PER ASPERA AD ASTRA BUKU SMAK DI INDONESIA, KIPRAHNYA BAGI BANGSA DAN AGAMA, KARYA MONUMENTAL ANAK KAMPUNG EPUBELE HOROWURA ADONARA

oleh -2178 Dilihat

Oleh : Thomas B.Ataladjar

“Therefore, I’m proud that you, Catholics, who are only a small minority, are making a significant contribution toward higher education in Indonesia” (Paus Yohanes Paulus II)

Bukan Mimpi Di Siang Bolong.

Saat awal membaca naskah buku ini, saya teringat akan kata-kata Paus Yohanes Paulus II di Kampus Unika Atmajaya, Jakarta 12 Oktober 1989, pada peresmian gedung Karol Wojtyla. Berkaitan dengan keberadaan SMAK (Sekolah Menengan Agama Katolik) di Indonesia, paling tidak bahwa kiprah dan peran SMAK yang saat didirikan, sekilas tampak hanya sebagai sebuah lompatan kecil. Ternyata SMAK telah turut memberikan kontribusinya yang signifikan bagi bangsa dan agama khususnya bagi dunia pendidikan di tanah air.

 

Drs.Daniel Mangu Atagoran dan Buku Yang ditulisnya

Kehadiran lembaga pendidikan SMAK ini merupakan kerja sama kemitraan antara Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik Kementerian Agama dengan Gereja Katolik khususnya dan masyarakat Katolik pada umumnya.

Sejak 2011 sampai dengan 2024 telah berdiri dan beroperasi 49 SMAK yang tersebar di seantero nusantara. Ini bukti prestasi riil yang patut diapresiasi. Mayoritas SMAK, berada di daerah terpencil yang termasuk dalam kategori Daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar). Hal ini jelas memperlihatkan bahwa Bimas Katolik telah berhasil mewujudkan slogan pemerintah “membangun dari pinggir” demi pemerataan di bidang pendidikan.

Masing-masing SMAK memiliki kisahnya sendiri-sendiri, suka duka, dan jatuh bangun dalam mengejar impian dan menggapai cita-cita mulianya. Faktanya, SMAK telah eksis beroperasi, berkembang dan berkontribusi bagi bangsa dan agama di Indonesia. Ini bukan impian semusim, apalagi sebuah mimpi di siang bolong.

Kehadiran SMAK juga merupakan bukti kehadiran negara yang melaksanakan amanat undang-undang Dasar 1945, pasal 31 ayat (10). Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Negara berkewajiban membuka akses pendidikan bagi semua warga, juga bagi masyarakat Katolik, agar bisa mengenyam pendidikan sesuai minatnya, termasuk SMAK.

SMAK telah melakukan sebuah terobosan sejarah di bidang pendidikan dan pembinaan keagamaan bagi bangsa dan agama. Dan sejarah SMAK ini perlu diabadikan lewat tulisan bernarasi sejarah, sebagai sebuah karya monumental yang terus mengidonesia. Karena SMAK turut serta mencetak insan yang terdidik otaknya, terdidik mentalnya, terdidik wataknya dan agamis yang beriman.

Tak kurang Mgr. Dr. Paul Budi Kleden, SVD, Uskup Agung Ende saat menjadi Superior General SVD (Societas Verbi Divini) sejagat di Roma tahun 2023, di akhir kata pengantarnya dalam buku SMAK ini menulis: ”Buku karya Daniel Mangu ini menelusuri sejarah Sekolah Menengah Agama Katolik dan menampilkan profil sekolah-sekolah tersebut. Menelusui sejarah memang amat dibutuhkan, bukan saja untuk mencatat proses kelahiran gagasan dan formalisasinya, tetapi untuk menangkap semangat awal dari gagasan ini. Semangat awal dari pendirian dan penyelenggaraan sekolah menengah Agama Katolik adalah tanggungjawab untuk terlibat dalam usaha besar pendidikan anak-anak bangsa berdasarkan semangat dan pengalaman inklusif Gereja Katolik dan berlandaskan perangkat hukum negara Indoesia demi kehidupan bersama sebagai bangsa yang majemuk. Buku ini pantas dibaca oleh semua orang yang berkomitmen pada pendidikan anak bangsa demi kehidupan bersama yang damai di tengah keberagaman”


Keluarga Daniel Mangu Atagoran bersama Mgr.Dr.Paul Budi Kleden,SVD,Uskup Agung Ende yang menulis Kata Pengantar Buku SMAK ini.

Identitas Buku

Judul Buku : SEKOLAH MENENGAH AGAMA KATOLIK DI INDONESIA, KIPRAHNYA BAGI BANGSA DAN AGAMA
Penulis : Drs. Daniel Mangu
Kata Pengantar : Mgr. Dr. Paul Budi Kleden, SVD, Uskup Agung Ende
Penyelia : Direktoraat Pendidikan Katolik
Penyunting : Pormadi Simbolon, Hendrikus Inggrid Meze Doa, Melki Pangaribuan
Desainer/Penata Letak : Yosephina Sianti Djeer
Hak Cipta : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik Kementerian Agama Jl, M.H.Thamrin No. 6,Jakarta Pusat.
Terbitan : Jakarta, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Agama RI, 2024.
Ketebalan Buku : Buku setebal 565 halaman (XXII + 543, draf aslinya setebal 750 halaman.
Ukuran Buku : 18 CM X 26 CM
ISBN : xxxxxxxxxxxxxx

Datang Berbakti, Pergi Berbukti

Terbitnya buku Sekolah Agama Katolik di Indonesia, Kiprahnya bagi Bangsa dan Agama” ini, tidak terlepas dari kehadiran seorang anak kampung dari kampung kecil Epubele, Horowura, Kecamatan Adonara Tengah, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur di lingkungan Direktorat Jenderal Bimas Katolik Kementerian Agama RI di Jakarta. Daniel Mangu Atagoran, anak ke-5 dari delapan bersaudara, alumnus Seminari Menengan San Dominggo Hokeng, Flores Timur 1985. Juga alumnus Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Santo Paulus Ledalero Flores 1993. Semula dipanggil menjadi pastor gembala umat, Daniel Mangu justru terpilih sebagai “rasul awam” , walau masih di Lingkungan Agama dan gereja Katolik. Daniel Mangu mengawali karirnya sejak 2001-2010 sebagai Penyuluh Agama Katolik pada Kantor Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta. Pada tahun 2010 Daniel Mangu pindah sebagai Pegawai Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik Kementerian Agama RI. Ia mengemban jabatan sebagai Kepala Seksi Ketenagaan dan Kesiswaan di bawah Kasubdit Pendidikan Menengah sampai memasuki masa purna bakti 31 Maret 2023. Sebagai tenaga andal yang penuh dedikasi di Dirjen Bimas Katolik, Daniel Mangu sejak 2011 terlibat aktif dalam program pendirian SMAK di seluruh Indonesia, yang telah digagas pendahulunya.

Di balik menjalankan tugas rutin kesehariannya di kantor, Daniel Mangu rupanya termasuk type ASN yang ingin berbuat lebih, sesuai bakat dan talenta anugerah Tuhan. Ia tidak puas ketimbang cuma sekedar jadi pegawai negeri yang digaji tiap bulan dan mengandalkan pensiun di akhir masa bakti. Daniel sadar bahwa memanfaatkan bakat dan talenta Tuhan secara berdaya guna akan bermanfaat bagi sesama.

Sadar akan talenta lebih yang diberi Tuhan kepadanya, sambil menunaikan tugas rutin kesehariannya Daniel Mangu mulai berbagi pengetahuan, pengalamannya di bidang pendidikan, kehidupan menggereja dan di bidang literasi. Daniel sempat nyambi jadi Guru agama Katolik di SMA Tarakanita dan dosen di Sekolah Tinggi Managemen Trisakti, Jakarta .

Di Paroki Katedral Bogor, Daniel Mangu pernah jadi Ketua Wilayah St. Yohanes Pembabtis Bojonggede ke-7, 2016-2018. Daniel Mangu sekeluarga aktif dalam tugas pelayanan di gereja. Juga aktif di Paduan Suara Lingkungan maupun Paduan Suara Pax Domini yang ikut dibinanya sampai sekarang.

Di bidang literasi dan penerbitan, Daniel Mangu aktif sebagai Editor/Redaktur Pelaksana penulis editorial dan opini Majalah Gereja “Bentara” yang ikut didirikannya sejak 25 Januari 2009. Setiap terbit, majalah Bentara dibagi secara gratis bagi seluruh umat Wilayah. Pada 08 Agustus 2020, Daniel Mangu dipercaya sebagai satu dari 10 anggota Tim Formatur Persiapan Paroki St. Faustina Bojonggede. Paroki baru dari Keuskupan Bogor ini diresmikan 22 Februari 2021. Pada saat peresmian paroki ini, dilaunching juga buku Sejarah Paroki Santa Faustina Kowalska, Bojonggede oleh Uskup Bogor Mgr. Paskalis Bruno Syukur,OFM serta Dirjen Bimas Katolik, Yohanes Bayu Samudro, Dirjen Bimas Katolik Kemenag yang adalah pimpinan Daniel di kantornya. Dan Daniel Mangu adalah editor dari buku yang dilaunching ini. Dan saat ini Daniel Mangu juga menjadi editor buku sejarah gereja lainnya yang berjudul : ”Di Atas Bukit Kapur Ciampea, Kudirikan GerejaKu”, untuk calon paroki baru di Keuskupan Bogor yang juga rencana akan diresmikan. Semuanya ini dijalani semata hanya untuk berbagi kasih dengan sesama.

Saking cintanya terhadap lembaga pendidikan SMAK yang ikut dibidani kelahirannya, sejak 2016 terbersit dalam pikiran Daniel Mangu untuk satu saat dapat menulis sebuah buku memoir guna mengabadikan karya SMAK yang dicintainya, berdasarkan pengalaman dan kenangan manisnya bersama teman-temannya di Dirjen Bimas Katolik dalam upaya menghadirkan SMAK di Indonesia. Karena yang ditulisnya itu adalah pengalaman pribadinya sendiri, tentang jatuh bangun mengurus SMAK bersama teman-teman dari Subdit Pendidikan Menengah dan mitra setia Bimas Katolik yakni Gereja Katolik dan masyarakat Katolik sejak tahun 2011 hingga bulan Juni tahun 2022 yang ikut terlibat dalam menghadirkan dan memajukan SMAK.

Niat Daniel untuk menulis tentang SMAK ini, pada 2016 disampaikan kepada atasannya Ibu Yustina Srini, SFK, MM (Kepala Subdit Pendidikan Menengah) yang langsung mendukung niat dan ide positip ini. Ibu Srini adalah atasan Daniel sekaligus menjadi teman seperjuangan membangun, mengembangkan serta memajukan SMAK sejak tahun 2012.

Per Aspera Ad Astra, Bangkit “Melawan” Diri Sendiri

Namun keinginannya itu akhirnya terkubur begitu saja bersama datangnya prahara yang menimpanya, justru pada Hari Kebangkitan Tuhan, Minggu Paskah 1 April 2018 justru saat sedang menunaikan tugasnya sebagai Ketua Wilayah sekaligus membantu Paduan Suara Pria Sejati yang bertugas saat itu, Daniel terserang stroke. Daniel selaku Ketua Wilayah mengisahkan kesaksian yang dialaminya sendiri tersebut dalam Buku Sejarah Paroki Santa Faustina Kowalska Bojonggede hal 107-115 lewat judul : ”Pengabdian yang Tak Pernah Tuntas”.

Daniel menulis : ”Saya harus menerima kenyataan bahwa kondisi saya saat ini tidak bisa diandalkan lagi,” tutur Daniel. Menghadapi kenyataan pahit tersebut, niat Daniel untuk menulis tentang SMAK dianggapnya sungguh sia-sia, jauh panggang dari api. “Kemampuan berpikir sudah sangat menurun. Seluruh tubuh bagian kanan mengalami kecacatan. Kaki kanan kalau berjalan sangat terasa pincang. Tangan kanan tidak berfungsi dan tidak bisa memegang apapun. Itulah kondisi terakhir saya di awal tahun 2022. Saya harus menerima keadaan saya dan harus berdamai dengan kondisi yang tidak saya harapkan. Maka tamatlah seluruh rencana serta cita-cita untuk mewujudkan kehadiran sebuah buku tentang SMAK. Semuanya seperti hanya tinggal kenangan,” kenangnya.

Keberanian untuk Mulai Menulis Di Balik Cita Terpendam

Namun cita-cita yang terpendam selama ini tiba-tiba muncul lagi merecoki pikiran Daniel pada saat ia mulai masuk bekerja kembali pada awal tahun 2019. Daniel merasa bahwa ini hanyalah sebuah cita-cita fatamorgana untuk menghibur diri. Karena secara fisik dirinya memang mengalami kesulitan dalam banyak hal. “Mobilitas saya sangat terbatas. Karena itu saya selalu menghibur diri dengan menerima dan berdamai dengan kondisi saya. Saya terus membiarkan cita-cita ini bergejolak dalam diri saya,” tegasnya.

Cita-cita terpendamnya untuk menulis buku tentang SMAK itu terus merecoki pikirannya. Ia bertutur : ”Awal tahun 2022, saya coba membangkitkan kembali semangat dalam diri saya untuk menulis tentang SMAK. Saya mulai terusik lagi tentang cita-cita menulis tentang SMAK. Namun awalnya saya agak ragu dengan kemampuan dan daya ingat saya. Walaupun ragu, saya coba mulai mewujudkan niat saya. Saya sudah siap batin, jika tidak bisa menyelesaikan tulisan ini berarti kondisi saya tidak memungkinkan untuk pekerjaan seperti ini. Terlalu berat”.

“Saya mulai berpikir dan mempertimbangkan segala kemungkinan untuk itu. Namun saya sangat meragukan kemampun otak dan daya ingat saya setelah mengalami stroke. Semakin ragu dengan kondisi saya, ternyata api semangat terus membakar nurani saya dan terus mendorong saya untuk berani memulai. Kalau toh menemui kendala yang menghambat di tengah jalan dalam upaya menulis, terpaksa berhenti dan menyerah, dan tidak bisa dilanjutkan lagi”.

Namun secara perlahan keberanian untuk mulai menulis tumbuh : Ia bangkit memotivasi dirinya sendiri, untuk melawan ketakutan yang menghantuinya: Jangan takut untuk memulai, takutlah jika tidak pernah mencoba. Dan ingat kesuksesan dimulai dengan langkah pertama yang berani. Dan Daniel Mangu Atagoran akhirnya dengan sangat berani memulainya.

Api semangat terus mulai kembali menyala-nyala dan bergelora dalam dirinya. “Dalam keterbatasan, saya berusaha mengalahkan pesimisme dalam diri saya. Kondisi saya serba sulit. Dalam suasana yang sulit ini, saya mencoba menata kembali ingatan saya dan mulai membongkar catatan pribadi, catatan dan laporan teman-teman sehubungan dengan pelaksanaan tugas ke SMAK, beberapa catatan para Kepala SMAK tentang sejarah berdirinya SMAK masing-masing, dan berita-berita tentang SMAK yang dimuat di internet,” imbuhnya.

