Pemutusan Rantai Covid-19 Belum Signifikan, Marius : Perlu Kita Waspadai Bersama!

oleh -13 Dilihat

KUPANG – Juru bicara gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 NTT, Dr. Jelamu Ardu Marius, M.Si menilai, upaya dan kerja keras dari pemerintah dan seluruh stake holder yang ada di masyarakat untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona belum signifikan.

“Kita melihat sebagaimana data-data sebelumnya kurva data kita naik turun dan khusus untuk OTG kurvanya semakin tinggi; tidak turun. Ini menunjukan kepada kita bahwa upaya untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona di NTT khususnya OTG harus betul-betul diberi perhatian dan juga tentu tidak hanya OTG juga ODP, PDP, dan pasien tertular virus. Dari angka ini kita melihat bahwa memang pemutusan mata rantai penyebaran virus corona secara nasional belum terlihat sangat signifikan,” jelas Marius kepada pers di Kupang, Sabtu (9/5/2020) malam.

Menurut Marius, kalau misalnya data itu dari hari ke hari menurun misalnya dari 500, turun 400, turun 300; itu bisa disimpulkan bahwa memang proses pemutusan mata rantai itu terlihat. “Tapi dengan kurva statistikal yang selalu naik khususnya pasien tertular virus corona di Indonesia dan tidak cenderung menurun apalagi melandai, itu menandakan bahwa memang penyebaran virus corona di Indonesia masih sangat eskalatif dan ini tentu lampu merah bagi kita semua seluruh rakyat Indonesia termasuk NTT. Ini perlu kita waspadai bersama,” pintanya.

Marius menyitir sekaligus mengklarifikasi opini yang berkembang di media sosial tentang penggunaan istilah kluster. “Kami juga memantau di facebook ada netizen yang mengatakan kenapa harus pakai klaster? Yah tujuannya yaitu supaya kita tahu. Supaya kita bisa lacak dengan siapa orang-orang itu bertemu. Atau dengan siapa mereka melakukan kontak fisik. Kita perlu tahu kluster Gowa, kluster Sukabumi, klaster Magetan atau juga nanti kalau ada yang positif dari Denpasar kita namakan kluster Denpasar; kemudian juga dari Jakarta, klaster Jakarta dan sebagainya. Tujuannya kita menyebut itu supaya nanti memudahkan para petugas kita melakukan tresing atau penelusuran; juga memudahkan masyarakat untuk bisa mengenali dirinya bahwa dia pernah kontak langsung dengan saudara-saudara kita misalnya yang datang dari Gowa, dari Jakarta, dari Denpasar, Makasar, Magetan atau Sukabumi dan sebagainya. Itu tujuannya kita menetapkan kluster-kluster,” ucap doktor penyuluh pertanian jebolan IPB Bogor ini.

Dia menambahkan, jika masyarakat ingin mengetahui perkembangan penanganan Covid-19 di Provinsi NTT maka bisa diakses ke website gugus tugas Covid-19 yakni www.covid19.nttprov.go.id. “Sehingga bisa melihat bagaimana perkembangannya. Perlu kami sampaikan bahwa kami masih juga berkoordinasi dengan Jakarta kalau misalnya di data Pemerintah Pusat belum muncul angka penambahan 1 yang positif kita tetap berkoordinasi untuk menyamakan data ini sehingga ada kesamaan data antara Pemerintah Pusat dan juga Pemerintah Provinsi NTT,” jelas Marius.

Hingga Sabtu malam data yang terkumpul dari 22 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota se NTT menyebutkan: jumlah OTG 568 orang; OTG saat ini sebanyak 504 orang; dan OTG selesai dipantau 64 orang.

Jumlah ODP, PDP dan Konfirmasi sebanyak 1763 orang; ODP 1.685 orang; selesai pemantauan 1.381 orang. Konfirmasi sebanyak 12 orang; saat ini berjumlah 11 orang.

Sampel yang dikirim 236; 88 hasil lab negatif; 12 hasil lab positif; dan 136 belum ada hasil.

Terkait kebijakan Pemprov NTT yang mencarter pesawat untuk menjemput sampel swab di daratan Sumba dan Flores, Marius menambahkan, tim gugus tugas telah menjemput sampel swab dan telah dibawa ke laboratorium PCR di RSUD Prf. Dr. W.Z. Johanes Kupang sebanyak 7 koli dengan total sampel swab 210. (valeri guru/jdz)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *