KUPANG – Tim SAR resmi menghentikan pencarian terhadap para korban kapal motor Kasih 25, Sabtu (11/7). Kapal nahas itu tenggelam di perairan Pukuafu Selat Rote pada Minggu (5/7) lalu.
Kapal nelayan ini mengangkut 29 orang dengan tujuan dari Tablolong, Kabupaten Kupang, ke Kabupaten Rote Ndao. Kapal ini tenggelam setelah dihantam gelombang tinggi, 22 orang berhasil dievakuasi, tiga orang meninggal dunia dan masih dinyatakan hilang berjumlah enam orang.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Kupang, Emi Frizer kepada wartawan menjelaskan, karakteristik lokasi terkait pola arus yakni terdapat pertemuan dua arus, yang ada di lokasi sehingga sangat menyulitkan tim karena daya sebaran objek di atas atau di bawah permukaan air sangat luas.
“Pertemuan dua arus ini menyulitkan kami untuk melakukan pencarian. Kami merujuk pada prediksi dari hari pertama hingga hari ketujuh, dengan cakupan luas wilayah pencarian lebih dari 300 nautical miles. Ini sedikit menyulitkan kami untuk melakukan pencarian,” katanya.
Menurut Emi, faktor cuaca menjadi hambatan utama sehingga hari ketujuh pencarian ini, enam orang masih dinyatakan hilang. Walau operasi SAR dengan penggerakan unsur dihentikan, namun pemantauan akan terus dilakukan.
“Jika ada informasi lebih lanjut terkait penemuan para korban, kami siap membuka kembali operasi SAR dan menindaklanjuti laporan tersebut,” ungkapnya.
Pergerakan personel dan armada dihentikan karena batas waktu pencarian hanya tujuh hari. “Sampai hari ini juga petunjuk dan tanda-tanda ditemukannya para korban sangat minim, sehingga enam orang kami nyatakan masih hilang,” jelas Emi Frizer.
Sebelumnya, enam korban hilang akibat tenggelamnya kapal nelayan di perairan Pukuafu, Kupang, Nusa Tenggara Timur pada Minggu (5/6), masih dilakukan pencarian oleh tim SAR gabungan.
Memasuki hari keempat Rabu (8/6), Tim SAR mengerahkan KN SAR Antareja, KMP 430 milik KPLP Kupang, Kapal milik Polairud Polda Nusa Tenggara Timur, serta dibantu para nelayan dengan lokasi pencarian diperluas ke pesisir Rote dan Kupang serta Semau dan Pulau Tabui.
Selain di laut, pencarian juga dilakukan melalui udara. Pencarian melalui udara ini dilakukan secara sukarela oleh Kapten Vicoas Amalo, menggunakan maskapai Dimonim Air.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Kupang, Emi Frizer kepada wartawan menjelaskan, hingga hari keempat pencarian, masih lima orang korban yang belum ditemukan.
“Tim SAR gabungan telah mengerahkan KN SAR Antareja serta speed rider, KMP 430 milik KPLP Kupang serta kapal Ditpolair Polda NTT. Pencarian dibagi dalam empat sektor, agar lebih mempermudah ditemukannya para korban,” katanya, Rabu (8/6).
Sebelumnya, memasuki hari ketiga pencarian, Kantor Pencarian dan Pertolongan Kupang kembali menemukan satu korban kapal nelayan yang tenggelam di perairan Pukuafu, pada Minggu (5/6).
Jenazah korban ditemukan tidak jauh dari bangkai kapal, pada pukul 8.20 Wita, menggunakan KN SAR Antareja. Korban berjenis kelamin perempuan.
“Satu orang ditemukan pada pukul 08.20 Wita. Tim SAR gabungan berhasil menemukan satu orang korban berjenis kelamin perempuan dalam keadaan meninggal dunia di perairan Pukuafu, Selat Rote 4 NM dari lokasi ditemukan bangkai kapal,” jelas Emi Frizer, Selasa (7/6). (*/jdz)