Hanya ada satu hal yang membuat mimpi ini tak mungkin diraih, yakni Perasaan Takut Gagal. Maka dengan tekad yang teramat kuat Daniel mulai mencoba menulis di awal Maret tahun 2022. “Naskah buku ini saya tulis lewat sebuah perjuangan panjang sekaligus pengorbanan yang teramat sangat tidak ringan. Bahkan melewati masa-masa kritis saat kondisi fisik jauh dari sehat. Bayangkan, hanya untuk mengingat satu kata biasa untuk saya gunakan dalam tulisan, saya butuh waktu beberapa menit untuk mengingatnya. Kalau toh sampai tidak muncul saya harus mencari kata tersebut dari mbah google. Namun saya justru bangkit “melawan” diriku sendiri, sehingga mampu menghasilkan sebuah karya yang berarti”.

“Dalam keterbatasan, saya akhirnya dapat menyelesaikan draf buku tulisan saya. Dengan hanya mengandalkan tangan kiri untuk mengetik, pada akhir Oktober 2022 draf buku tentang SMAK yakni “SEKOLAH MENENGAH AGAMA KATOLIK DI INDONESIA, KIPRAHNYA BAGI BANGSA DAN AGAMA” selesai saya siapkan”.

“Saya lalu meminta bantuan teman-teman untuk mengedit dan membaca ulang sambil mengoreksi tulisan dan isi buku. Saya coba menawarkan tulisan saya kepada Direktorat Pendidikan Katolik Ditjen Bimas Katolik untuk dicetak dan menjadikannya sebagai dokumentasi tertulis tentang karya Bimas Katolik bagi masyarakat Katolik Indonesia. Bagai gayung bersambut, pihak Direktorat Pendidikan Katolik dengan senang hati menerima tawaran ini. Dengan demikian tulisan saya ini berubah menjadi sebuah buku yang saat ini bisa hadir di hadapan kita semua sebagaimana adanya. Bagi saya, karya ini sangat istimewa karena saya menulisnya dalam situasi yang tidak biasa. Saya menulisnya dalam keadaan sakit”.

Kasih Tuhan, Dukungan Kuat Keluarga dan Sesama

Pada acara Natal Bersama ASN dan Tutup Tahun Anggaran 2024 tanggal 31 Desember 2024 di Auditorium H.M. Rasjidi Kementerian Agama, Jl.M.H. Thamrin, Jakarta, Dirjen Bimas Katolik Drs. Suparman, SE, MSi, menyerahkan buku “Sekolah Menengah Agama Katolik, Kiprahnya bagi Bangsa dan Agama” kepada penulisnya Daniel Mangu Atagoran.

Dengan terbitnya buku karya kreatif perdananya ini Daniel Mangu boleh bernafas lega dan boleh tegas menyatakan : ”Aku telah datang ke Kementerian Agama untuk berbhakti dan kini aku boleh pulang berbukti”. SMAK telah menggeliat, bertumbuh dan berkembang di seantero nusantara. Buku sejarah SMAK telah mengabadikan karya monumental ini .

Daniel Mangu di awal tulisannya dalam bukunya ini secara jujur menegaskan bahwa terbitnya buku ini tidak terlepas dari peran serta dan keterlibatan banyak pihak. “Untuk itu saya patut mengucapkan terima kasih kepada: Yang pertama-tama kepada Tuhan, yang telah memberikan kesempatan dan membangkitkan semangat serta membimbing saya untuk menulis dan menyelesaikan karya ini. Terima kasih juga kepada Dirjen Bimas Katolik dan segenap jajarannya yang telah bekerja sama dan telah memperkenankan buku ini dicetak dengan menggunakan anggaran Ditjen Bimas Katolik. Juga terima kasih kepada Bapak Sihar Petrus Simbolon, mantan Direktur Pendidikan Katolik, yang telah banyak memberi pelajaran berharga ketika bersama-sama berjuang membangun dan mengembangkan SMAK.

Terima kasih juga kepada Bapak Thomas B. Ataladjar, sahabat dan senior saya, seorang penulis buku-buku Sejarah Kota Jakarta, yang bersedia membaca naskah ini dan mengoreksi serta memberi masukan untuk melengkapi tulisan ini. Beliau juga menulis komentar tentang isi buku ini dan menyumbang tulisan pada Bab II. Juga terima kasih kepada Mgr. Dr. Paulus Budi Kleden, SVD, Uskup Keuskupan Agung Ende, yang telah membaca dan memberi koreksi serta memberikan Kata Pengantar ketika ia masih menjabat sebagai Superior Jenderal SVD sedunia berkedudukan di Roma.


Doa dan Dukungan Kuat Isteri Tercinta, Maria Dasion. Kenangan saat menerima buku dari Dirjen Bimas Katolik,Kementerian Agama RI

Dan terima kasih kepada Yang tercinta istriku Maria Dasion dan kedua putriku Teresa Cathrarina Boi Atagoran dan Maria Daniella Letek Atagoran yang selalu memberikan dukungan dan dorongan kepada saya dalam menyelesaikan tulisan ini. Keluargaku bagiku adalah tempatnya menimba Harapan, Kekuatan dan Kebahagiaan.

Saya persembahkan karya saya ini bagi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik Kementerian Agama – tempat saya mengabdikan diri hingga pensiun, Lembaga Pendidikan SMAK, dan siapa saja yang terlibat melayani SMAK dengan hati. AD MAIOREM DEI GLORIAM”, tegas Daniel Mangu.

Antara Keunggulan dan Apresiasi

Saya merasa beruntung turut membaca naskah asli dan naskah revisi buku ini, sebelum dicetak. Bahkan berkali-kali berdiskusi serius dengan penulisnya Drs. Daniel Mangu Atagoran, baik tentang isinya maupun berbagai aspek penerbitan lainnya.

Menurut hemat saya, buku ini tidak sekedar sebuah memoir biasa. Ia lebih merupakan sebuah sajian kisah nyata yang mengabadikan sebuah karya nyata yang bermanfaat bagi bangsa dan agama. Gaya penyajiannya ringan dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami pembaca serta memiliki rincian yang jelas setiap babnya. Daya pikat buku ini semakin menarik karena dilampirkan ilustrasi atau foto-foto dokumenter berwarna yang relevan dengan isi.

Buku ini menarik untuk dibaca, karena ditulis oleh seorang pegawai Kementerian Agama dari Bimas Katolik sendiri, Pak Daniel Mangu Atagoran. Ia tidak sekedar seorang abdi negara dan aparat pemerintah di Kementerian Agama. Ia juga seorang pemerhati, pengamat dan penulis yang terus terpacu inner drive-nya dan dengan kesadaran sendiri berinisiatif menulis buku ini.

Sosok yang pernah mengenyam pendidikan di Seminari Tinggi ini, paham betul akan kebijakan pemerintah dan Kementerian Agama, saat awal menggagas pendirian SMAK di tahun 2007. Penulis buku ini ikut aktif melewati tahun-tahun persiapan berdirinya sejak 2011 hingga eksekusi berdirinya tahun 2012. Ia tidak saja ikut membidani lahirnya SMAK, tapi juga tampil sebagai salah satu ujung tombak bersama teman sejawat di Kementerian Agama serta mitra usahanya, ia terlibat aktif dalam ikut menumbuh kembangkan SMAK hingga berkembang pesat dan eksis di seantero nusantara hingga saat ini.

Kemampuan menulisnya tak perlu diragukan. Latar belakang pendidikan formal dan “Sekolah Kehidupan” yang dilewatinya sangat mendukungnya. Sebagai alumnus seminari menengah dan tinggi ia dibekali seabreg ilmu terutama logika, filsafat dan teologi, yang menjadi modal dasar baginya. Sementara pengalamannya di “Sekolah Kehidupan” turut membantunya. Baik sebagai Redaktur Pelaksana, penulis editorial dan opini yang mumpuni; juga sebagai editor buku sejarah seperti telah diuraikan di atas, merupakan bukti nyata bahwa kemampuan Daniel Mangu dalam menulis buku ini, tak perlu diragukan.

Buku ini sangat informatif dan padat data baik data primer, sekunder, wawancara dan observasi yang dilakukan penulis. Seluruh pengalaman bersama ini, diramunya dengan seabrek referensi kepustakaan dan catatan yang dimiliki, menjadikan buku ini berbobot dan ilmiah. Penulis tidak sekedar menyajikan fakta riil (field research) perjalanan sekolah SMAK ini dengan segala suka dan dukanya. Lebih dari itu, isi buku ini juga mewariskan nilai-nilai penting kepada generasi mendatang. Dengan demikian buku ini dapat dijadikan bahan referensi untuk mengetahui lebih dalam sejarah perkembangan Pendidikan Katolik di Indonesia.

Buku ini juga ditulis dengan dasar arsip yang kuat dan pustaka pilihan sebagai bahan penulisannya. Hal ini bagus dalam menuliskan historiografi Pendidikan Katolik di Indonesia, sehingga buku ini meminimalisir kesubjektifan penulis, karena penulis menulis buku berdasarkan fakta dan obyektif.

Penulis buku ini melihat bahwa kiprah dan peran besar lembaga pendidikan ini bagi bangsa dan agama perlu diabadikan, seperti yang disitir penulisnya lewat peribahasa Latin kuno “Verba volant, scripta manent” yang bermakna, bahwa kata-kata lisan dapat segera “terbang” dan mudah dilupakan, tetapi apa yang ditulis akan tetap ada selamanya.

Kehadiran SMAK, berangkat dari sebuah konsep besar yang diturunkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007. Konsep besar ini justru berdampak positip yang besar, dan mampu ditangkap penulisnya. Ide dan konsep ini serius diperjuangkan dan diwujudnyatakan lewat perjuangan yang tidak ringan oleh penulis buku ini.

Nilai perjuangan, pengorbanan serta spirit pengabdian tulus sang penulis, tampak jelas di balik semangat inner drivenya yang kuat untuk mewujudkan karya kreatifnya ini sekaligus menempatkan dirinya sebagai insan yang berguna bagi bangsa dan agamanya.

Hasil perjuangan serta kerja kerasnya dalam turut memajukan SMAK, dapat dilihat pada angka dan data perkembangan pesat SMAK yang tersaji dalam buku ini, hanya dalam kurun waktu 10 tahun sejak dimulai tahun 2012. Identitas SMAK, perkembangan data siswa, data lulusan dan alumni, terbaca jelas. Juga tentang bantuan Pemerintah sebagai bukti nyata tanggung jawab pemerintah terhadap pendidikan rakyatnya.

Semua ini adalah hasil perjuangan sekaligus ukiran prestasi yang ditorehkan para pejabat dan staf Bimas Katolik, khususnya yang bergabung dengan Subdirektorat Pendidikan Menengah termasuk penulis buku ini, yang bersinergi dengan Gereja sebagai mitra utama dan masyarakat Katolik pada umumnya.

Kerja gemohing atau gotong royong ini sendiri merupakan sebuah perjuangan panjang yang tak bebas dari kesulitan, kendala dan tantangan mengingat semua daerah di mana dibangun SMAK, tidak sama tingkat kesulitan dan permasalahannya. Namun didasari oleh niat baik yang tulus dan keberanian untuk mulai serta bekerja dengan hati untuk Lembaga Pendidikan ini, maka semua kendala itu dapat diatasi. Sejak berabad silam filsuf Aristoteles telah mengingatkan bahwa mendidik pikiran tanpa mendidik hati adalah bukan pendidikan sama sekali.

Bagian terpenting dari buku ini adalah menjawab pertanyaan kiprah dan peran apa yang telah dimainkan oleh SMAK serta kontribusi apa yang telah dipersembahkannya bagi bangsa dan agama. Semuanya dapat disimak dari buku ini. Dan buku karya kreatif ini menjadi penting nilainya dipandang dari segi Sejarah Kementerian Agama dan Sejarah Pendidikan di Indonesia. Berbagai aspek yang dikemukakan penulis dalam buku ini akan menjadi referensi bagi lahirnya karya-karya serupa bagi bangsa, sehingga memperkuat dokumentasi arsip berskala nasional.

