Pesta Rakyat Seratus Persen Dibiayai Melki-Johni, Sekda: Pemprov Alokasikan 200 Juta untuk Acara Protokoler

oleh -484 Dilihat

KUPANG, mediantt.com – Simpang siur informasi soal biaya pesta rakyat dan syuukuran pelantikan Melki-Johni akhirnya menjadi terang. Panitia memastikan lagi bahwa Pesta Rakyat itu 100 persen dibiayai oleh Melki-Johni bersama keluarga.

Sementara Pemprov NTT hanya mengalokasikan dana dari APBF sebesar Rp 200 juta. Uang itu khusus diperuntukan saat acara protokoler pemerintahan, mulai dari penjemputan Melki-Johni di Bandara El Tari hingga masuk ke Gedung Sasando dan Rujab Gubernur NTT.

“Kami kembali memastikan bahwa pesta rakyat dan syukuran pelantikan Melki-Johni dibiayai oleh Melki-Johni secara gotong royong bersama keluarga. Seratus persen tidak menggunakan dana dari APBD Provinsi NTT,” tegas Ketua Panitia Pesta Rakyat, Heru Dupe, kepada wartawan, Kamis (27/2).

Sementara itu, Sekda NTT Thomas D. Lana juga menegaskan, alokasi dana dari APBD NTT sebesar Rp 200 juta hanya untuk kegiatan protokoler; mulai dari penjemputan di bandara hingga memasuki rujab.

Eks Ketua Pemenangan Melki-Johni, Frans Sarong menegaskan, Pesta Rakyat didahului dengan pembagian sembako; lalu menghadirkan lebih dari 100 UMKM, yang menyiapkan berbagai sajian makanan secara gratis bagi segenap pengunjung pesta rakyat.

“Jasa keringat UMKM dimaksud sepenuhnya ditanggung secara gotong royong oleh Melki -Johni bersama keluarga. Pengunjung pun menikmati berbagai hiburann,” tegas eks wartawan Kompas ini.

Wakil Ketua Golkar NTT ini juga menjelaskan, dibalik Pesta Rakyat ini, setidaknya menyiratkan tiga makna penting. Yakni, berbagi kebahagiaan; wujud kedalaman empati Melki-Johni atas keprihatinan atau kesulitan hidup yang sedang mendera sekelompok sesama di NTT, termasuk mereka yang mungkin terdampak efisiensi anggaran seturut Inpres No 1/2025.

Dan, wujud komitmen Melki-Johni perkuat ekonomi rakyat melalui UMKM. “Alasannya jelas, karena UMKM telah terbukti tetap kokoh sebagai pondasi ekonomi rakyat terutama saat krisis,” kata Frans Sarong. (jdz)