT,”ungkapnya.
Dia mengatakan, pihaknya akan mengubah mindset masyarakat dari budaya petani dan pertenak menjadi budaya wisata. Bukan berarti menghilangkan kedua budaya tersebut namun paling tidak memperkenalkan suatu ekonomi yang berbasis wisata. Selama ini ekonominya hanya berbasis pada produksi yakni pertanian dan perternakan tetapi dengan wisata dan ekonomi kreatif mau jadikan sebagai ekonomi berbasis produksi dan ekonomi berbasis jasa. Memang tidak mengubah mindset masyarakat untuk melihat hal ini sebagai bagian dari wisata. Namun lama kelamaan masyarakat akan mengetahui dan butuh sosialisasi. “Nanti tahun depan masyarakat desa yang kita kunjungi akan kita minta untuk menunjukkan seni dengan mengembangkan kuliner. Dan Dinas Pariwisata akan melihat desa-desa wisata ini sehingga kita dari sini ke sana mereka sudah menyiapkan makanan lokal dan souvenir sebagai ole-ole. Kegiatan ini harus terus menerus dilakukan dan tidak boleh berhenti. Lama kelamaan masyarakat akan memahami ternyata dunia wisata seperti ini,” bebernya.
Dia juga mengatakan, sarana prasarana jalan menuju ke lokasi wisata sangat terbatas sehingga pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas PU untuk membuka akses jalan menuju ke destinasi-destinasi wisata. “Memang kita akui sarana dan prasana kita masih sangat terbatas khususnya jalan-jalan yang menuju ke lokasi atau destinasi-destinasi wisata. Ada jalan strategis nasional yang dibiayai oleh APBN, jalan provinsi yang dibiayai oleh APBD I dan jalan kabupaten/kota yang dibiayai oleh APBD II. Kita akan berkoordinasi dengan Dinas PU yang bertanggung jawab untuk membangun jalan dan jembatan. Semua instansi terlibat dalam pengembangan pariwisata bukan hanya satu SKPD walaupun ini kegiatan pariwisata tetapi yang ada di lokasi destinasi pariwisata merupakan bagian dari seluruh kementerian sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing,” katanya.
Ia juga mengatakan, destinasi pariwisata di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang juga belum dikembangkan dengan maksimal. “Mimpi saya ke depan, gua monyet itu akan dikembangkan sebagai kebun binatang. Sehingga di Kota Kupang ada alternatif tempat wisata bukan hanya ke Pantai Lasiana tapi ada kebun binatang walaupun sangat sederhana. Lokasi-lokasi pariwisata yang ada di Kota Kupang yang merupakan ibukota dari Provinsi NTT dan Kabupaten Kupang bisa berkoordinasi sehingga tamu dari luar yang masuk ke Kupang bisa menghabiskan waktunya satu atau dua hari untuk bisa melihat lokasi-lokasi pariwisata yang ada. Kita tahu bahwa di Indonesia 70 persen wisatawan yang adalah wisatawan domestik sementara hanya 30 persen wisatawan asing. Bagaimana kita menggerakan pangsa pasar wisatawan domestik ini sehingga menjadi kekuatan ekonomi yang besar dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat kita. Wisatawan bukan hanya orang asing atau orang dari Jawa tetapi masyarakat yang ada di NTT itu yang menjadi tamu wisata kita,”ujarnya. (jdz)
Foto : Marius Jelamu