Buku ini secara tegas menyatakan bahwa SMAK telah turut aktif tampil memajukan pendidikan umum dan memajukan pendidikan keagamaan Katolik negeri ini. SMAK, ikut aktif mempersiapkan generasi muda Katolik yang terdidik otak, watak dan mentalnya menjadi insan yang siap ikut berpartisipasi dalam membangun Gereja dan negara Indonesia tercinta. Pro Ecclesia et Patria. Jelas ini sebuah karya nyata telah terwujud, bukan sebuah mimpi di siang bolong.

Terlepas dari sejumlah keunggulan dari buku seperti diurai di atas, kiranya masih terdapat satu dua hal yang masih perlu dibenahi demi penyempurnaannya.

Sampul buku kurang menarik dan kurang meranggsang. Judulnya sudah baik, cukup singkat, padat dan jelas, menggambarkan isi buku, mudah dipahami, namun kurang kreatif dan inovatif. Judul Bukunya mestinya menyatu, dengan huruf lebih besar dan warna yang sama. ’SEKOLAH MENEGAH AGAMA KATOLIK DI INDONESIA, KIPRAHNYA BAGI BANGSA DAN AGAMA’. Bila perlu judul buku ini diembos biar tambah menarik.

Desain dan Layout buku ini cukup baik. Namun hampir semua sub judul dalam buku ini yang berwarna merah, tenggelam di balik warna hijau yang menghiasinya, justru membuatnya kurang jelas dibaca.

Buku Bagus Tanpa ISBN. Buku ini terbit namun sayang tanpa ISBN (International Standard Book Number), sebagai kode pengidentifikasian buku ini. Pada hal jarak sangat berdekatan antara kantor Kementerian Agama RI di Jl.Thamrin Jakarta dan Perpustakaan Nasional di Jl. Merdeka Selatan, di mana ISBN bisa dengan mudah diperoleh .

Tiras penerbitannya menurut informasi, terlalu sedikit. Padahal buku sebagus ini mestinya ada di perpustakaan semua kantor agama di Indonesia, semua SMAK yang dibangun, KWI dan semua perpustakaan keuskupan dan daerah di Indonesia.

Apresiasi Buat Penulis

Dengan tiras yang sedemikian kecil tak banyak diharapkan jika buku ini bisa dijual, baik untuk menutup biaya produksi, distribusi maupun sekedar fee-apresiasi buat penulisnya. Terlepas dari anggaran yang terbatas, jerih payah dan pengorbanan penulis dalam menulis buku ini perlu juga diapresiasi dengan fee yang wajar. Tidak hanya sekedar memperoleh satu dua eksemplar buku sebagai tanda mata atau hanya sekedar ucapan terimakasih kosong.

Terlepas dari semua kelebihan dan kekurangan buku tersebut, penulis patut menyampaikan Proficiat bagi Pak Daniel Mangu Atagoran. Per Aspera Ad Astra, Anda telah menuju bintang, melalui jerih payahmu. Buku ini ditulis lewat sebuah perjuangan panjang sekaligus pengorbanan yang teramat sangat tidak ringan. Bahkan melewati masa-masa kritis saat kondisi fisiknya jauh dari sehat. Namun ia justru bangkit “melawan” dirinya sendiri, sehingga mampu menghasilkan sebuah karya monumental sebagai persembahannya bagi Kementerian Agama dan dunia pendidikan di Tanah Air. Semoga karya perdananya ini segera disusul karya-karya lainnya. Seperti sebuah optimisme yang ditunjukkan penulis buku ini Daniel Mangu Atagoran sendiri, bahwa Pengabdian Yang Tak Pernah Tuntas. (***)

*) Thomas B.Ataladjar, Jurnalis, Penulis, Peneliti, Pemerhati Sejarah dan Pegiat Literasi, tinggal di Bojongggede, Bogor.