Pemkot Kupang Mulai Bangun 172 Unit Hunian Tetap Bagi Relokasi Korban Seroja

oleh -23 Dilihat

Walikota Kupang sedang meletakan batu pertama.

KOTA KUPANG – Ini kabar gembira bagi warga korban badai seroja yang rumahnya rusak berat. Pemerintah Kota Kupang mulai membangun 172 hunian tatap (huntap) relokasi dan prasarana permukiman, yang berlokasi di Naituta, Kelurahan Manulai II, Kecamatan Alak.

Hal ini ditandai dengan peletakan batu pertama pembangunan huntap itu yang dilakukan oleh Wali Kota Kupang, Dr. Jefirstson R. Riwu Kore, MM, MH, Senin (5/7).

Turut hadir Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah (Balai PPW) Provinsi NTT Herman Tobo, ST, M.Si, Kepala Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan (P2P) Nusa Tenggara II, Yublina D. Bunga, ST, MT, Pimpinan Perangkat Daerah Lingkup Kota Kupang, para Camat dan Lurah.

Pembangunan relokasi permukiman ini merupakan bantuan pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Walikota Kupang sebelumnya telah menyurati Kementerian yang direspons dengan merealisasi pembangunan Huntap dari sejumlah usulan relokasi yang disampaikan Wali Kota, disetujui 172 unit yang akan dibangun sesuai lahan yang tersedia dan disiapkan oleh Pemerintah Kota Kupang.

Peletakan batu pertama ini merupakan komitmen bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk bersama-sama membangun hunian tetap sebagai salah satu bentuk penanganan pasca bencana siklon tropis seroja yang terjadi pada awal April 2021 lalu.

Wali Kota Kupang menyampaikan terima kasih kepada Menteri PUPR beserta jajarannya atas responsnya sehingga pembangunan Huntap dapat terealisasi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada jajaran Balai PPW dan P2P yang telah membantu memperjuangkan usulan Pemkot Kupang ke pemerintah pusat bagi penanggulangan korban seroja.

“Pemkot Kupang terus berusaha bersama pemerintah pusat untuk membantu saudara-saudara kita yang terdampak badai siklon seroja dan pembangunan rumah layak huni kali ini akan diberikan kepada 172 penerima dengan estimasi pembangunan selama 5 bulan. Untuk itu saya berharap bagi penerima untuk bersabar dan marilah kita doakan agar pembangunan berjalan lancar dan bisa rampung sesuai jadwal,” tegas Walikota.

Wali Kota juga menjelaskan, untuk dampak bencana alam badai seroja terbagi dalam 3 jenis kerusakan yaitu ringan, sedang dan berat. Untuk penanganan kategori rusak berat sebagian direlokasi karena tempat tinggal korban sudah tidak bisa dihuni sehingga digantikan dengan hunian tetap yang mulai dikerjakan saat ini. Sedangkan yang sebagian lagi untuk kategori rusak sedang dan ringan akan diproses penggantiannya oleh pemerintah pusat yang hingga saat ini belum terealisasi karena masih dalam proses dan tahapan evaluasi.

“Saya sudah ingatkan kepada para lurah dan camat agar lokasi tempat tinggal warga yang sudah tidak bisa dihuni lagi dipastikan tidak ada yang menempati lagi karena lokasinya rawan bencana dan warganya telah direlokasi ke tempat baru. Namun lokasi tersebut akan ditata agar hijau kembali,” pesan Wali Kota.

Kepala Balai PPW NTT mengatakan, pembangunan rumah hunian tetap ini dikerjakan dengan prinsip “Build Back Better”, menggunakan teknologi RISHA (Rumah Instan Sehat Sederhana) yang memiliki keunggulan tahan gempa, dibangun lebih cepat dan bisa dikembangkan.

“Rumahnya Tipe 36 dengan luas tanah 108m² (9×12) dan dilengkapi prasarana dasar permukiman antara lain jaringan air bersih, jalan lingkungan dan fasilitas umum lainnya dan diharapkan pembangunan rumah dan prasarana pendukungnya ini dapat diselesaikan dalam 5 bulan ke depan,” ujarnya.

Dia berharap kepada pemerintah daerah dan masyarakat antara lain; kawasan permukiman lama dijaga untuk tidak dihuni lagi dan apabila dimanfaatkan hanya difungsikan selain pemukiman untuk menghindari potensi bencana serta disiapkan pengelolaan paska selesainya pembangunan hunian tetap nanti seperti pengelolaan sampah, pemeliharaan fasilitas pendukungnya, penghijauan lingkungan dan lain-lain. (chr/jdz)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *